Bab 20

3K 218 7
                                    

Ketika Dicky memasuki klub langganan mereka, ia bisa melihat Baskara yang sedang duduk sendirian dengan minuman di depannya.

Ia baru saja menerima telpon dari Baskara, memintanya datang untuk menemaninya di klub. Bukan hal yang aneh sebenarnya. Tapi semenjak Dicky menikah dengan Krystal, Baskara tidak pernah meminta Dicky lagi untuk menemaninya di klub.

Ia mungkin pria brengsek, tapi bukan teman yang brengsek. Ia tahu Dicky pria berkeluarga dan sudah memiliki anak, jadi memintanya untuk menemani minum di klub rasanya tidak etis. Baskara tahu ia harus menjaga perasaan sepupunya. Krystal bakal marah besar bila Baskara mengajak Dicky minum. Apalagi ia tahu, selain minum pasti ada perempuan yang menemaninya.

Dan kalau hari ini Baskara minta ditemani, Dicky menduga pasti ada sesuatu yang terjadi pada sahabatnya itu.

Dugaannya memang tidak keliru, wajah Baskara terlihat kusut. Matanya merah, ada lingkaran hitam di bawah matanya bertanda ia kurang tidur. Masalah apa yang sedang dihadapi sahabatnya ini?

"Sendiri?" Dicky duduk di hadapan Baskara. Melihat sekeliling dan merasakan keheranan di hatinya. Biasanya Baskara selalu ditemani bunga-bunga cantik dan seksi berpakaian minim. Tapi kali ini Baskara justru duduk sendirian. Dan yang lebih mengejutkan saat Dicky mencicipi minuman di gelas Baskara, itu bukan minuman keras seperti biasa. Melainkan minuman soda. Wow, seberapa berat masalah yang sedang ia hadapi?

"Ada apa?" tanya Dicky lagi, melihat Baskara masih terdiam dengan tatapan kosong. "Kau memanggilku ke sini bukan untuk menjadikanku patung kan?"

"Agnia ingin bercerai."

Dicky tertegun mendengarnya, sampai gerakan tangannya yang hendak memanggil pelayan menggantung di udara.

"Serius?"

"Apa aku terlihat sedang bercanda?"

"Kenapa? Maksudku Bas, pernikahan kalian memang aneh. Berbeda dari orang kebanyakan. Tapi selama dua tahun ini, aku tidak pernah mendengar Agnia mengajukan perceraian. Lalu kenapa sekarang ... "

"Karena laki-laki itu sudah kembali!"

"Hah? Siapa?"

"Damar! Siapa lagi? Lelaki yang merupakan cinta pertama Agnia! Lelaki yang sampai detik ini belum bisa dilupakannya! Lelaki yang juga membuat dia gak ragu untuk bercerai dariku!"

"Damar ... sudah kembali?" Dicky tentu saja tahu siapa Damar. Cinta pertama Agnia. Pria yang membuat Agnia begitu dingin pada lelaki lain, juga pria yang membuat Agnia kebal dari pesona Baskara.

Dan sekarang pria itu kembali ... setelah bertahun-tahun menghilang dari kehidupan Agnia. Mungkinkah demi pria itu Agnia rela mengorbankan pernikahannya? Meminta cerai dari Baskara, masuk akal kah semuanya? Mengapa Agnia bersedia kembali pada pria yang bertahun-tahun telah meninggalkannya tanpa kabar apapun? Sedalam itukah cinta yang dimiliki perempuan itu?

"Dari mana kau tahu kalau Damar sudah kembali? Apa kau sudah bertemu dengannya?"

"Belum. Tapi aku tahu dia memang sudah kembali. Agnia tidak menyangkalnya."

"Lalu apa yang akan kau lakukan? Setuju untuk bercerai?" tanya Dicky. Pertanyaan bodoh, pikirnya. Tentu saja Baskara bakal setuju, alasan apa yang membuat Baskara tidak setuju untuk bercerai? Toh selama ini Baskara sangat mencintai kebebasannya. Bukankah selama ini prinsipnya buat apa beli kambing kalau ada tukang sate? Buat apa setia pada satu wanita bila di luaran sana banyak perempuan yang antre untuk jadi pacarnya? Bahkan istrinya?

Tetapi saat melihat tatapan membunuh di mata Baskara, mau tidak mau Dicky merasakan bulu kuduknya meremang. Betapa dingin tatapan Baskara, betapa kuat aura membunuh di tubuhnya. Membuat Dicky berpikir jika ia mengucapkan satu kalimat lagi, maka detik itu juga Baskara akan mencekiknya.

