Bab 16

2.9K 233 9
                                    

Jika ada dua peristiwa paling mengejutkan dalam hidup Destia, yang pertama yaitu saat Hadi suaminya melamarnya. Dan yang kedua saat ini, ketika Baskara menemuinya.

Tentu saja Destia tahu siapa Baskara dan tahu sepak terjang suami sahabatnya ini. Tapi mereka tidak akrab, cuma sekedar kenal karena jalinan hubungan dari Agnia. Belum termasuk dalam taraf Baskara sampai berbincang akrab dengannya.

Karena itu melihat Baskara mencarinya di kantor dan posisi Agnia tidak masuk kantor lagi, mau tidak mau Destia merasa curiga. Atau boleh dibilang waspada.

"Kamu tahukan hari ini Agnia tidak masuk kerja lagi?" tanya Destia dengan nada yang sama sekali jauh dari kata ramah. "Jadi untuk apa kau mencariku? Aku ini sudah bersuami dan bukan tipe teman yang suka menikung teman sendiri. Meski kau tampan, tapi maaf aku tidak tertarik denganmu!"

Baskara menggertakan giginya dengan jengkel. Kenapa sahabat Agnia ini sangat menyebalkan? Tidak tertarik katanya? Apa dipikirnya Baskara datang kesini untuk mengajaknya selingkuh? Cih, tidak sudi. Melihat wajah judesnya saja sudah illfeel. Apanya yang menarik coba?

"Aku datang mau bertanya soal Agnia."

"Agnia? Bukankah dia istrimu? Kenapa harus bertanya padaku?"

"Tapi kamu sahabatnya, kamu yang lebih tau perihal Agnia dibandingkan aku."

"Tapi yang hidup bersama dengannya kan kau. Hidup di bawah satu atap dan berbagi ranjang yang sama. Aku cuma sekedar sahabat, tidak sedekat hubungan antara suami dan istri. Aneh kalau kau ingin bertanya tentang Agnia padaku."

Tetapi ia justru lebih dekat denganmu daripada aku, hampir saja kata-kata itu keluar dari mulut Baskara. Dan kami tidak pernah berbagi ranjang yang sama, kami bahkan tidur di kamar yang berbeda selama ini.

Namun Baskara tidak mungkin mengatakan hal ini pada Destia, atau mungkin Destia sendiri sudah tahu. Bukankah seorang sahabat terkadang menceritakan segala hal?

"Ini tentang Damar ... "

Gerakan Destia yang sedang hendak mengangkat cangkir tehnya terhenti. Office boy di kantornya baru saja menyediakan dua cangkir teh untuknya dan Baskara. Meski pria ini sangat menyebalkan, tapi Destia tidak sampai sesadis itu untuk mengusirnya.

Ia tetap menerima kedatangan Baskara dan menyediakan minuman. Jangan dianggapnya nanti dia tuan rumah yang kejam. Ada tamu datang malah diusir. Karena itu meski ada rasa tidak suka dengan Baskara, toh ia tetap menerima Baskara dengan baik. Dan saat ini mereka sedang berada di kamar kerjanya.

"Kamu pasti tahu Damar kan?"

Destia tidak menjawab, meneguk tehnya lalu meletakkan cangkir tehnya kembali ke atas meja.

"Kalian dulu teman sekolah, satu SMA. Mustahil kau tidak tahu siapa Damar."

"Apa yang kau ingin ketahui tentang Damar? Ya, aku tahu Damar. Mengenalnya dan juga akrab dengannya. Dia dan Agnia kekasih saat SMA. Tidak pernah ada kata putus diantara mereka, sampai Damar pergi ikut keluarganya pindah ke Swiss. Hingga kemudian mereka putus kontak begitu saja."

"Seperti apa dia?"

"Maksudmu Damar? Kalau dari wajah ... gak kalah darimu. Dia tampan, tinggi, pintar, jago main basket. Bedanya dia bukan pria yang suka gonta ganti pacar segampang ganti celana dalam, tipe pria baik-baik. Oh ya, dia juga pandai bermain piano, gitar dan biola."

Baskara terdiam mendengar ucapan Destia. Meski panas di dadanya sudah seperti kawah gunung merapi karena mendengar ada yang memuji-muji saingan cintanya, tapi masih disabar-sabarkannya hatinya.

Namun tak urung ada perasaan cemas di hatinya. Bila Damar seperti yang dikatakan Destia, alangkah sempurnanya pria yang bernama Damar itu.

Itukah sebabnya Agnia jatuh cinta pada Damar? Itukah sebabnya bahkan hingga bertahun-tahun lamanya Agnia tidak bisa melupakan pria itu? Terus setia dan menantinya? Bahkan menyebut namanya di saat mereka bercinta.

Kejadian malam itulah sebenarnya yang membuat Baskara penasaran ingin tahu seperti apa Damar. Pria seperti apa yang tidak bisa dilupakan istrinya meski telah dua tahun mereka menikah? Setampan apa pria itu? Sehebat apa dia hingga bisa mengalahkannya menaklukan seorang wanita di atas ranjangnya sendiri?

Selama ini belum pernah ada wanita yang memikirkan pria lain saat sedang bersamanya. Menyebut nama pria lain di sesi percintaan panas mereka. Sehebat apakah pria itu?

Namun saat mendengar ucapan Destia dan deskripsinya yang menggambarkan seperti apa Damar itu. Baskara merasakan perasaan aneh di hatinya. Benarkah ada pria sesempurna Damar di dunia ini? Benarkah ada pria yang mampu menyainginya dalam segala hal? Jika ada Baskara sangat ingin bertemu dengannya!

"Lalu di mana pria sempurna itu sekarang? Kenapa ia tidak datang untuk menemui Agnia? Kenapa ia menghilang selama bertahun-tahun tanpa ada kabar berita?"

Destia angkat bahu. "Itu juga yang ingin kuketahui sampai sekarang. Tapi percayalah Baskara, bila suatu hari nanti Damar kembali. Agnia tidak akan ragu untuk meninggalkanmu!"

6 juli 2023

Ponsel saya error, mungkin karena memori yang terlalu penuh jadi tidak bisa sesering dulu bisa update. Maafkan saya teman, doakan agar tahun depan saya bisa membeli laptop. Hingga saya bisa terus menulis dan update sesering dulu. Hiks 😥

Dukung saya juga di karyakarsa. Jangan lupa vote, share dan commentnya. Kritik yang membangun juga ya, biar saya tahu kekurangan apa saja dari tulisan-tulisan saya ini. Karena terus terang saya kok kurang puas ya dengan novel-novel yang saya tulis ini, seperti ada yang kurang gitu. Tapi entah di mana kurangnya. Bisa kalian tunjukan?

Arigato. Salam sayang,

Eykabinaya.

Saat Cinta Harus Memilih (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang