"Ze, Anabelle! Sini!" seru Azka pada dua remaja yang tengah membawa makanan dan minuman masing-masing dari mereka."Ayo, Ze." ajak Bella pada Zea.
Keduanya duduk di meja yang sama dengan Eza, Azka, Agas, Revan dan Cla. Zea membalas senyuman saat Cla menyapanya dan Bella, sangat kebetulan Zea duduk berhadapan dengan Cla yang disebelah cowok itu ada Revan yang asik makan.
"Lo masih diet, Ze?" tanya Azka menatap Zea yang akan menyantap salad.
"Ini enak tau." jawab Zea seraya memasukan salad sayur ke dalam mulutnya.
"Gue gak suka salad sayur." Azka menggelengkan kepalanya.
"Iya, lo sukanya rumput!" sahut Bella ketus.
"Aduh Anabelle, jangan ketus gitu ke suami, dosa," Azka menggelengkan kepalanya dengan kalem.
"Suami your eyes!" semprot Bella pedas.
"Anabelle sayang, gak boleh kasar. Oke?" ucap Eza seraya mengusap punggung Azka karena pura-pura syok.
"Bacot lo!" omel Bella kesal. Dia jadi menyesal duduk di sini. Kalau tidak ada kursi kosong lagi di kantin sini, sudah pasti dia tidak akan duduk di sini, bukannya makan dengan tenang, dia malah akan kenyang adu bacot dengan Eza dan Azka. Bella bersyukur, kali ini Revan tidak ikut-ikutan.
"Bel." tegur Agas membuat Bella diam dan menyantap makanan dengan kesal. "Ka, Za." Tatapannya beralih ke arah dua orang itu yang masih memainkan drama. Dua orang itu hanya menyengir tidak jelas dan kembali makan.
"Agas, potongin bakso gue dong, dari tadi susah tau gue potongin," Cla menyodorkan mangkok yang berisikan bakso ke arah Agas yang ada disebelahnya.
Bella reflek menoleh. Tatapannya mereka bertemu, "Ze potongin." Agas menggeser mangkok bakso milik Cla ke Zea.
"Eh, jangan, Zea lagi makan." Cla kembali menarik mangkok baksonya. "Lo gak bisa?" tanya Cla pada Agas.
"Gak." jawabnya.
Cla beralih ke arah Revan dengan tersenyum. "Potongin Van."
"Besok-besok gak usah pesan bakso, males banget gue jadi babu lo terus kalau lo makan bakso!" omel Revan yang memotong semua bakso milik Cla. Pasalnya bukan hanya sekali saja, tapi berkali-kali, apalagi waktu mereka SMP, disaat-saat pulang sekolah, mereka akan makan bakso karena permintaan Cla.
"Iyaa, kalau gak ada lo gue gak makan bakso, tapi kalau ada lo, gue wajib makan bakso!" seru Cla.
"Terserah!" Revan menggeser mangkok bakso Cla pada sang pemilik setelah dia memotong semua baksonya.
"Gue toilet." pamit Revan entah pada siapapun itu, dia hanya berinisiatif untuk mengatakan itu terlebih dahulu daripada ada yang menanyakan akan kemana dirinya pergi.
"Besok Senin udah ujian kenaikan, kan?" Eza berseru.
"Iya, mana gue belum siap." sahut Azka.
"Belum siap apa?" tanya Agas bersuara.
"Belum siap kelas 12," jawab Azka letih.
"Kayak naik aja lo!" cibir Bella.
"Tidak boleh seperti itu, Anabelle sayang."
"Ya kalau lo gak siap, gak usah ikut ujian, kalau gak minta guru buat gak naikin lo," Cla angkat bicara.
"Gak mau! Maksud gue tuh gue gak siap jadi kelas 12 karena pasti ada murid-murid baru di kelas 10. Takut kayak di novel-novel, gue di-crush-in, banyak ciwi-ciwi. Takut gak bisa milih." Azka menyugarkan rambutnya.
"Najis." Agas menatap datar Azka.
"Kepedean lo anjing!" sahut Eza kesal.
"Emang beneran ada yang mau?" tanya Zea menatap Azka.
Semua yang ada dimeja itu menatap Zea. Zea yang ditatap mereka jadi bingung, sebelum mereka tertawa keras dan Azka yang misuh-misuh.
*****
"Mama udah minum obat?" Revan mendongak sekilas melihat Mamanya yang keluar dari kamar mandi.
"Iya, udah semua Mama minum obatnya." Clara duduk di sebelah Revan sambil membenarkan letak selang infusnya dibantu artnya yang ikut ke sini untuk membereskan pakaian Clara.
"Mama belum sembuh loh," Revan menaruh ponselnya di atas meja.
"Mba, tolong di kamar mandi jangan lupa handuk saya, Revan, dan Bapak yaa? Makasih Mba." titahnya pada wanita yang menyandang status sebagai art di rumah Daniel itu.
"Iyaa Bu."
"Yakin-"
"Iyaa Revan, Mama mau rawat jalan aja, lagian Mama udah sehat kok!" ucap Clara meyakinkan putranya yang khawatir. Setelah cairan infus ini sudah habis dia baru boleh pulang.
"Papa?"
"Lagi urus administrasi." jawabnya.
"Tadinya pada mau ke sini, tapi Revan gak bolehin." Revan berdekatan dengan Clara, dia memeluk pinggang ramping Mamanya dengan dagu yang dia taruh di bahu Mamanya.
"Kenapa kamu gak bolehin? Padahal Mama mau ketemu Zea juga loh, kangen banget,"
Revan mendengkus. "Ribet kalau ada, mereka berisik."
Clara tertawa kecil. "Kamu juga samanya tau,"
Revan kembali mendengkus kesal mendengar balasan Mamanya. Rasanya sekarang, dia bisa merasakan bahwa dirinya dekat dengan kedua orangtuanya. Siapa sangka bahwa setelah Mamanya sadar, Daniel menjelaskan semua tentang keduanya.
Revan tidak pernah melihat Daniel bermanja-manja dengan Clara atau mengobrol dengan canda tawa, dia kira Papanya tidak cinta dengan Mamanya, nyatanya Daniel hanya ingin membatasi diri dari Clara karena dulu, mereka menikah bukan karena dua-duanya saling cinta. Singkatnya, Clara adalah kekasih Rio-Kakak Daniel, saat itu Rio kecelakaan berujung tidak tertolong saat pernikahan Clara dan Rio. Pada akhirnya Daniel yang menggantikan mempelai prianya.
Saat Clara tengah mengandung Revan, Daniel sudah jatuh cinta pada Clara, sayangnya Clara belum, dan Daniel paham dengan itu hingga pria itu membatasi diri agar dia tidak jatuh terlalu dalam. Tapi setelah Daniel tau kalau Clara kecelakaan dan membawa surat cerai tanpa ada tanda tangan wanita itu m, Daniel bisa menyimpulkan, Clara sudah mencintainya.
"Seperti anak kecil." cibir Daniel yang baru saja masuk dan melihat Revan tengah bermanja dengan istrinya.
"Orang iri biasanya ceper kriputan!" balas Revan.
"Kurang ajar!" Daniel ikut duduk di sebelah Revan yang kosong. Apakah karena dirinya tidak pernah mengajarkan sopan-santun pada putranya dulu?
"Revan?" tegur Clara.
"Mama kok makin cantik sih?" Revan mengalihkan topik. "Disekolah Revan ada ada guru baru, cowok, masih se-Mama deh, mau aku kenalin gak?"
"Revan!" omel Daniel menjewer telinga putra semata wayangnya itu dengan kesal.
"Aduh, sakit, Pa? Jadi pengen punya Papa baru yang baik hati!" kata Revan semakin seraya mengusap telinga yang sehabis dijewer oleh Daniel.
"Revan?" tagur Clara lagi.
"Papa juga mau punya anak baru lagi!"
"Pa?" Kali ini Clara menegur Daniel. Pusing juga dia mendengarkan perdebatan kecil suami dan anaknya, tapi di dalam hatinya Clara bersyukur karena suasana rumah tidak akan sepi lagi setelah ini.
"Ayo Ma bikin anak lagi!" ajak Daniel semangat.
"Revan gak mau punya adek ya!"
"Terserah Papa, Papa yang bikin kok!"
"Aku juga bisa bikinin cucu buat kalian!"
"REVAN!"
"Bercanda Ma!"
*****
see you.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVAZE [Segera Terbit]
Teen FictionRevan dan Zea, perpaduan yang sangat cocok. Revan dengan keminusannya dan Zea dengan nilai plus di mata orang-orang. Sebenarnya tidak semenyenangkan itu berpacaran dengan seorang Revan bagi Zea, karena: 1. Revan yang cemburuan. 2. Revan yang posesif...