"LEPASKAN AKU!! OPPA AKU MOHONN, BUKAN AKU PELAKUNYA!""BRENGSEK! APA KAU PIKIR AKU TIDAK BISA MELAWANMU?! LEPAS!"
Mark menyeret Karina lalu mendudukkannya pada sebuah kursi dan mengikatnya. Hari ini cukup melelahkan untuknya.
Pukul dua dini hari, seharusnya Mark bisa beristirahat namun justru masih sibuk mengurus dua bedebah yang sudah menghancurkan pernikahan adiknya.
"Bolehkah aku membuka penutup matanya?"
"Of course babe." Mark tersenyum pada Haechan.
Haechan langsung mendekat pada Karina, menarik kain penutup matanya dengan kasar hingga menimbulkan erangan tak terima dari sang empu.
"Oppa, tolong lepaskan aku. Kenapa kau menculikku seperti ini? Aku tidak melakukan apapun..."
"Perlu aku sebutkan semua kesalahanmu?" Haechan menyahut.
"Lepaskan dia! Aku yang menembakkan peluru itu, kalian tidak boleh menyiksanya!" Hyunjin berujar cukup keras. Keadaannya pun sama dengan Karina, hanya saja wajahnya sudah penuh dengan luka dan kakinya yang mungkin sudah patah karena tendangan dan injakan Mark tadi.
"Oppa aku sedang hamil..tolong kasihani aku...hiks.."
"Hahahaha..." Haechan tertawa keras.
Haechan mendekat pada Karina lalu menampar keras pipi wanita itu.
"LEPASKAN DIA!" Teriak Hyunjin.
"Hamil ya... Aku masih ingat betul bagaimana kehamilanmu ini kau gunakan untuk menjebak kekasihku! Aku diam bukan berarti aku meloloskanmu begitu saja, kau terlalu bodoh hingga tidak menyadari aku memantaumu selama ini." Ucap Haechan.
"Aku mungkin tidak akan mengganggumu lagi tapi karena kau sudah berani mencelakai sahabatku, aku bersumpah akan menginjak jasadmu nanti." Ancam Haechan.
Mark menepuk bahu Haechan agar tidak terlalu berlebihan karena Karina dan Hyunjin bukan kuasa mereka untuk menyiksanya.
Mark sudah menyiksa Hyunjin mati-matian dan menurutnya itu cukup sebagai permulaan.
"Kita pergi temui Jeno. Ayo,"
Mau tak mau Haechan menurut dan meninggalkan Karina juga Hyunjin yang sudah dijaga oleh empat bodyguard.
Mark dan Haechan melangkah menuju sisi lain dari rumah yang berada hampir di tengah hutan dan jauh dari perkotaan Seoul. Mereka spontan menghentikan langkah saat melihat Jeno keluar sembari menyeret sebuah karung plastik besar.
"Jangan bilang kau baru saja membunuh seseorang?" Tebak Haechan.
"Ini bangkai dan aku harus segera membakarnya bersama jasad kakek tua itu."
Haechan terkejut bukan main. Itu artinya jasad di dalam karung itu adalah nyonya besar Nakamoto.
Jeno berbalik. "Bawa Hyunjin. Aku juga akan memberinya pelajaran."
KAMU SEDANG MEMBACA
[NOMIN] IF ONLY
Fanfiction[END] REVISI "Janji ya untuk kembali." Kalimat itu keluar dari mulut seorang remaja yang tak akan pernah tahu bagaimana dunia itu penuh akan tipuan. Andai saja Jaemin menyadari sejak dulu jika dunia itu memang kejam. Kelahiran yang tidak diinginkan...