🍂 Dua Puluh Sembilan

2.5K 123 1
                                    

I̶F̶ ̶O̶N̶L̶Y

Netra Jaemin bergerak memandangi wajah tampan pria yang kini sudah berada di atas tubuhnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Netra Jaemin bergerak memandangi wajah tampan pria yang kini sudah berada di atas tubuhnya. Satu tangannya bergerak mengusap pipi Jeno dan membuat lekuk bulan sabit milik Jeno terlukis.

Cup!

Satu kecupan lembut itu berhasil membuat bulu kuduk Jaemin meremang. Kedua kelopak matanya kembali terpejam saat Jeno kembali membawanya untuk menyelami sebuah ciuman yang begitu terasa memabukkan.

Tangan Jaemin mulai meraba punggung Jeno, menyalurkan segala rasa akibat afeksi yang terus menerus Jeno berikan padanya. Tanpa melepaskan lumatan intens itu, kedua tangan Jeno mulai meraba masuk pada pakaian Jaemin.

"Nnghhh..." Desah Jaemin di tengah lumatan mereka.

Jeno menarik diri, melihat bagaimana Jaemin yang berusaha menetralkan napasnya dengan sorot mata yang terkunci dengan dirinya. Bibir Jaemin bahkan sudah mulai membengkak akibat pergumulan bibir yang mereka lakukan selama lebih dari sepuluh menit.

Lantas, Jeno beranjak sejenak dan membuka laci nakas yang berada di samping ranjangnya. Jaemin menoleh untuk melihat. Kini Jeno sudah terduduk di pinggiran ranjang dan Jaemin yang merubah posisinya menjadi terduduk.

"Itu..."

"Kemarikan tanganmu."

Jeno meraih satu tangan Jaemin dengan lembut. Memasangkan satu cincin yang sudah ia pesan secara khusus sejak beberapa hari yang lalu.

"Be mine, Jaemin-a." Ucap Jeno.

Belum sempat Jaemin menjawab, Jeno sudah lebih dulu menyentuh pipinya, mengelus dengan lembut dan membawanya kembali ke dalam sebuah ciuman seolah tak membiarkan Jaemin untuk menjawabnya.

Ciuman kali ini benar-benar menuntut, Jaemin merasa sedikit kesulitan untuk mengimbangi lumayan Jeno.

"Mmphh...ahhhh"

Darah Jeno berdesir mendengar satu lenguhan lagi Jaemin keluarkan. Membuatnya semakin memburu tak sabaran.

Pagutan itu Jeno lepaskan, bibirnya beralih mengecupi hidung Jaemin, pipi, lalu semakin turun yang membuat Jaemin mendongakkan kepalanya.

Perlahan tapi pasti, Jeno merebahkan Jaemin kembali ke atas ranjang.

"Ohhh...jenoohh..yeahh.." lenguh Jaemin.

Jeno menyesap perpotongan leher Jaemin, memberikan bercaknya di sana. Sengaja dirinya menggigit kulit tengkuk Jaemin agar tanda kepemilikannya semakin tercetak jelas.

[NOMIN] IF ONLY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang