FF 23

802 79 2
                                    

Nukuea menghentikan tangisnya setelah melihat Lian turun dari altar dan menatap padanya.
Nana tersenyum dan mundur dari dekat Nukuea.

Nukuea masih mengulurkan tangannya.
Langkah Lian semakin lama semakin cepat.
Sampai akhirnya Lian menyentuh tangan Nukuea.

Mata mereka tidak berpisah dan masih saling tatap.
Lian melihat pada Ibunya.

"Mae, maaf." ujar Lian.

Lian pun mengenggam tangan Nukuea dan menariknya keluar dari halaman rumah tempat pernikahan itu di adakan.
Lian menggenggam tangan Nukuea tanpa melihat lagi ke belakang.

Lian membuka pintu mobilnya dan menyuruh Nukuea masuk.
Lalu Lian pun masuk ke dalam mobil dan mengendarainya pergi.

Mae berdiri dan masuk ke dalam rumah.
Nana segera menyusul ibunya.
Nana membuka pintu kamar Mae dan masuk kedalam.

"Mae, Nana mohon, lepaskan Lian." ujar Nana sambil berjalan menghampiri ibunya yang duduk di pinggir tempat tidur.

Nana bersimpuh di depan kaki ibunya dan memegang pahanya.

"Mae, maafkan aku dan Lian. Tapi tolong jangan sakiti mereka, mereka hanya saling mencintai." ujar Nana yang menaruh kepalanya di pangkuan Mae.

Mae ternyata menangis dan menyesali perbuatannya.
Mae baru sadar kalau egonya menghancurkan anaknya sendiri.

Mae baru melihat bagaimana menderitanya Lian.
Mae juga melihat bagaimana menderitanya Nukuea.

Mae mengelus punggung Nana dan Nana pun terkejut dan menatap wajah Maenya.

"Kita kembali ke Jerman besok." ujar Mae dan membuat Nana tersenyum lalu bangun dan memeluk Mae.

Sementara Lian dan Nukuea pergi ke rumah Nukuea.
Sesampainya di sana Lian menghentikan mobilnya sementara Nukuea tidak berhenti memandang Lian sambil tersenyum.

Lian dan Nukuea segera berlari masuk ke dalam rumah Nukuea.
Setelah Nukuea masuk, Lian segera menutup pintu dan berbalik memeluk Nukuea.

Nukuea dan Lian menangis bersama.

"Maafkan Phi, Nhu." ujar Lian.

Nukuea pun tersenyum dan memeluk Lian lebih erat.
Tak lama kemudian Lian melepaskan pelukkannya dan memegang kedua pipi Nukuea.
Sementara Nukuea memegang pinggang Lian.

Lian masih meneteskan airmatanya dan menatap Nukuea dengan penuh cinta.

"Terima kasih sudah menjemput Phi, Nhu." ujar Lian dan Nukuea pun menganggukkan kepalanya.

Lian perlahan menundukkan wajahnya dan mencium bibir Nukuea.
Nukuea pun membalas ciuman Lian.

Tak lama Nukuea dan Lian pun melepaskan ciuman mereka.

"Maafkan Nukuea yang datang terlambat Phi. Seharus sejak awal Nukuea datang dan menjemput Phi Lian." ujar Nukuea dan Lian menggelengkan kepalanya.

"Maafkan juga Nukuea yang sudah dengan egois membawa Phi ke dalam kehidupan Nukuea yang susah." ujar Nukuea sambil menangis kembali.

Lian menggelengkan kepalanya.

"Nhu, kita hadapi masa depan bersama, apapun yang terjadi selama kita bersama, kita pasti bisa melewati segalanya. Jika kita gagal pun, kita tetap hadapi bersama." ujar Lian.

Nukuea dan Lian berjalan dan duduk di kursi ruang tamu Nukuea.

"Nhu, Phi akan melindungimu apapun yang akan di lakukan Mae padamu." ujar Lian.
.

Malam semakin larut, akhirnya Lian dan Nukuea tidur bersama di atas tempat tidur kecil Nukuea.

Lian terduduk bersandar pada tembok dan Nukuea bersandar di dada Lian.

"Phi sekarang merasa takut kalau terjadi apa2 pada Nhu. Karena itu ketika Phi melihatmu di tempat tadi, Phi mengusirmu." ujar Lian.

"Kuea tahu kalau Phi hanya takut pada sesuatu, karena itu Phi mengusirku. Nhu selalu ingat semua kata2 Phi. Kalau semua yang Phi lakukan adalah demi Nukuea."

"Kau mengingat semua kata2ku?" ujar Lian sambil tersenyum.

"Umm." gumam Nukuea.

"Kuea, jika tadi aku benar2 menikah, setelah itu apa yang akan kau lakukan?" tanya Lian.

"Mungkin Kuea akan melanjutkan hidup tanpa Phi, tapi mungkin juga apa yang di katakan Phi Nana ada benarnya, Kuea tidak akan pernah percaya lagi pada siapapun dan Kuea benar2 akan menutup diri Kuea sepenuhnya." ujar Nukuea.

Lian menarik nafas panjang.
Lian sejujurnya benar2 takut apa yang akan dilakukan ibunya pada dia dan Nukuea.
Bagaimana kalau dia dan Nukuea tidak bisa meneruskan hidup mereka?

Lian tahu kuasa ibunya terhadap usaha2 yang ada di Thailand.
Apakah dia harus pergi ke luar negeri? Ataukah dia harus mengganti identitasnya?

Lian memikirkan itu semalaman, sementara Nukuea sudah tertidur di pelukkannya.

'Apa yang akan terjadi besok, maka terjadilah.' pikir Lian.

Lian pun berbalik menghadap Nukuea dan memeluknya semakin erat.

'Apapun yang akan terjadi besok, aku tak akan pernah melepaskan Nukuea dari hidupku.' ujar Lian dalam hati.






TBC

Friend or Faen (ZeeNunew) 017Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang