Bab 7

2.7K 221 5
                                    

"Bu, tadi bapak telpon. Katanya malam ini gak pulang." Begitu Agnia baru saja melangkahkan kaki ke dalam rumah, Mbok Mah sudah membuat laporan.

Perempuan berusia kepala lima itu, yang sudah hampir lima belas tahun lebih bekerja pada keluarga Agnia; adalah ART yang ditugaskan ibunda Agnia untuk mengurus keperluan rumah tangga anaknya.

Semenjak Agnia menikah dengan Baskara dua tahun lalu, Mbok Mah sudah ditugaskan untuk bekerja pada Agnia.

Agnia sendiri sebenarnya tidak terlalu peduli, ada atau tidak ada asisten rumah tangga. Untuk dia pribadi tidak masalah. Toh baik dia maupun Baskara jarang ada di rumah.

Agnia sibuk dengan bisnis klinik kecantikannya yang ia bangun bekerja sama dengan sahabatnya Destia dan Dokter Farhan, seorang ahli bedah plastik ternama. Sedangkan Baskara sibuk dengan bisnis show room mobil mewahnya.

Mereka bahkan jarang bertemu. Kehadiran Mbok Mah lebih mirip penunggu rumah gedong ini.

Bahkan Baskara lebih suka menelpon Mbok Mah ketimbang istrinya untuk mengabarkan keadaannya. Pernikahan mereka benar-benar cuma di atas kertas.

Pernikahan apa yang semuanya dijalani sendiri-sendiri. Makan sendirian, tidur pisah kamar. Bahkan saling tidak peduli mau jam berapa pasangan masing-masing pulang ke rumah.

Hanya karena menghargai kehadiran Mbok Mah di rumah inilah, baik Baskara maupun Agnia sering memberi kabar pada Mbok Mah bila pulang terlambat atau ada urusan penting di luar. Hingga Mbok Mah tidak perlu menyiapkan makan malam. Dan biasanya Mbok Mah akan menyampaikan pesan Baskara atau Agnia pada salah satu dari mereka yang pulang lebih dulu.

Agnia tentu saja tidak tahu keprihatinan asisten rumah tangganya ini. Mbok Mah yang mengetahui dengan pasti kehidupan rumah tangga majikannya, terkadang tidak tega memberi laporan kepada ibunda Agnia.

Ia tahu kehidupan rumah tangga anak majikannya ini tidak berubah sejak pertama menikah. Dingin dan hambar. Seakan mereka dua orang asing yang dipaksakan oleh keadaan untuk menjalani peran sebagai suami istri.

Di mata Mbok Mah yang jujur, ia selalu beranggapan keduanya adalah pasangan ideal yang membuat iri. Yang perempuan cantik, yang laki-laki tampan. Dan mereka sama-sama memiliki karir dan pekerjaan yang bagus. Apalagi yang kurang?

Tapi kenapa keduanya terlihat saling tidak peduli satu sama lain? Mbok Mah tidak mengerti, dua tahun berumah tangga, tinggal dalam satu atap, meski jarang berinteraksi. Apa benar mereka berdua tidak saling jatuh cinta?

Mbok Mah tahu, mereka berdua menikah karena dijodohkan. Entah kenapa di zaman modern ini, yang katanya orang kota lebih maju dari orang desa, perjodohan masih saja digunakan kedua orang tua mereka.

Tapi toh orang tua mereka juga tidak sembarangan memilihkan jodoh. Buktinya dicarikan yang tampan dan cantik untuk menjadi pasangan hidup mereka. Juga keduanya sama-sama dari keluarga berada.

Agnia yang mendengar laporan Mbok Mah cuma mengangguk kecil. Meski ia tidak peduli Baskara mau pulang atau tidak, tetap saja Mbok Mah memberi laporan padanya. Entah kenapa perempuan tua ini rajin sekali memberi laporan. Bahkan terkadang berinisiatif menelpon dirinya atau Baskara bila terlambat pulang. Atau seringnya bertanya apa mereka mau makan malam bareng. Apa Mbok Mah sedang mencoba jadi mak comblang?

Jadi malam ini Baskara tidak pulang lagi, pikir Agnia acuh tak acuh. Entah sedang bersama perempuan simpanannya yang mana dia saat ini.

Meski status mereka sebagai suami istri, tidak sekalipun Baskara pernah menyentuhnya. Bukan karena pria itu yang bisa menahan libidonya. Tapi karena Agnia merasa jijik bila disentuh Baskara. Dan karena penolakan Agnia itu, membuat Baskara yang memiliki harga diri setinggi langit merasa terhina.

"Apa kau pikir aku tidak bisa mendapatkannya dari perempuan lain, sesuatu yang tidak mau kau berikan padaku?" teriak Baskara marah saat untuk kesekian kalinya Agnia menolak sentuhannya.

"Tentu saja kau bisa mendapatkannya dari perempuan lain, aku tidak meragukannya. Karena itu aku merasa jijik padamu."

"Kau masih sama seperti dulu ya, sombong, sok jual mahal, dan munafik," cemooh Baskara.

"Dan kau juga masih sama seperti dulu. Narsis, buaya darat dan penjahat kelamin!"

"Bagaimanapun buaya darat ini sudah resmi menjadi suamimu. Buaya darat ini yang sudah mendapatkanmu, perempuan sok suci!"

"Kalau kau tidak bertindak licik, apa kau pikir bisa mendapatkan aku? Asal kau tahu, bila di dunia ini lelaki yang tersisa hanya kau. Aku tetap tidak akan sudi menjadi istrimu."

"Tidak perlu menunggu dunia hanya tersisa satu pria. Toh buktinya, di antara milyaran lelaki di dunia ini. Cuma aku yang bisa menikahimu. Cuma aku satu-satunya pria yang menjadi suamimu!"

Mendengar ucapan Baskara yang sarat dengan kebenaran, membuat Agnia makin membenci pria itu. Tapi yang lebih dibencinya adalah dirinya sendiri. Karena ia sama sekali tidak berdaya untuk menolak pernikahan ini!

Saat Cinta Harus Memilih (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang