🍂 Delapan Belas

3.7K 241 3
                                    

I̶F̶ ̶O̶N̶L̶Y

Ten mengusap air matanya yang menetes tanpa izin, menyaksikan dan mendengar percakapan keluarga Yuta mampu membuat rasa sedihnya bangkit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ten mengusap air matanya yang menetes tanpa izin, menyaksikan dan mendengar percakapan keluarga Yuta mampu membuat rasa sedihnya bangkit.

Haechan pun sesekali menoleh, awalnya merasa heran dengan tingkah sang mami yang sempat mengajaknya pergi namun berujung menguping diam-diam seperti ini.

"Mi, apa Nana bakalan pergi dari sini? Uncle Yuta bakalan bawa Nana pergi?" Tanya Haechan.

"Itu pasti. Orang tua kandung memiliki hak paling besar terhadap anaknya. Kamu kenapa nanya gitu?"

"Gak papa. Sedih aja, nanti aku gak punya temen lagi."

Ten mengerlik malas saat melihat anaknya berpura-pura memasang wajah sedih. Namun, ada benarnya ucapan Haechan.

Mungkin Ten juga akan merasa kehilangan Jaemin jika sudah waktunya nanti Yuta dan Winwin akan membawa Jaemin bersama dengan mereka. Jaemin itu, meski lebih banyak diam dan tidak seberisik Haechan, Ten tetap akan merasa kehilangan.

"Nana..apa kamu membenci Ayah, nak?" Yuta mengajukan pertanyaan terakhirnya setelah menjelaskan segalanya pada Jaemin.

"Aku tidak akan berbohong untuk itu. Aku membenci kalian, aku tidak bisa tersenyum bahagia begitu saja setelah mengetahui siapa orang tua kandungku sebenarnya, orang tua yang bahkan tidak mengenaliku sama sekali."

Jaemin menghela napasnya. "Aku senang saat paman memelukku waktu di rumah sakit. Aku selalu ingin bertemu dengan kedua orang tua kandungku, merasakan pelukan dan kasih sayang mereka."

"Senang bertemu dengan kalian."

Perasaan Winwin kembali mendapatkan sayatan luka saat mendengar putranya sendiri berucap formal layaknya orang asing.

"Nana tau tidak, Ayah sangat berterimakasih sama kamu. Kalau saja Johnny tidak mengatakan jika hasil otopsi itu dipalsukan dan jika saja nenekmu tidak membongkar segalanya pada Ayah mungkin Ayah sudah benar-benar akan putus asa sekarang. Ayah tidak akan kuat lagi bertemu dengan Bunda kamu, Ayah juga mungkin akan menyerah untuk mencari keberadaan kamu, dan mungkin hidup Ayah akan benar-benar terasa mati sekarang."

"Terimakasih nak, terimakasih karena sudah bertahan."

Jaemin melihat Yuta yang tertunduk. Apakah dirinya egois?

Ayahmu itu tidak pernah tunduk pada siapapun.

"Ayah." Panggil Jaemin. Yuta spontan mendongak, terkejut dengan panggilan sang anak.

[NOMIN] IF ONLY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang