Bab 28

2.6K 186 10
                                    

Berita mengenai rencana perceraian Agnia dan Baskara sampai juga ke telinga Tuan dan Nyonya Hartono, orang tua dari Agnia. Padahal Agnia sudah berusaha untuk menyembunyikan perihal perceraiannya dengan Baskara.

Ia tidak ingin jalannya proses perceraiannya sampai menimbulkan kegaduhan keluarga besarnya. Tapi siapa orangnya yang bisa menyembunyikan masalah sebesar itu? Apalagi masalah perceraian, hal yang masih dianggap tabu dalam keluarganya dan bahkan mungkin masyarakat umum.

Karena itu Agnia langsung dipanggil Ayahnya. Ternyata bukan cuma Ayahnya di situ, Ibunya juga ada. Minus Dania yang tentu saja tidak ada sangkut pautnya dengan masalah ini.

Bapak Rektor yang terhormat, Tuan Hartono duduk dengan berwibawanya di kursi kayu jatinya di ruang tamu. Di kursi berukir jepara untuk satu orang. Sedangkan Agnia duduk di sofa jati di samping ibunya.

"Coba kamu jelaskan sama kami, kenapa kamu sampai melayangkan gugatan cerai pada Baskara? Apa alasanmu menggugat cerai dari Baskara?"

"Kami sudah tidak memiliki kecocokan, Pa. Tidak ada alasan bagi saya untuk mempertahankan rumah tangga kami."

"Apa cuma itu alasannya? Kalau tidak ada kecocokan, kalian sudah menikah selama dua tahun. Apa waktu selama itu belum cukup untuk kalian berdua saling mengenal kepribadian masing-masing?"

"Dari awal, tidak ada cinta di antara kami berdua. Papa sama Mama tahu itu, saya menikah atas keinginan kalian kan? Waktu itu saya tidak menolak karena tidak ingin di cap sebagai anak yang tidak berbakti. Tapi setelah menjalankan kehidupan rumah tangga selama dua tahun ini, saya semakin sadar. Tidak ada lagi yang perlu dipertahankan dalam pernikahan ini."

"Baik, Papa akui pernikahanmu dengan Baskara memang atas keinginan Papa. Tapi apa kurangnya Baskara? Dia dari keluarga baik-baik dan terpandang. Bukankah selama ini pernikahan kalian baik-baik saja? Dan sekarang kamu mau memakai alasan tidak cocok untuk mengajukan gugatan cerai? Itu konyol!"

"Yang Papa maksud dengan keluarga baik-baik dan terpandang karena koneksi yang dimiliki Tuan Wismoyo kan? Karena Ayah Baskara sudah memuluskan jalan Papa buat jadi rektor! Kalau Tuan Wismoyo tidak memiliki pengaruh dan koneksi seluas itu, apa Papa masih sudi menjodohkan saya dengan Baskara?"

"Kamu!" Urat di pelipis Tuan Hartono sudah membiru mendengar ucapan sinis anaknya. Nyonya Hartono menyentuh lengan Agnia mencegah Agnia bicara yang lebih memancing kemarahan suaminya.

"Ni, itu memang kesalahan kami menjodohkan kamu sama Baskara. Kami tidak ada niat untuk menjadikan perjodohan itu sebagai transaksi dagang. Waktu itu Pak Wismoyo memang sedang mencari kandidat istri untuk anaknya. Karena Baskara begitu sibuk dengan bisnisnya hingga tidak sempat nyari istri.

"Kebetulan Pak Wismoyo cocok sama kamu dan Baskara juga tertarik denganmu. Karena itu perjodohan itu terlaksana. Perihal bantuan yang diberikan Ayah Baskara pada Papamu, itu cuma kebetulan. Kami bakal jadi besan, lalu apa salahnya membantu?

"Ni, bukankah selama ini pernikahanmu dan Baskara baik-baik saja? Mama gak pernah dengar ada pertengkaran dalam rumah tangga kalian, terus kenapa sekarang kamu gugat cerai Baskara? Apa salah Baskara? Apa yang salah dari rumah tangga kalian? Yang terpenting, apa Baskara setuju dengan perceraian ini? Ni, Mama harap kamu pikir lagi yang dalem. Jangan mengambil keputusan berdasarkan emosi. Hati boleh panas, tapi kepala tetap dingin!"

Selama ibunya bicara, Agnia diam seribu bahasa. Tapi dalam hati mencibir. Baskara tidak ada waktu untuk mencari calon istri karena sibuk dengan bisnisnya? Cih, seandainya saja orang tuanya tahu seberapa banyak koleksi perempuan yang jadi pacarnya. Mungkin mereka bakal kena serangan jantung mendadak.

Bukan karena Baskara tidak ada waktu buat nyari istri, justru karena saking banyaknya perempuan yang kepengin jadi istrinya makanya dia menerima perjodohan itu. Meski Agnia sendiri bingung, kenapa Baskara memilihnya buat jadi istrinya. Tapi siapa yang tahu persis apa yang ada di otak Baskara? Ayahnya sendiri tidak mengerti, apalagi dia!

Saat Cinta Harus Memilih (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang