don't forget to vote and comment guys!Happy reading ✨
*********
"Tadi gue gak izin ke nyokap gue. Nyesel banget gue!" gerutu Azka yang sedang mengompres lengannya karena terjatuh dari motor, untungnya hanya lengannya dan kaki kirinya yang tergores karena bergesekan dengan aspal. Azka menghembuskan napasnya berat, dia sengaja tidak izin pergi karena malas dititipi barang yang Mamanya inginkan.
"Itu sih DL!" sahut Eza yang sibuk mengunyah kacang dan tangannya yang sibuk mengupas kacang dari kulitnya, ucapan Eza membuat Azka menatap sinis cowok itu.
"Itu kualat namanya," Revan terkekeh. "Ga, lo maju!" ucap Revan menyuruh Agas memainkan catur setelah ia maju, Agas yang fokus pada ponselnya langsung mengangguk dan kembali fokus pada catur seusai menaruh ponselnya di atas meja.
"Bule Tia, mie kuah saya udah jadi?" Bule Tia-pemilik warung yang sering dijadikan tongkrongan yang berlokasi didepan gapura perumahan.
Bule Tia tersenyum, wanita paruh baya itu mengantarkan pesanan Azka yang sudah jadi. "Ini Mas, jangan lupa bayar ya?" ucap Bule Tia mengingatkan Azka yang notabenya sering ngutang, karena saat ini beliau sedang butuh maka dari itu Bule mengingatkan Azka.
"Iya, Bule. Hari ini juga saya lunasin utang-utang saya." jawab Azka tersenyum sombong.
"Abis ngepet dimana lo?" julid Eza.
"Ye! Pala lo ngepet. Bokap gue lagi berbaik hati ngasih duit lebih sama gue, jadinya gue punya duit buat lunasin utang di warung Bule," jelas Azka sambil memakan mienya.
"Ya udah, Bule kebelakang dulu." Bule Tia berpamitan sambil membawa baskom dan kain yang tadi untuk mengompres lengan serta kaki cowok itu, setelah Azka berterima kasih pada Bule, Bule Tia langsung pergi meninggalkan anak-anak yang tengah asik dengan kesibukannya masing-masing.
"Agas," Eza memanggil Agas yang langsung mendapatkan wajah dengan ekspresi tanda tanya dari sang pemilik nama. "Gue mau bilang, ai lop yu." ucap Eza sambil memberikan flying kiss untuk Agas. Agas hanya memasang wajah datar, tangannya menepis yang seolah-olah ada lope-lope yang tadi Eza berikan. "Yah, kok lo tepis sih, Ga!"
Azka dan Revan tertawa terbahak-bahak tanpa dosa. "Sumpah, lo kasian banget!" Azka menepuk-nepuk punggung Eza yang ada disebelahnya, Eza yang mendadak bad mood akibat perlakuan Agas yang tidak mau menerima lope-lopenya mengusap wajah Azka kasar agar cowok itu berhenti menepuk-nepuk punggungnya dan berhenti tertawa.
"Agas kalau mau belok juga dia liat-liat, Za." celetuk Revan seraya menyalakan rokoknya dengan kekehan kecil.
"Kamu lupa sama yang kita lakukan malam itu, Agas?" tanya Eza dengan dramatis. Agas memutar bola matanya malas melihat drama yang dimainkan Eza.
"Gue lupa, kalau mau ingetin gue, yuk main lagi." sahut Agas yang mendapatkan pelototan dari Eza dan menganga tak percaya, karena jarang sekali Agas membalas drama yang tidak bermutu ini.
"OGAH ANJIR!" pekik Eza takut sendiri.
*********
"Iya sebentar gue cari dulu,"
Zea menaruh ponselnya di atas meja belajarnya dan me-loudspeaker, kedua tangannya sibuk mencari buku milik Bella yang tanpa sengaja ia bawa.
"Sekalian cek tugas tadi udah selesai atau belum ya, Ze." ucap Bella diseberang sana.
"Iya, Bel." Zea membuka halaman kertas yang terakhir dicoret dengan pulpen, kedua netranya membaca teliti tulisan rapi milik Bella. "Udah semua, Bel."
"Oke, oh iy-"
KAMU SEDANG MEMBACA
REVAZE [Segera Terbit]
Teen FictionRevan dan Zea, perpaduan yang sangat cocok. Revan dengan keminusannya dan Zea dengan nilai plus di mata orang-orang. Sebenarnya tidak semenyenangkan itu berpacaran dengan seorang Revan bagi Zea, karena: 1. Revan yang cemburuan. 2. Revan yang posesif...