Happy reading
°
°
°"orang yang pernah selingkuh berkemungkinan untuk selingkuh lagi kan?"
Selama hampir seminggu ini, Aksara selalu menemani dan membantu sang mantan yang tengah terluka. Dan dalam kurun waktu beberapa hari ini lukanya berangsur membaik.
Berbeda dari hari-hari sebelumnya, hari ini tepat di hari Sabtu Arsyi tak menemukan Aksa dirumah. Entah kemana lelaki itu perginya. Tak mungkin juga jika ia harus bertanya karena ia terlalu gengsi.
Sembari terus mengecek WhatsApp nya, ia juga memandangi balkon kamar Aksa. Ia bahkan tak menemukan setitik kehidupan disana. Rumahnya pun nampak sepi ia tak bisa melihat satu orangpun dirumah itu.
Perhatian Aksa selama ini justru membuatnya semakin bergantung pada lelaki itu. Sungguh, ini diluar kendalinya. Mau sekuat apapun ia membuat batas untuk tak lagi berhubungan dengan Aksa, semesta selalu punya cara untuk mempertemukan mereka.
"Duh gue kenapa sih?" Tanyanya pada diri sendiri seraya mengacak-acak rambutnya sendiri.
"Masa sehari tanpa dia bisa buat gue begini." katanya terheran-heran.
Biasanya sepanjang hari Aksa selalu disini tapi kini sekedar melihatnya saja tidak. Bahkan lelaki itu sama sekali tidak menanyakannya lewat chat. Di malam Minggu ini Arsyi sendiri.
Arsyi mengeratkan jaketnya ketika rasa dingin kian menusuk kulitnya. Ia mendongak memperhatikan bulan beserta bintang yang nampak indah sekali.
"Masyaallah indah banget." ucapnya seraya berdecak kagum.
"Yang itu pasti mommy," ucapnya terpaku pada salah satu bintang yang begitu cantik dimatanya.
"Mom aku pengen mommy ada disini liat aku dan Artha tumbuh, tapi kenapa mommy pergi, bahkan kita belum pernah bertemu," gumamnya dengan mata berkaca-kaca. Ia membayangkan jika sang mommy menemaninya dan juga Artha. Namun sayang, itu semua hanya bayangan semata dan tentu tak mungkin menjadi kenyataan.
"Bukannya aku ga ikhlas, tapi kadang aku juga iri liat yang lain masih punya orang tua lengkap." monolognya.
Grep
Arsyi tersentak ketika ada seseorang yang merangkulnya.
"Ih Artha kaget!" Pekik Arsyi saat melihat Artha dengan watadosnya. Arsyi dengan segera mengelap air matanya.
"Jangan ngelamun terus," ujarnya sedangkan Arsyi menatapnya namun dengan pandangan kosong.
"Mau mommy tha." lirihnya.
Tanpa berucap apapun, Artha memeluknya sembari mengusap surai rambut kembarannya.
"Lo jangan pura-pura kuat deh! Tha, semua orang berhak sedih atau bahkan nangis karena itu emang manusiawi." ujar Arsyi lirih. Kemudian tangisnya pecah saat itu juga. Sedangkan Artha? Lelaki itu hanya terdiam kaku dengan mata memerah menahan tangis.
Artha tahu jika ia memang berhak menangis, akan tetapi ia tak ingin menunjukkannya dihadapan Arsyi karena disini ia penopang hidup gadis itu. Jika ia tak kuat bagaimana Arsyi bisa berdiri? Ya Arsyi memang mampu berdiri sendiri akan tetapi Artha merasa jika ia harus membantu Arsyi untuk terus berdiri tegak karena menurutnya Arsyi rapuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantan? (On Going)
Подростковая литератураSejak menjadi sepasang mantan, hidup keduanya menjadi hampa seolah kehilangan belahan jiwanya. Keduanya sudah saling bergantung satu sama lain akan tetapi hubungan mereka kandas sehingga mau tak mau harus mampu hidup tanpa satu sama lain. Ternyata m...