"Tidak." Jawaban Baskara begitu tegas tanpa keraguan. "Apa yang sudah menjadi milikku, tidak akan pernah kuberikan pada orang lain."

Tapi Agnia bukan barang, cetus Dicky dalam hati. Tentu saja ia tidak berani mengatakan hal itu terang-terangan. Wah, bisa mengamuk Baskara. Dan ia belum siap menerima amukan Baskara.

Agnia seorang wanita, yang memiliki hati, tubuh dan jiwa. Jika wanita itu bertekad untuk bercerai, apa yang bisa dilakukan Baskara?

"Kau tidak setuju bercerai dengannya, tapi kenapa? Bukankah kau tidak mencintainya? Ini kesempatanmu untuk bebas kan? Bukankah kau senang menjadi lajang?"

"Meski begitu bukan berarti aku setuju untuk bercerai!"

"Ya, tapi kenapa?" Dicky sama sekali tidak mengerti sirkuit otak Baskara. Bila ia tidak mencintai Agnia, lalu kenapa ia menolak untuk bercerai? Kenapa harus mempertahankan rumah tangga yang tanpa cinta di dalamnya? Demi keluarga? Demi martabat dan kehormatan? Sejak kapan Baskara peduli semua itu?

"Apa karena aku tidak mencintainya maka ia boleh menceraikanku? Apa karena aku tidak mencintainya maka ia boleh pergi dengan lelaki lain? Aku bukan boneka, bila ia bosan padaku maka ia boleh membuangku sesuka hatinya."

Tapi Agnia bukan perempuan seperti itu, lagi-lagi Dicky ingin membantah. Bukankah selama ini kau yang memperlakukannya seperti boneka? Siapa yang sering main perempuan seenaknya? Siapa yang punya banyak teman kencan di mana-mana? Apa Baskara tidak sadar?

"Aku ingin tahu seperti apa pria yang bernama Damar itu. Aku ingin tahu seperti apa sainganku, yang membuat Agnia ingin bercerai dariku!"

"Bagaimana caranya? Sedangkan keberadaan Damar tidak diketahui. Lagi pula, apakah benar Damar sudah kembali? Apa buktinya? Apa tidak mungkin Agnia ingin bercerai denganmu karena alasan lain?"

"Alasan apalagi? Cuma pria itu satu-satunya alasan yang masuk akal hingga Agnia ingin bercerai denganku."

"Kau yakin? Dengan record perselingkuhanmu selama ini, cuma itu alasan Agnia ingin bercerai? Karena Damar sudah kembali?" Dicky memandang Baskara sangsi. Kalau aku jadi Agnia, jangankan dua tahun. Dengan record perselingkuhanmu itu, di hari pertama menikah aku akan langsung menceraikanmu.

Sebenarnya Baskara sendiri tidak mengerti kenapa ia bertekad tidak mau bercerai. Kenapa ia tidak mau menyetujui keinginan Agnia untuk berpisah dengannya. Kenapa ia begitu keras kepala untuk mempertahankan pernikahan yang bahkan lebih rapuh dari gelas kristal?

Apa yang terjadi dengan dirinya? Kenapa ia harus marah mendengar kata-kata perceraian dari mulut Agnia? Kenapa ia begitu cemas saat tahu bila Damar sudah kembali ke dalam kehidupan istrinya?

Apa karena ucapan Destia? Apa karena tekad Agnia yang tanpa ragu ingin bercerai darinya saat pria itu kembali? Lalu kenapa ia tidak menyetujui semua itu? Kenapa harus mempersulit semuanya?

Bukankah bila ia bercerai dari Agnia maka akan mudah baginya mendapatkan pengganti istrinya? Seperti yang terjadi selama ini. Baskara yakin, begitu ia bercerai akan mudah baginya mendapatkan perempuan mana saja. Yang jauh lebih cantik, lebih menarik dan lebih muda serta lebih segala-galanya dari Agnia. Jadi untuk apa menolak?

Tapi bisakah ia membohongi hatinya sendiri? Pikir Baskara pahit. Ia bisa bersama perempuan lain, memeluk perempuan yang berbeda setiap harinya, tapi bagaimana ia bisa menggantikan Agnia dengan perempuan lain bila hatinya hanya menginginkan Agnia?

Kenapa hatinya tidak bisa diajak kompromi? Kenapa hatinya justru memilih Agnia lagi dan lagi. Baskara nyaris sinting memikirkannya. Berperang dengan segala keinginan di hatinya. Baru saat ini ia menyadari, hati memang anggota tubuh yang tidak bisa berbohong!

Saat Cinta Harus Memilih (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang