25. ASING

141 13 0
                                    

Zea turun dari mobil, kakinya melangkah masuk ke dalam sekolah, saat Zea melewati parkiran, kedua netranya menatap Revan yang tengah turun setelah Cla turun dari motor besar itu. Cewek itu ternyata sekolah di sini, satu sekolah dengannya.

Sudah dua hari ini, Zea tidak mendapatkan notifikasi apapun dari Revan, dan selama dua hari itu dia juga sibuk dengan pemotretan. Rasa-rasanya, mereka seperti tidak ada hubungan apapun, seperti orang asing saja.

Zea menghembuskan napasnya sebelum melangkah mendekati Revan yang akan pergi dari parkiran. "Revan!" Zea sedikit berlari untuk cepat sampai di sana.

Kedua remaja itu kompak berhenti dan menoleh ke arah Zea. "Kenapa?"

Zea meremas roknya, suara Revan terdengar berbeda. "Mama Clara masih di rumah sakit atau udah pulang? Aku minta maaf gak nemenin Mama Clara dua hari ini, aku ada pemotretan."

"Sore pulang." jawabnya singkat.

Zea mencoba tersenyum. "Oh, ya udah. Aku boleh ikut anter Mama Clara pulang nanti sore?"

"Gak perlu." balasnya. "Ayo Cla." Revan kembali berbicara sebelum Zea bersuara, cowok itu juga merangkul pundak Cla untuk pergi dari parkiran.

"Duluan ya, Zea." Cla tersenyum menoleh ke belakang.

Mau tidak mau, Zea membalas senyuman Cla. Kedua matanya terus melihat kepergian Revan dan Cla. Zea merasakan sesak di dadanya, Revan terlihat menghindarinya, apa itu hanya perasaannya saja? Zea belum benar-benar tau Cla di hidup Revan itu apa, yang dia tau dari Azka dan Eza, Cla itu teman kecil Agas dan Revan, cewek itu pindah ke Kanada saat kelas 3 SMP.

"Ze?" Suara berat milik Agas menyapa telinganya, "lo gak masuk?" sambung Agas bertanya pada Zea yang sedari tadi hanya diam berdiri.

"Oh, ini mau masuk. Gue duluan ya?" Zea tersenyum dan kembali melangkah pergi dari kawasan parkiran.

Zea menaiki anak tangga dengan tangan yang mengerat di tali tas sekolahnya. Yang dipikirkannya hanya ada Revan, hatinya terus bertanya-tanya ada apa dengan Revan? Dan otaknya berpikir, apakah dia membuat salah sampai Revan seperti itu?

"ZEA!"

Zea mengerjapkan matanya dua kali, dia melihat Bella yang ada di mejanya dengan wajah kesal. "Iya kenapa, Bel?" Zea baru sadar kalau dirinya sudah sampai kelas dan sudah duduk manis di tempatnya.

"Lo yang kenapa, lo dari masuk kelas udah ngelamun, lo mikirin apa?" tanya Bella ketus.

"Cuma kepikiran, gue udah ngerjain tugas belum ya?" kilahnya seraya membuka tas dan berpura-pura mengecek buku tulisnya.

"Hari ini ada jadwal pemotretan gak?" Kali ini Bella bertanya dengan nada santai.

Zea menggelengkan kepalanya. "Engga, tapi besok ada." Zea menghembuskan napasnya berat. "Capek banget gue." keluhnya.

"Lo minta sama Tante Lona aja buat berhenti, lo masih sekolah, dan dikit lagi kelas 12." usulnya.

"Susah, Bel." jawab Zea lemas. "Mmm, Bel?" panggilnya ragu.

"Kenapa?"

"Claretta, dia sekolah di sini?" tanyanya.

Bella mengangguk. "Iya, kemarin baru masuk. Satu kelas sama cowok lo." jelasnya pada Zea. "Kok lo tau?"

"Tadi gue ketemu pas lewat parkiran, dia bareng Revan." kata Zea.

Bella mengangguk menyetujui ucapan Zea. "Iya, kemarin juga bareng Revan. Anak-anak sekolah sempet heboh sama itu, mereka kira lo sama Revan udah selesai, dan Revan punya pacar baru. Ada juga yang berasumsi kalau itu selingkuhannya Revan."

"Revan gak ngomong apa-apa ke gue." lirihnya yang masih terdengar oleh pendengaran Bella.

"Emang kalian ada apa?"

*****

"Engga ada apa-apa."

Eza mengumpat kesal. "Yang bener sat!" Eza sangat kesal dengan Azka yang menyembunyikan ponselnya yang entah dimana.

"Lo ngeyel banget dibilang, gak ada sama gue!" omel Revan kesal sendiri karena dituduh bersengkokol dengan Azka, mana anak itu hilang entah kemana lagi.

"Lo, Ga?" Kini Agas yang tengah baca buku menatap Eza sekilas tanpa minat.

Eza berdecak kesal. Tatapannya beralih pada Cla yang menatap Agas disebelah cowok itu. "Lo tau hp gue gak, Cla?"

"Engga." Cewek itu menggelengkan kepalanya tanpa berniat menatap Eza, dia lebih fokus menatap Agas yang tengah membaca buku.

"Bi, cowok lo kemana?"

Bianca yang duduk dibarisan sama dengan Eza menoleh dengan kedua alis yang menekuk. "Cowok gue?" beonya.

Eza mengangguk. "Si Azka,"

Bianca berdecak. "Fyi, dia bukan cowok gue. Dan gue gak tau dia dimana!" jawab Bianca ketus.

Eza mengacak rambutnya frustasi. "YANG TAU HP GUE DIMANA, GUE KASIH DUIT 1 JUTA!" teriak Eza kesal.

"GUE NEMU HP LO!"

Eza menatap datar Revan yang tengah memperlihatkan ponselnya di tangan kanan cowok itu dengan senyum lebar.

"BANGSAT LO!" umpat Eza kesal, cowok menampar pipi Revan dan mengambil ponselnya ditangan Revan.

"Bajingan, kenapa lo tampar gue bangsat?" omel Revan menyentuh pipinya yang terasa panas akibat tamparan Eza.

"Lo tadi bilang gak tau!" emosi Eza.

Revan berdecak. "Mana duit sejutanya? Cash atau lo transfer?" tanya Revan menagih.

Eza mengambil duit disaku celananya, dua memberikan selembar uang kertas berwarna merah pada Revan. "Noh! Sisanya kalau gue jadi gembel!"

"Penipu lo!"

"Lo juga penipu anjir!"

"Woy, lu pada gak ke kantin? Udah istirahat!" seru Azka yang baru saja muncul dan bersandar di daun pintu kelas.

"Lima menit lagi baru istirahat, Ka." sahut Bianca menatap Azka sinis.

"Dikit lagi, gapapa." balasnya santai.

"SINI LO ANAK ORANG! LO NYEMBUNYIIN HP GUE? DAN SEKONGKOL SAMA REPAN?"

"KABUR!"

"AZKA! JANGAN KABUR LO ANJIR!"

*****

see youu

REVAZE [Segera Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang