K E E N A N
Sudah 6 tahun, dan gue masih disini, dengan perasaan yang sama, dan orang yang sama.
Zhesya Attaya.
Entah ini karma gue yang gak mau ngelepasin gue, atau emang gue yang udah bener-bener sayang sama Zhesya. Meskipun Zhesya udah pergi--entah kemana--gue pun masih nunggu dia.
Terakhir gue dikirimin foto Zhesya sama Rama itu ... minggu lalu. Dan seperti yang gue duga, Zhesya makin cantik. Dia udah jadi cewek--ralat, wanita dewasa. Walaupun begitu, Zhesya tetep cuek sama penampilannya yang masih sama kayak dulu; simple.
Meskipun begitu, entah kenapa rasa gue ke Zhesya malah semakin besar. Padahal udah hampir 5 tahun gue ditinggalin dia. Seenggaknya, sebelum kita pisah, gue mendapat kenangan yang bener-bener gak bisa gue lupain.
Acara prom yang di adakan sebagai bentuk perpisahan sekolah. Acara yang di selenggarakan pada Jum'at malam itu, membuat gue sangat-sangat excited.
Gue memilih suit yang menurut gue paling keren. Dengan kemeja warna putih yang di padukan dengan jas warna hitam. Tapi percuma aja sih, karena jasnya gak gue pake.
Malam ini, gue akan jemput Zhesya. Dia udah janji sama gue, kalau dia akan jadi pasangan gue saat prom nanti.
Rasanya ... udah kayak ribuan pelangi menghiasi otak juga hati gue. Gue seneng karena Zhesya mau jadi pasangan prom gue. Dan, Rama emang benar, kalau Zhesya adalah cewek yang amat-sangat baik.
Bagaimana dengan Adit? Yah, cowok itu telah melipir pergi dan tidak mengacau Zhesya lagi. Terbukti setelah kenaikan kelas, Adit sudah tidak pernah muncul lagi di hadapan gue maupun Zhesya.
Kalo kata Rama sih, Adit mau pindah sekolah. Persisnya, gue gak tau dan gak mau tau. Yang penting, Zhesya ada di samping gue, itu udah cukup.
Gue sudah berada di depan rumah Zhesya. Gue mengetuk pintu rumahnya, dan pintu pun terbuka. Menampakkan sesosok wanita dengan senyuman hangatnya.
"Eh, Keenan," sapa Tante Nara, "masuk, yuk. Jeje belum siap."
Gue mengangguk, lantas mengikuti Tante Nara yang berjalan di depan gue. Tante Nara membawa gue ke ruang tamu, dan beliau menanyakan gue ingin minum apa, yang gue balas dengan gelengan kepala.
Saking penasarannya sama Zhesya, gue pengen banget ketemu dia. Zhesya pasti cantik.
Beberapa menit kemudian, Zhesya pun menampakkan dirinya di hadapan gue. Zhesya tampak manis dengan dress selutut berwarna salem. Rambutnya yang panjang hanya ia gerai, dan keriting di bagian bawah rambutnya. Wajahnya dipoles dengan bedak yang tidak terlalu tebal, dan bibirnya yang tipis itu hanya dipakaikan lip balm.
Sempurna.
"Cantik," puji gue saat Zhesya tepat di depan gue.
Pipi Zhesya memerah, lalu berkata, "makasih. Lo juga ... keren."
Gue tersenyum simpul, lalu menggandeng tangannya. Tak lupa untuk pamit pada Tante Nara.
♤
Setelah lelah berdansa, gue dan Zhesya memutuskan untuk duduk di bangku taman samping sekolah yang penerangannya cukup redup. Zhesya merunduk sebentar untuk melepaskan heels yang di kenakannya.
Dengan tinggi 172cm dan memakai heels setinggi 7 senti, tinggi Jeje jadi sejajar dengan gue. Mengingat gue yang tinggi, dan Zhesya juga tinggi, gue gak kebayang kalo gue nanti punya anak sama dia tingginya semana.

KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Boyfriend
Fiksi RemajaOrang gila mana sih yang gak pengen punya pacar yang perfect? Kalo kalian gak merasa, mending periksain diri ke dokter jiwa! Dia, si cowok paling perfect seantero sekolah. Saking perfectnya, sampe php sana-sini. Gue pun kena php-annya. Sial! Berkat...