🍂 Tiga Puluh Tujuh

2.6K 106 8
                                    

Hamparan pegunungan salju menyambut mata sepasang suami istri yang kini tengah saling tersenyum dengan tangan sang dominan yang merangkul mesra pinggang kesayangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hamparan pegunungan salju menyambut mata sepasang suami istri yang kini tengah saling tersenyum dengan tangan sang dominan yang merangkul mesra pinggang kesayangannya.

"Kau suka?"

"Hum. Meskipun di Korea ada salju tetapi rasanya sangat berbeda."

Jaemin mendongak sembari tersenyum senang pada Jeno.

"Ayo bermain ski denganku." Ajak Jaemin.

Jeno tertawa namun segera mengikuti Jaemin yang sudah berlari menjauh darinya. Tertawa bersama bak tidak ada hari esok yang akan tiba.

"Kau ingin bermain ski atau kejar-kejaran?" Tanya Jeno.

"Hehe, maafkan aku."

"JAEMIN-A! JENO-YA!"

Haechan berlari menghampiri dua sejoli itu bersama dengan Mark dan Renjun.

Puk!

"Sialan."

Jaemin langsung mengambil salju di telapak tangannya lalu mengepalkannya dan membalas lemparan Haechan.

"Bagaimana kalau kita bermain lempar bola salju?" Usul Renjun.

"Benar. Kita akan membangun benteng dari salju, hitung-hitung kita bisa bermain seperti anak kecil." Ucap Haechan.

"Boleh. Jeno dan Mark hyung, kalian satu tim ya. Aku bersama Haechanie dan Renjun."

Jeno menatap protes pada Jaemin namun Jaemin segera mendorong suaminya itu untuk berada di dekat Mark.

"Kau seperti tidak rela satu tim denganku." Ujar Mark melihat raut wajah masam Jeno.

"Ini seperti permainan anak kecil. Jika bukan karena Jaemin aku tidak akan sudi melakukannya."

"Sudah banyak berubah ternyata." Mark tersenyum hangat pada Jeno.

Jeno hanya melirik sebentar dan kembali memperhatikan Jaemin yang kini sudah mulai membangun benteng-bentengan bersama dengan Haechan dan Renjun.

Senyuman kecil terbit di wajah Jeno. Ia bahagia kini bisa memberikan Jaemin sebuah kebahagiaan. Jeno akan dengan senang hati kalah jika itu melawan sang terkasih.

Puk!

"BENTENG KITA DISERANG!"

Jeno melirik tajam pada Mark.

"Apa yang kau lakukan?"

"Menyerang tentu saja. Kita tidak boleh membiarkan lawan memperkuat diri mereka."

"Shit. Apa kau juga berambisi dalam permainan seperti ini?"

"Tentu saja." Mark menjawab santai.

Jeno mendecak kesal. Mark terkekeh kemudian.

"Aku tidak akan mengalahkan mereka, tenang saja."

"Kalau kau berusaha aku tidak akan membiarkannya. Jaemin ku harus menang apapun caranya." Tutur Jeno.

[NOMIN] IF ONLY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang