"Hai." Baskara memamerkan senyum patennya yang bisa membuat cewek manapun klepek-klepek. "Boleh duduk di sini?"
Tentu saja Agnia bukan jenis cewek yang langsung klepek-klepek melihat senyum maut Baskara. Gadis itu cuma menatap datar. "Kalau gak boleh?"
"Masa gak boleh? Emang gak kesepian duduk sendirian?"
"Musiknya keras. Bagaimana bisa kesepian?"
"Tapi lebih enak kalo ada teman ngobrol kan?" Bukan Baskara namanya kalau langsung menyerah menerima penolakan. Ia langsung duduk di samping Agnia. Cukup dekat, hingga gadis itu bisa mencium bau minuman keras dari mulutnya. Membuat Agnia reflek menjauh. Hal ini membuat Baskara mengerutkan kening tidak suka.
Belum ada cewek yang langsung duduk menjauh begitu ia dekati. Yang ada malah maunya nempel terus. Malah dia yang risih ditempeli cewek. Tapi gadis ini malah reflek menjauh. Cih, sombongnya. Dia pikir, Baskara pasien penyakit kusta yang harus dijauhi? Sialan.
"Anak baru ya?" Tapi tak urung Baskara iseng juga bertanya. Mungkin karena wajahnya yang cantik, membuatnya hatinya gatal ingin bertanya. "Gak pernah liat sebelumnya. Jarang ke pesta kayak gini ya?"
"He-eh." Agnia mengangguk. Tapi matanya kembali asyik dengan ponselnya. Tidak peduli dengan si ganteng yang dadanya sudah panas di cuekin gitu. Hei, dia adalah Baskara. Cowok paling keren, ganteng dan terpopuler di antara mahasiswa Indonesia. Cewek mana yang tidak kenal dia? Jangankan cewek Indo, bahkan cewek bule saja tidak kebal dengan pesonanya.
Tapi cewek di depannya ini seolah tidak mempan dengan pesona Baskara. Apa ponsel di tangannya lebih menarik ketimbang dirinya?
"Boleh tahu siapa nama kamu?"
"Agnia."
"Aku Baskara." Tapi masih disabar-sabarkannya dirinya meski mendapatkan sambutan dingin dari cewek cantik ini. "Boleh ngajak dansa?"
"Maaf, aku gak bisa dansa."
"Minum?"
"Gak biasa."
Terus buat apa kau datang ke sini kalau cuma main ponsel? Rutuk Baskara dalam hati. Masih mending diam di rumah. Tidur.
"Baskara!" Seorang cewek seksi berteriak memanggil namanya sambil mendatangi meja mereka. "Dicariin, ternyata ngumpet di sini." Krystal melirik Agnia yang masih asyik main ponsel.
"Ayo, temen-temen nyariin tuh." Krystal sudah menggayut manja di lengan kekar Baskara. Dan Baskara mau tidak mau mengikuti Krystal pergi, tanpa bicara lagi dengan Agnia. Dan gadis itu masih tidak peduli.
"Sombong banget sih. Dikiranya aku patung? Dicuekin begitu."
Krystal tertawa kecil melihat wajah tampan Baskara yang terlihat mangkel. "Kau sih gak cocok sama patung es kayak dia."
"Kau kenal dia, Krys?"
"Agnia? Tahu. Dia kan mahasiswi baru, tahun pertama. Satu jurusan sama kita. Cuma beda tingkat. Cantik sih, banyak yang naksir. Sayang gak ada yang diterima."
"Kenapa? Mentang-mentang cantik? Apa dia pikir cuma dia cewek cantik di dunia? Lagaknya selangit. Belagu banget."
"Kok sewot? Ditolak tadi?"
"Cih! Gak ada zamannya Baskara Wismoyo ditolak cewek! Apalagi cewek model kayak dia!"
"Tapi cuma cewek model kayak dia yang bisa bikin kamu marah. Sudahlah, gak usah dipikirin. Pacarmu mau dikemanain emangnya?" Krystal menunjuk Monik yang sedang duduk bersama teman-teman mereka. Mengingatkan sepupunya kalau saat ini dia sudah punya pacar.
Monik memang pacar Baskara. Tapi itu bukan berarti Baskara tidak bisa melirik cewek lain. Itu gunanya mata kan? Buat melirik cewek-cewek cantik. Sayang dong kalau ada cewek cantik dianggurin. Apalagi buat cowok model Baskara. Yang matanya lebih lebar dari keranjang sampah.
Baskara memang terkenal playboy, tidak pernah setia dengan satu cewek. Buat apa bertahan dengan satu cewek, kalau masih banyak cewek cantik yang antre untuk jadi pacarnya?
Baskara yakin, meski saat ini putus dengan Monik. Lima menit kemudian, dia bakal menggandeng cewek baru.
Karena itu saat melihat Agnia yang begitu dingin dan acuh tak acuh dengan pesona Baskara, hatinya panas. Belum pernah ia bertemu cewek yang acuh saja dengannya. Seakan Baskara cuma makhluk tak kasat mata!
"Lupain deh kalau kau naksir dia, bahkan Andrew saja ditolaknya," kata Dicky saat tahu Baskara penasaran dengan Agnia. Dicky termasuk teman yang cukup dekat dengan Baskara. Mereka bahkan sudah berteman dari SMA. Dan lanjut lagi saat kuliah di Sydney. Dicky juga pacar Krystal, sepupu Baskara.
Baskara cukup terkejut dengan ucapan Dicky. Andrew termasuk cowok keren dan cukup aktif di senat. Bapaknya malah pejabat berpengaruh di Indo. Cowok seperti Andrew ditolak? Meski Andrew memang tidak seganteng dirinya, tapi Andrew termasuk cowok yang diminati cewek-cewek teman kampusnya.
"Kok bisa dia ditolak? Tuh cewek lesbi kali ya?"
"Sembarangan! Dengar-dengar sih, dia sudah punya pacar. Di Indo. Makanya setiap cowok yang naksir ditolaknya." Dicky menjelaskan.
"Sudah punya pacar? Di Indo? Makanya nolak semua cowok yang naksir dia? Klise banget alasannya. Sok setia." Baskara mencibir.
"Gak semua orang kayak kamu kali Bas. Apa salahnya setia? Bagus kan? Itu namanya dia gak mau nyakitin orang yang mencintainya."
"Apa kamu yakin pacarnya di Indo juga setia? Gak selingkuh? Setia itu cuma buat orang bodoh. Dia kan jauh dari pacarnya, memang pacarnya bakal tahu kalau dia selingkuh di sini? Bodoh sekali kalau menyia-nyiakan masa mudanya hanya untuk satu orang!"
Baskara memang tidak pernah percaya dengan yang namanya kesetiaan. Orang tuanya adalah contoh yang real.
Ayahnya asyik selingkuh dengan sekretarisnya, ibunya sendiri berasyik masyuk dengan trainee pribadinya. Cuma dipermukaan mereka keluarga harmonis. Aslinya bobrok! Keluarga harmonis mereka cuma ada di bingkai foto!
KAMU SEDANG MEMBACA
Saat Cinta Harus Memilih (End)
RomanceAgnia terjebak dalam pernikahan tanpa cinta. Sebuah pernikahan yang bahkan tidak ia inginkan. Dua tahun lamanya ia bertahan, menutup mata atas perselingkuhan yang dilakukan suaminya. Baskara mengira wanita yang dinikahinya hanyalah perempuan bodoh d...