Dinginnya udara yang berasal dari AC, tampaknya tidak berefek apa-apa pada Jeje. Cewek kelakian itu bergerak-gerak gelisah di tempat duduknya. Bukannya kedinginan, ia malah keringat dingin. Tangan yang terkepal di sisi tubuhnya, terasa basah oleh keringat.
Ini yang Jeje takutkan. Takut akan berubah pikiran untuk move on dari Keenan. Untuk membenci ataupun marah kepada cowok itu rasanya sulit sekali. Meskipun dirinya telah di sakitinya berkali-kali. Mungkin karena perasaan sayangnya pada Keenan.
Rapat OSIS yang berlangsung selama hampir satu jam itu, mampu membuat jantung Jeje berdetak lebih cepat dari biasanya. Di tambah dengan keringat yang terus mengucur dari dalam dirinya. Bahkan, Zidan yang duduk di sebelahnya sempat mengira kalau Jeje sedang sakit.
Padahal tidak sama sekali. Jeje bertingkah seperti itu, karena selama rapat berlangsung, Keenan seringkali mencuri pandang kearahnya. Bukan geer, tapi setiap orang pasti bisa merasakan kalau ada yang sedang memperhatikannya.
Tapi Jeje harus ingat pada rencananya; melupakan Keenan.
Sudah seminggu sejak kejadian-Keenan-mempermainkannya, Jeje selalu mengabaikan Keenan. Entah lewat chat atau bercakap langsung. Yang hanya di jawab dengan anggukan atau gelengan dari Jeje.
"Oke, calon ketua dan wakil OSIS yang baru udah di tentukan, ya?" Keenan menatap wajah teman-temannya secara bergiliran. "Pelantikan pengurus OSIS yang baru seminggu setelah kita masuk ajaran baru. Rapat saya tutup, terima kasih."
Mereka segera membereskan barang-barang yang ada di atas meja dan menaruh ke dalam tas mereka. Secara bergantian, mereka keluar dari ruang OSIS. Jeje keluar paling belakang, dan sudah di sambut oleh sosok Ila yang menunggu di depan pintu ruang OSIS.
"Gue lupa kalo hari ini lo ada rapat OSIS." Ila berkata sambil berjalan di samping Jeje. "Untung gue gak keburu bilang ke Adit lo udah balik duluan."
"Ada Adit?" Tanya Jeje yang langsung di angguki oleh Ila.
"Dia nunggu lo daritadi di parkiran. Kalo gitu, gue duluan, ya? Mau nebeng sama Danny."
"Weh, udah ada kemajuan kayaknya, nih," goda Jeje dengan seringaiannya.
Ila mendengus. "Kemajuan dari mana? Gue friendzone tau!"
Jeje tak kuasa untuk menahan tawanya. Untung saja cewek kembarannya itu sudah berlalu, kalau Ila masih mendengar mungkin Jeje tak akan selamat sampai rumah.
"Ketawa sendirian, di kira gak waras nanti," celetuk Adit yang tiba-tiba sudah berada di hadapan Jeje.
"Eh?" Jeje tersentak, menyadari kalau dirinya sudah sampai di parkiran. "Ngagetin orang mulu kayak setan."
"Setan mana ada yang ganteng kayak gue?"
Jeje meringis melihat Adit yang sangat pedenya. Cowok itu sedang bergaya di depan Jeje sambil menyisir rambutnya ke belakang, dan menampilkan senyum terlampau konyolnya.
"Geli lo."
Di sepanjang perjalanan, Jeje mengeratkam pegangannya pada jaket yang di kenakan oleh Adit. Tubuh depannya berdempet dengan punggung tegap cowok itu. Jeje bercerita panjang lebar tentang kejadian hari ini pada Adit. Dengan senang hati cowok itu mendengarkannya seraya beberapa kali menimpali dengan ucapan konyolnya.
Sesampainya di depan rumah Jeje, Jeje turun dari motor Adit dan menyerahkan helmnya.
"Mau mampir dulu gak? Mami masak enak kayaknya," tawar Jeje.
"Emang boleh gue masuk sama calon mertua?"
"Ha? Apaan?" Jeje syok dengan perkataan Adit barusan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Boyfriend
Fiksi RemajaOrang gila mana sih yang gak pengen punya pacar yang perfect? Kalo kalian gak merasa, mending periksain diri ke dokter jiwa! Dia, si cowok paling perfect seantero sekolah. Saking perfectnya, sampe php sana-sini. Gue pun kena php-annya. Sial! Berkat...