Happy reading
°
°
°Aksa mengeraskan rahangnya kala memasuki gerbang rumah Arsyi melihat keberadaan Arash yang baru saja keluar dari rumah gadisnya.
Ia mengunjungi Arsyi setelah pulang sekolah untuk menjenguk keadaan gadis itu. Aksa membawakan makanan yang di buat bunda dan juga membawakan sebuket bunga mawar putih kesukaan Arsyi.
"Makasih ya nak Arash sudah jenguk anak saya." Ujaran Alan yang mengantar Arash keluar dapat didengar oleh Aksa.
"Ngapain?" Tanyanya ketika sudah berhadapan langsung dengan Arash dan Alan.
"Jenguk Arsyi." Jawab Arash tenang.
"Sa masuk yok." Ajak Alan pada calon menantu.
"Hati-hati ya." Setelah memberi pesan pada Arash, ia memasuki rumah sembari merangkul Aksa supaya tak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
"Kenapa dibolehin masuk sih dad?" Tanya Aksa dengan nada kurang enak begitupun ekspresinya yang sangat menggambarkan perasaannya.
"Kan niatnya baik, lagian lo cemburuan banget sih." Balas Alan dengan tenang dengan keadaan masih merangkul Aksa.
"Udah lo tenang aja gue pantau kok oh bukan cuma gue tapi Artha juga." Balasnya yang hanya ditanggapi anggukan oleh Aksa.
"Nih bunda masakin buat semuanya, tapi yang ini khusus buat Arsyi."
Aksa menyodorkan satu rantang pada Alan dan satu kotak makan lainnya untuk Arsyi. Setelah Alan menerimanya, Aksa berlalu.
"Eh sa Arsyi ada di taman belakang!" Seruan itu membuat Aksa membalikkan badan seraya mendumel karena ia sudah menaiki setengah tangga.
"Bilang dari tadi kek." Gerutuan itu tak dipedulikan oleh Alan.
Aksa berjalan menuju taman belakang rumah Alan. Di sana Arsyi sedang mendengarkan musik seraya memakan buah yang terlihat sudah dipotong.
"Bunga yang cantik untuk perempuan cantik." Penuturan Aksa membuat Arsyi tersenyum cerah.
"Ngapain aja sama cowo itu?" Tanya Aksa to the point dengan ekspresi wajah yang nampak tak enak dipandang karena sedang kesal.
"Kak Ar-"
"Jangan sebut namanya." Potong Aksa sebelum Arsyi menyelesaikan ucapannya.
"Cuma jenguk doang sa, terus bawain ini." Balas Arsyi menunjukkan sepiring potongan buah ditangannya.
"Dia juga yang kupas dan potongin?"
Melihat gadis itu mengangguk membuat Aksa mendengus sebal.
"Tuh makan, gue balik." Katanya setelah menaruh kotak makan untuk Arsyi.
"Sa tunggu!" Cegahnya hingga Aksa yang sudah siap pergi pun berhenti.
"Apa lagi?" Tanya Aksa.
"Jangan marah." Tutur Arsyi dengan wajah menunduk. Aksa menghela nafas menepis segala rasa emosi yang terasa menggebu. Ia menyerah, akhirnya ia menepuk-nepuk kepala Arsyi kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantan? (On Going)
Teen FictionSejak menjadi sepasang mantan, hidup keduanya menjadi hampa seolah kehilangan belahan jiwanya. Keduanya sudah saling bergantung satu sama lain akan tetapi hubungan mereka kandas sehingga mau tak mau harus mampu hidup tanpa satu sama lain. Ternyata m...