"ZEAAAA!"
Zea memutar tubuhnya saat suara pekikan dari arah belakangnya. Wajah kesal dari Bella yang pertama dia lihat, cewek itu sedang bad mood?
"LO GAK AJAK GUE!" omel Bella kesal, yang membuat Zea memasang wajah bingung, karena tidak tau maksud dari ucapan Bella.
"Ajak kemana?" tanyanya.
Bella berdecak, dia menunjukkan ponselnya yang di sana terdapat postingan dari akun Revan, isinya ada dirinya yang tengah tersenyum senang menatap lumba-lumba. "Jahat, gak ajak gue!" Bella memasang wajah cemberut.
Zea tidak tau kalau Revan mengunggahnya, memang tadi malam ada notifikasi kalau Revan men-tag dirinya di Instagram, tetapi dia belum ada niatan untuk melihatnya. "Itu Revan yang ajak gue."
Bella memincing kedua matanya, "beneran?"
Zea menghela napasnya. "Bener Bel, gue aja kaget Revan bawa gue ke sana, dia gak bilang apa-apa ke gue kalau mau ke sana." jelasnya.
"Ya udah, kapan-kapan kita ke sana berdua. Gak usah ajak-ajak cowok lo. Girls time!" Bella merangkul pundak Zea, mengajaknya untuk kembali melanjutkan perjalanan menuju kelas.
"Nyokap liat lo disampul majalah, katanya cantikkkk banget sih anak Mami, gitu katanya!" Bella mencibir kesal. Kalau sudah ada Zea, Maminya itu seketika lupa siapa anak kandungnya.
Zea tertawa. "Gue jadi kangen Mami deh, pulang sekolah gue ke rumah deh."
"Oke, jadi lo bilang Pak Toni aja, biar gak jemput lo."
"Gue juga kangen sama Avin deh." Zea tertawa kecil membayangkan wajah Calvin-adik Bella yang masih duduk di kelas 5 SD.
Bella mendengkus. "Yang harus lo tau, tuh bocah mau punya adik." Bella duduk dan menaruh tasnya di atas meja.
Zea yang baru saja duduk langsung menoleh ke arah Bella dengan kaget. "Mami Luna hamil?" tanyanya.
Bella berdecak. "Tuh Bapak tua bangkotan Rayyan kelepasan kali." balas Bella malas. "Pengamannya bocor kayaknya."
Zea menggeplak lengan Bella seraya melotot dengan Bella yang mengadu meringis. "Suara lo gede banget Bella!"
"Bomat!" ketusnya.
"Udah berapa usia kehamilan Mami Luna?"
Bella yang mendengar pertanyaan Zea memutar bola matanya malas, "baru empat Minggu." Bella berdeham singkat. "Gue udah punya rencana, pas selesai Mami lahiran, gue mau depak tuh bocil dari rumah, sekalian si Avin juga. Males banget di rumah ada bocil-bocil yang berisik."
"Depak lo ngomong. Yang ada lo yamg didepak dari rumah."
"Kalau lo mau punya adek pungut, lo bisa ambil tuh dua bocil. Gue ikhlas lahir batin."
"Gue ambil beneran nanti kangen," ejek Zea.
Bella yang tadinya ingin membalas ucapan Zea malah terhenti karena suara deringan di ponsel milik Zea. "Siapa?" Bella mengangkat satu alisnya.
"Mama."
*****
Revan berdecak kelas kala nomor Zea tidak aktif, padahal Revan sudah ke kelas Zea, tapi cewek itu tidak ada, bahkan Bella juga tidak ada. Nomor Bella pun tidak aktif.
"ANABELLE!" Revan berlari kencang ke arah cewek dengan bando hitam polos dikepalanya. Bisa dia lihat jelas ekspresi dari cewek itu kalau dia kesal dan malas.
"Apa?" sahut Bella malas. Bella itu sudah capek sekali mengoreksi panggilan dari Revan, Eza, bahkan Azka, kalau namanya itu Arabella, bukan Anabelle. Tapi ya sudahlah, dia sudah capek sekali dengan tiga manusia minus akhlak itu.
"Lemes banget lo, gak dikasih asupan sama Agas?" Revan tersenyum miring.
Bella menendang tulang kering Revan yang membuat sang empu meringis kesakitan. "Berisik lo!" ketusnya.
"Lo jangan asal ganas apa Anabelle, takutnya Agas kaget." Bella kembali menendang tulang kering Revan, tapi cowok itu sudah memprediksi hal itu, makanya dia bisa menghindar dengan cepat.
"Bacot banget sih!" omelnya. Bella masih bersyukur hanya ada Revan yang dua hadapi saat ini, untungnya tidak ada Eza dan Azka, kalau ada sudah pasti dia bisa gila saat itu juga.
"Galak banget sih, Agas suka yang galak-galak sih." Revan terus gencar menggoda Anabelle, karena rasanya menyenangkan melihat cewek itu marah-marah.
"Lo tuh, berisik banget ya! Gue gak tau lo pake pelet apa buat Zea suka sama lo."
"Pelet pala lo! Pesona gue tuh emang gak bisa ditolak siapapun." Bella yang mendengar pura-pura muntah, hal itu membuat Revan berdecih sinis. "Kayaknya cuma lo doang sih, soalnya lo sirik banget gua cakep?"
"Najis!"
"Lo mending periksa mata deh." saran Revan.
"Ogah! Mata gue masih normal!" jawab Bella. "Jadi lo ngapain manggil gue?"
Ah Revan hampir melupakan niatnya yang ingin bertanya tentang keberadaan Zea. "Zea mana?" tanyanya.
Bella menatap Revan, dia sedikit ragu menjawabnya. "Izin, di jemput Nyokapnya."
"Lagi?" Satu alis Revan terangkat.
"Lo tau Tante Lona seperti apa," balas Bella.
"Agas kangen lo katanya." Revan mendorong pundak kanan Bella yang membuat cewek itu mundur kebelakang beberapa langkah dan pergi lari begitu saja.
"REVANJING!" umpat Bella kesal. Bisa-bisanya dia bertemu makhluk seperti Revan? Kenapa dia harus dipertemukan cowok itu terus-menerus?
Revan tertawa puas mendengar umpat dari mulut Bella seraya berlari jauh. Dia memanjat serta melompat ke bawah dari tembok besar belakang sekolah setelah dia sampai di belakang sekolah.
Revan berniat membolos seraya mencari Zea, Revan mengumpat Ibu Zea yang membuat anaknya sibuk dengan itu yang seharusnya Zea sibuk belajar. Revan menatap ke arah layar ponselnya seraya berjalan ke arah jalan raya, decakan kecil terdengar saat kedua matanya melihat ponsel Zea yang berada di gedung itu.
*****
see you.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVAZE [Segera Terbit]
Teen FictionRevan dan Zea, perpaduan yang sangat cocok. Revan dengan keminusannya dan Zea dengan nilai plus di mata orang-orang. Sebenarnya tidak semenyenangkan itu berpacaran dengan seorang Revan bagi Zea, karena: 1. Revan yang cemburuan. 2. Revan yang posesif...