Terima kasih untuk doanya teman-teman. Ayah mertua saya sudah keluar dari rumah sakit dan kondisinya sudah lebih baik, meski masih harus bolak-balik kontrol. Dengan begitu saya bisa lanjut lagi menulis novel-novel saya yang terbengkalai lama.
Terima kasih untuk kesabaran kalian yang masih menantikan kelanjutan dari novel-novel saya yang lain ya. Arigato ( Eykabinaya )
Bab 8
Lewat tengah malam Agnia terbangun dari tidurnya karena merasa haus. Ia keluar kamar dan menuju dapur yang juga merangkap ruang makan.
Di ambang pintu ruang makan ia mengernyit heran. Kenapa lampu di ruang makan masih menyala? Apa Mbok Mah lupa mematikan lampu? Tidak mungkin kan Mbok Mah seceroboh itu?
Tapi keheranannya terjawab saat melihat sosok yang sedang duduk di kursi ruang makan. Baskara. Kenapa ia ada di rumah? Bukankah kata Mbok Mah tadi ia tidak pulang ke rumah malam ini?
Baskara duduk di salah satu kursi yang ada di meja makan. Kemeja lengan panjangnya digulung sampai siku, masih mengenakan celana panjang formal. Ada sekaleng bir dingin di tangannya.
Sejak kuliah di Aussie, Baskara memang jadi memiliki kebiasaan minum alkohol. Wine, vodka, martini, bir, semua ditenggaknya. Tidak peduli bila semua minuman itu bakal jadi racun di tubuhnya. Dan membahayakan tubuhnya saat tua nanti.
Kebiasaan buruk yang dibawanya sampai sekarang, mungkin karena dulu saat kuliah terbiasa berpesta dengan minuman-minuman itu.
"Kenapa kamu ada di rumah?" Agnia berjalan menuju lemari es. Mengambil gelas minum dan mengeluarkan sebotol air dingin dari lemari es. Dituangnya air dan diminumnya penuh khitmad. Tidak mempedulikan tatapan Baskara yang sedang memperhatikan setiap gerakannya.
"Kalau kamu belum lupa, ini rumahku juga kan?"
"Biasanya kamu lebih senang menginap di rumah salah satu simpananmu itu. Ketimbang pulang ke rumah."
"Aku masih ingat kalau di rumah masih punya istri." Baskara menyeringai. Agnia cuma menatapnya dingin, sama sekali tidak menanggapi ucapan Baskara. "Meski sekalipun belum pernah kucicipi."
"Pernikahan kita cuma di atas kertas. Jangan membuatku tertawa dengan sebutan istri."
"Meski begitu kita tetap sah di mata hukum dan agama kan? Jadi aku berhak atas tubuhmu."
"Apa pelayanan yang kau dapatkan dari simpananmu di luar sana masih kurang? Hingga masih menginginkan tubuhku?"
"Aku hanya ingin tahu, seperti apa rasa tubuh dari perempuan sombong yang kunikahi. Membuatku penasaran."
"Nah, sebaiknya kau simpan rasa penasaranmu itu selamanya. Karena aku tidak tertarik untuk tidur denganmu."
"Seperti apa sih tampangnya, sampai kau tidak bisa melupakannya?" ejek Baskara. "Apa benar gosip yang beredar waktu di Aussie kalau kau punya pacar yang membuatmu cinta mati sama dia? Tapi selama kita menikah, kenapa aku tidak pernah melihatnya?"
"Apa pedulimu?"
"Aku cuma kepengin lihat kayak apa tampangnya. Lelaki yang sudah membuatmu tidak bisa berpaling darinya. Bahkan membuatmu menolakku." Nada suara Baskara masih penuh ejekan membuat Agnia panas. "Kurasa dia gak beda kayak aku. Pasti sudah kepincut cewek lain, kalau tidak, gak mungkin selama bertahun-tahun gak pernah menampakkan batang hidungnya di depanmu. Kurasa dia sudah menipumu."
"Damar gak mungkin begitu. Jangan kau samakan dirinya dengan dirimu. Dia bukan buaya kayak kamu, Bas."
"Yakin? Lalu kenapa sampai sekarang dia tidak pernah datang mencarimu? Apa mungkin bila dia masih sendiri gak bakal datang nyari kamu? Katanya kan cinta sejati."
Agnia terdiam, tidak bisa menyangkal omongan Baskara. Yang meski penuh ejekkan, tapi mengandung kebenaran. Sudah banyak omongan seperti itu yang ia dengar di sekitarnya. Tapi entah kenapa, jauh di lubuk hatinya. Agnia yakin Damar masih setia, masih menjadi miliknya. Meski ia tidak tahu dan tidak dapat menjelaskan, kenapa selama bertahun-tahun ini. Damar tidak juga kembali.
"Bodoh dan naif itu beda tipis ya, kenapa harus menyia-nyiakan masa muda dan kecantikkanmu untuk orang yang gak bisa menghargainya? Kenapa gak kamu biarkan aku untuk menikmati kecantikkanmu itu?"
Agnia yang sedang tercenung dengan pikirannya sendiri tidak menyadari bila Baskara sudah beranjak dari duduknya. Dan kini sudah berada tepat di depannya. Dekat sekali. Ia yang hendak mundur menyingkir terlambat selangkah karena Baskara sudah memeluk pinggangnya.
"Mau apa kamu?" Seru Agnia antara kaget dan takut.
"Menurutmu?" Baskara mengecup leher mulus Agnia yang terbuka karena saat ini Agnia cuma mengenakan gaun tidur setali bahan satin. Ia tidak mengenakan jubah kamarnya saat pergi ke ruang makan, karena tidak mengira Baskara akan pulang malam ini.
Kalau dia tahu ... tapi telat. Baskara sudah melihatnya dalam gaun tidur minim bahan yang menampilkan lekuk tubuhnya. Membuat otak Baskara yang separuhnya sudah tercemar alkohol menjadi kosong. Birahinya sudah naik, sudah diubun-ubun. Yang ada di otaknya sekarang cuma tubuh seksi Agnia. Dan betapa harum tubuhnya yang kini ada dalam dekapannya.
Sia-sia Agnia mencoba berontak dan menendang. Tidak ada perempuan yang bisa menang melawan lelaki yang sudah dipenuhi nafsu binatang. Selanjutnya yang ia tahu, tubuhnya sudah diangkat dan dibawa ke kamar tidur!
KAMU SEDANG MEMBACA
Saat Cinta Harus Memilih (End)
RomanceAgnia terjebak dalam pernikahan tanpa cinta. Sebuah pernikahan yang bahkan tidak ia inginkan. Dua tahun lamanya ia bertahan, menutup mata atas perselingkuhan yang dilakukan suaminya. Baskara mengira wanita yang dinikahinya hanyalah perempuan bodoh d...