I̶F̶ ̶O̶N̶L̶Y
Kelopak mata Jaemin terbuka, sedikit kesadarannya membuatnya menyadari ada sosok yang tengah memeluknya dari belakang. Pandangan Jaemin beralih pada tangan yang kini bertengger nyaman di pinggangnya.
Perlahan, pemuda cantik itu berbalik dan tersenyum simpul melihat Jeno yang kini tengah tertidur. Entah Jeno kembali pukul berapa, Jaemin tidak tahu karena jujur tubuhnya sangat lelah. Setelah makan malam bersama kemarin, Jaemin memutuskan untuk mandi dan membersihkan kamar Jeno yang berantakan karena ulahnya dengan sang pemilik kamar kemarin.
"Menatapmu terlalu dekat seperti ini membuat aku takut, bagaimana jika aku kehilanganmu lagi Jeno-ya?" Gumam Jaemin.
"Itu tidak akan terjadi." Sahut Jeno sembari menarik pinggang Jaemin untuk kembali ia peluk.
Jaemin terpaku untuk sesaat, namun satu tangannya lantas bergerak untuk menyentuh rahang tegas milik Jeno. Memberikan usapan kecil membuat Jeno yang masih terpejam merasakan kenyamanan yang berkali-kali lipat.
"Jangan pergi, aku tidak ingin sakit untuk kedua kalinya." Pinta Jaemin.
Jeno membalas dengan sedikit gumaman. Rasanya sungguh ia ingin cepat-cepat menikahi Jaemin agar di setiap malamnya ia bisa tidur dengan memeluk tubuh orang tercintanya itu, agar di setiap paginya ia akan disambut dengan senyuman indah Jaemin saat ia baru saja terbangun.
"Sudah, aku akan pergi membuat sarapan untukmu dan pulang ke rumah. Ayah dan Bunda pasti mengkhawatirkan aku." Jaemin mencoba menarik diri dari pelukan Jeno.
"Aku sudah meminta izin pada ayah. Tetap di sini."
"Tidak bisa, Jeno. Ini sudah hampir jam sembilan. Jika kau masih mengantuk tidur saja, tidak papa. Aku akan membangunkanmu saat sarapan sudah siap."
Mau tak mau Jeno membuka matanya dan melepaskan Jaemin untuk beranjak pergi dari sisinya. Jaemin geleng-geleng kepala, gemas melihat bagaimana raut wajah Jeno saat ini.
Jaemin menghidupkan satu persatu lampu agar apartemen Jeno menjadi lebih terang. Saat beranjak menuju dapur, ia dikejutkan dengan sosok perempuan yang kini tengah duduk sembari menikmati segelas minuman.
Satu pertanyaan terlintas di pikiran Jaemin. Bagaimana bisa Karina berada di apartemen Jeno?
"Karina..."
Tepat sedetik kemudian, pandangan Jaemin dan Karina saling bertemu.
"Kau!" Karina beranjak dari duduknya.
"Bagaimana bisa kau ada di sini?!"
"Seharusnya aku yang bertanya, bagaimana bisa kau berada di apartemen Jeno?"
"Aku di sini sejak semalam. Kau...kau juga memakai pakaian Jeno. Kau pasti menyusup kan! Kau pasti ingin menjebak Jeno kan?! Ayo cepat katakan!" Ujar Karina.
Jaemin tak mampu berkata-kata lagi. Jadi, Jeno pulang membawa Karina? Dan tidak mengatakan apapun padanya?
"Tidak, kau salah paham."
"Salah paham? Aku bahkan kenal betul bagaimana kelakuan seolah jalang sepertimu!"
"Aku hanya—"
Byur!
"ARGHH..APA YANG KAU LAKUKAN?!" Pekik Jaemin.
Tidak, bukan hanya minuman biasa yang Karina tumpahkan pada tubuhnya. Itu kopi panas. Kopi panas yang belum sepenuhnya menghangat hingga membuat Jaemin memekik kesakitan karena tangan dan tubuhnya sontak melepuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
[NOMIN] IF ONLY
Fanfic[END] REVISI "Janji ya untuk kembali." Kalimat itu keluar dari mulut seorang remaja yang tak akan pernah tahu bagaimana dunia itu penuh akan tipuan. Andai saja Jaemin menyadari sejak dulu jika dunia itu memang kejam. Kelahiran yang tidak diinginkan...