🍂 Tiga Puluh Enam

2.3K 102 10
                                    

WARNING!!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

WARNING!!!

⚠️

Segala apa yang Jaemin inginkan benar-benar langsung terkabulkan. Taeyong benar-benar membuktikan ucapannya dengan membelikan sebuah rumah untuk Jeno dan Jaemin.

Berangkat ke Swiss pun juga akan Jaemin lakukan esok hari. Tiga Minggu setelah pernikahan dan kejadian buruk itu, Jaemin serta yang lain baru bisa berangkat karena orang-orang yang akan ikut serta harus menyesuaikan jadwal mereka terlebih dulu.

Jaemin menyiapkan pakaian dan barang-barangnya dengan Jeno sembari melakukan vidio call dengan Haechan dan Renjun.

"Aku akan berangkat sendiri, menyebalkan. Guanlin tidak bisa ikut bersamaku."

Jaemin tertawa kecil melihat gerutuan Renjun.

"Jaemin-a, semoga aku cepat dapat kabar baik ya."

"Apa maksudmu?"

"Keponakan. Aku ingin saat kita kembali nanti aku sudah mendengar kabar bahagia itu."

"Seo Haechan, bisa tidak kau berpikiran waras."

"Itu bukan hal yang gila. Atau jangan-jangan kau sudah isi?"

"Tidak!"

Jaemin segera mematikan sambungan vidio call nya. Malu sekali dirinya.

"Kenapa bajunya kau remas-remas begitu?"

Jeno datang menghampiri Jaemin. Senyuman tak lepas menghiasi wajahnya saat melihat istrinya menggerutu sembari meremas-remas pakaian yang seharusnya dilipat rapi untuk dimasukkan ke dalam koper.

"Tidak papa."

Jeno mendudukkan diri di pinggiran kasur. Mengangkat sedikit satu alisnya melihat Jaemin yang kini justru seperti sedang tersipu malu.

"Sudah konsultasinya?" Tanya Jaemin.

Wajah Jeno seketika berubah. Apakah Jaemin mengetahuinya?

"Tidak perlu cemas begitu, aku sudah mengetahuinya. Kau berkonsultasi dengan dokter supaya lebih bisa mengendalikan dirimu kan?"

"Maaf jika aku berbohong padamu."

"Tidak papa. Mama sudah bercerita jika kau sering berkonsultasi dengan dokter untuk mengendalikan emosimu. Seharusnya kau jujur saja padaku, aku bisa membantu walaupun sedikit."

Jaemin menatap sendu pada Jeno. Fakta lain yang ia dengar langsung dari ibu mertuanya cukup membuat Jaemin merasa sedih dan sedikit tidak berguna.

Ternyata sudah cukup lama Jeno berkonsultasi dengan psikiater hanya untuk mengendalikan dirinya. Jaemin pikir selama dirinya berpisah dengan Jeno, hanya ia yang menderita.

Nyatanya, Jeno pun sama menderitanya. Taeyong berkata jika pribadi Jeno berubah hampir seluruhnya, menjadi orang yang emosian, arogan, pemarah, dan kejam.

[NOMIN] IF ONLY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang