"Gue pengen lo lupain Rama dan jadi pacar gue," ucap Keenan lantang membuat Jeje mematung di tempat.
Jeje menatap tangan Keenan yang masih mencengkeram kuat pergelangan tangannya. Apa Keenan benar-benar serius kali ini? Tapi, ini sama sekali gak romantis!
"Lo bercanda?" Jeje menarik senyum miringnya. "Lo bahkan gak bener-bener suka gue."
"Maka dari itu, buat gue benar-benar jatuh ke lo. Seperti lo yang udah jatuh ke gue."
Jeje mengerjapkan matanya berkali-kali. Tidak percaya. "Gimana kalo gue gagal?"
"Lo seperti mereka."
Jeje makin tergelak. Keenan sungguh kejam kalau sampe menyamakannya dengan mantan-mantannya yang lain. Harusnya Jeje tau bagaimana akhir dari ini semua. Tapi, kalau tidak di coba siapa yang tau 'kan?
"Jadi, ini kayak sebuah permainan?"
Keenan menggeleng. "Gue gak bermaksud membuat ini kayak mainan. Gue serius."
Jeje memutar otaknya lagi. Apa yang bisa memikat dari dirinya? Jeje sadar ia hanya cewek yang kelewat tomboy tanpa ada sedikitpun hal yang menarik dari dirinya. Bahkan hanya Rama satu-satunya cowok yang pernah terpikat dengannya.
"Kelamaan." Tandas Keenan. "Mulai hari ini, lo resmi jadi pacar gue."
Jeje hendak membuka mulutnya untuk menyuarakan protesnya. Namun, Keenann telah menarik--menyeret tepatnya--Jeje keluar dari uks menuju parkiran.
Jeje hanya bisa pasrah sambil merutuki nasibnya. Ia akan menjadi korban Keenan selanjutnya. Sama seperti mantan-mantan Keenan yang lain.
Oh, kalau seperti itu, ia harus membuat Keenan jatuh cinta padanya 'kan?
Keenan membawa Jeje naik ke atas motornya. Keenan pun melajukan motornya menuju rumah Jeje. Untung keadaan sekolah sudah sepi sore itu. Jadi, tidak akan ada yang melihat Jeje dan Keenan pulang bareng.
"Lo lagi mikirin gimana caranya buat gue suka sama lo, ya?" Ucap Keenan keras. Agar Jeje bisa mendengarnya diantara kebisingan jalan raya.
Jeje memutar bola matanya jengah. "Gak perlu gue lakuin itu, toh nanti lo akan suka juga sama gue."
"Cih, kepedean," sahut Keenan. "Kalo gak berhasil?"
"Gue tinggal cari cowok lain."
Sontak, tawa Keenan berderai. "Emang ada yang mau sama lo selain gue dan Rama? Bahkan Haris sama Lean pun gak tertarik sama lo."
Kalau bukan karena diantar pulang, Jeje sudah pasti akan menempeleng kepala Keenan saat ini juga. Namun, Jeje masih bisa meredam emosinya untuk tidak memutilasi Keenan.
"Kok gue gak yakin lo bisa bikin gue suka sama lo ya, Je?" Tukas Keenan.
"Kalo gak yakin, kenapa lo pacarin gue? Maksa pula," Jeje mendengus.
"Tapi lo suka 'kan? Setidaknya berbangga karena lo jadi pacar gue."
Jeje malas menanggapi Keenan lagi. Kalo di ladenin, Keenan akan semakin besar kepala. Tau sendiri kadar pedenya Keenan sudah akut.
Setelah sampai di depan rumah Jeje, Jeje segera turun dari motor Keenan dan berterima kasih pada Keenan.
"Mandi habis ini. Terus sholat jangan lupa," tukas Keenan sambil membenahi rambut Jeje yang udah awut-awutan.
"Iya, bawel," cibir Jeje. "Yaudah sana pulang."
"Idih, ngusir pacarnya sendiri," Keenan pura-pura cemberut. "Nanti line gue, ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Boyfriend
Ficção AdolescenteOrang gila mana sih yang gak pengen punya pacar yang perfect? Kalo kalian gak merasa, mending periksain diri ke dokter jiwa! Dia, si cowok paling perfect seantero sekolah. Saking perfectnya, sampe php sana-sini. Gue pun kena php-annya. Sial! Berkat...