{10} taman belakang dan kenangan

64 26 1
                                    

Happy reading

°
°
°
Jatuh cinta padamu itu diluar kendaliku, dan tetap cinta padamu adalah pilihanku

Seminggu sudah Alan dirawat dirumah sakit. Dan kini ia diperbolehkan pulang setelah keadaannya membaik. Ia sadar tepat dihari yang sama saat Arsyi mengunjunginya. Tentu saja Arsyi juga sudah tidak di infus lagi karena memang keadaannya jauh lebih baik.

"Mau Daddy bantu sayang?" Alan bertanya pada Arsyi yang sedang mengemas barang-barang untuk persiapan pulang.

"Ngga usah, udah Daddy mending tiduran aja" jawab Arsyi.

Alan pun akhirnya mengangguk, namun ia masih saja duduk di sofa ruangannya.

"Adek kamu dimana?" Alan bertanya pada sang putri.

"Tadi aku udah ngabarin dia suruh jemput, mungkin lagi dijalan" jelasnya.

"Maaf ya karena Daddy, kamu ga bisa ikut olimpiade dan kamu ikutan sakit"

Arsyi yang mendengar itu pun menoleh dan menghampiri sang daddy dan duduk di samping Daddy tepatnya di sofa ruangan ini.

"Daddy ga usah minta maaf dong lagian kan aku drop juga karena aku sendiri" ucapnya dengan tulus.

Alan pun memeluk putrinya dengan sayang.

"Daddy tau gak sih aku takut banget waktu daddy belum sadar, aku takut daddy ninggalin aku sama Artha dan lebih milih bareng sama mommy" ucap Arsyi mengungkapkan ketakutannya.

"Daddy akan selalu ada di sini sayang" balas Alan menenangkan.

"Kalaupun raga daddy ga ada, daddy akan selalu ada di hati kamu kan?" Lanjutnya yang justru membuat Arsyi takut.

"Ih jangan ngomong gitu" Arsyi merengek.

"Aku ga bisa kalo ga ada daddy karena daddy itu segalanya bagi aku, daddy hidup aku, daddy cinta pertama aku, pokoknya aku sayang banget sama daddy" ungkap Arsyi panjang lebar dengan suara seraknya karena menahan tangis.

Namun, akhirnya ia tak bisa menahan tangisnya. Tangisan gadis itu pecah begitu saja.

"Iya daddy tau, daddy juga sayang banget sama Arsyi" balas Alan seraya menciumi puncak kepala putrinya.

"Cup cup jangan nangis ya, maaf udah buat kamu sedih" ujar Alan sembari mengusap punggung putrinya.

Arsyi mengangguk dan semakin mengeratkan pelukannya.

"Ekhem"

Suara deheman membuat keduanya menoleh. Ternyata di sana ada Artha yang entah sejak kapan datangnya berdiri diambang pintu.

Arsyi pun mengusap air matanya yang masih mengalir. Ia tak ingin disebut cengeng oleh Artha ya meskipun sudah terlanjur tertangkap basah.

Tanpa berkata apapun Artha menghampiri keduanya.

"Darimana aja nih bujang daddy" tanya Alan.

"Palingan ngapel" sahut Arsyi.

"Bener itu?" Alan bertanya lagi.

Mantan? (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang