AUTHOR
Pagi-pagi sekali, Keenan sudah di kejutkan dengan cewek-cewek yang berkumpul di mejanya. Keenan mengernyit bingung, gue hari ini jomblo deh, kenapa rame begini? Batinnya yang minta di takol. Sok laku banget! Emang kenyataan sih.
"Pada ngapain lo?" Tanya Keenan yang sudah berada di belakang cewek-cewek itu. Mereka menengok dan matanya berbinar-binar, karena orang yang di tunggu dateng juga.
"Nan, aku gak rela di putusin kamu. Balikan yuk," ajak si cewek pertama. Dih, gatau malu.
"Kok kamu gak pernah nembak aku sih?" Timpal cewek kedua.
"Plis, balikan sama gue aja. Gue gak bakal cemburu deh, lo punya banyak gebetan," mohon cewek ketiga.
"Gue waitingin lo udah lama banget, Nan. Lo kenapa phpin gue begini?" Ungkap cewek keempat sedih.
"aku rela deh, kamu jadiin pacar ke seratus. Asal aku jadian sama kamu," pinta cewek kelima.
"Aku mah apa atuh, cuma selingkuhan, Keenan. Aku mah apa atuh, cuma pacar gelapmu," nyanyi si cewek keenam. Keenan hanya mengurut pelipisnya yang tiba-tiba ia di dera rasa pusing. Pusing gara-gara mantan-mantannya.
"Gini deh," suara Keenan. "Dengerin baik-baik wahai kalian barisan para mantan--"
"Mantan apaan, Nan?" Tanya si cewek kedua.
"Gebetan kek, pacar kek, sama aja. Judulnya mantan!" Geram Keenan. "Sori gue gak bisa balikan sama kalian. Dan gue gak pernah nembak mantan gebetan gue karena kalian terlalu agresif. Gue gak suka," jelas Keenan membuat mereka bersorak kecewa.
"Dan lo, San," tunjuk Keenan pada cewek keenam. "Apaan lo pake nyanyi lagu alay gitu? Walaupun gue playboy, gue gak pernah punya selingkuhan. Cuma gebetan aja merapak!" Seru Keenan.
"Yaela, baper amat jadi laki," cibir Sandra--si cewek keenam. "Gue nyanyi biar dramatis aja kali, gue mah ikut-ikutan doang." Pernyataannya membuat Keenan mendengus kesal.
"Udah bubar sana!" Keenan mengibaskan tangannya untuk mengusir mereka. Malu-maluin gue aja, pagi-pagi, batinnya kesal.
"Woi, peka dong, kawan. Ada yang cemburu menguras bak mandi nih, wakaka." Alan berteriak dengan di sertai tawa lebarnya. Lantas, Keenan menengok dan mendapati Jeje yang siap meledakkan amarahnya kepada Alan. Seakan mengerti, teman-temannya yang sudah datang itu langsung ikut tertawa. Keenan juga melakukannya.
"Kalo bunuh gak dosa, udah gue bunuh lo dari jaman azali!" Geram Jeje, lalu meninggalkan kelasnya.
"Ris," Alan memanggil Harris. Yang di panggil menengok. "Emang jaman azali ada manusia ya? Setau gue gak ada deh," celetuk Alan membuat Haris tertawa kecil.
"Emang gak ada," jawab Haris santai.
"Ha! Berarti Jeje lebih bego dari gue. Hahaha." Alan memekik girang dan berlarian memutari kelasnya. Idiot.
"Temen lo, Nan. Gak ngerti lagi gue," ucap Haris sarat akan nada frustasi, melihati Alan yang masih memutari kelasnya.
Keenan memutar kedua bola matanya. "Bukan. Temen gue kan, lo, Lean, Rama. Yang waras-waras lah, intinya." Keenan bergidik ngeri.
Kontan, Haris terbahak. "Parah lo." Haris mengambil nafas panjang untuk meredakan tawanya. "Kantin yuk, laper. Sekalian nyamper Lean, kasian tuh jomblo. Udah jomblo, misah pula sama kita." Haris tertawa mengingat pasal Lean yang memisahkan diri dengan mereka bertiga. Memang hanya Lean yang mengambil jurusan IPS. Walaupun begitu, Lean juga termasuk anak-anak pintar.
"Lean tipenya ketinggian, gimana gak jadi jomblo abadi," celetuk Keenan disertai tawa kecilnya.
"Temen lo juga tuh. Dia jomblo, juga malu-maluin kita."
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Boyfriend
Teen FictionOrang gila mana sih yang gak pengen punya pacar yang perfect? Kalo kalian gak merasa, mending periksain diri ke dokter jiwa! Dia, si cowok paling perfect seantero sekolah. Saking perfectnya, sampe php sana-sini. Gue pun kena php-annya. Sial! Berkat...