Bab 29

3.3K 213 7
                                    

Follow, vote dan comment-nya besti. Arigato.

"Anda tahu siapa saya? Saya Baskara dan saya suami sah Agnia." Ada nada dingin dan arogan dalam suara pria yang kini duduk di depannya.

Damar memandang lurus ke depan. Meski ia tidak bisa melihat, tapi dari suara dan aura yang dipancarkan pria ini. Damar bisa merasakan arogansi dan keinginan mengendalikan keadaan yang begitu kuat dari pria ini.

Dari suaranya, kelihatannya ia juga pria yang cukup berkuasa dan tampan.

Damar masih berpikir dirinya sudah gila, kenapa ia menyetujui pertemuan ini? Dan jawabannya cuma satu: pembuktian.

Pertemuan ini diadakan di restoran Prancis di jalan Senopati. Dan yang memprakarsai pertemuan ini adalah Francois, pria Prancis yang dikenalnya saat di Swiss, yang juga merupakan sponsornya untuk Damar bisa konser di Eropa.

Dan ternyata pria yang mengaku sebagai suami Agnia ini juga kenal dengan Francois. Damar merasa dunia begitu kecil.

Hari ini ia memberi tugas pada asisten pribadinya itu untuk berbelanja kebutuhan rumah, meski itu cuma akal-akalan Damar saja. Memangnya di rumah tidak ada asisten rumah tangga yang melakukan tugas itu? Damar hanya ingin bertemu dengan Baskara tanpa sepengetahuan Agnia.

Semenjak hari ia memergoki asisten pribadinya ternyata tidak bisu, beragam hal berkecamuk di hatinya. Ia juga menemukan fakta baru bila tidak ada gadis bisu bernama Sisi. Dia adalah Agnia. Gadisnya, kekasihnya yang dulu dan kini berpura-pura bisu agar bisa dekat dengannya.

Dari pembicaraan telpon itu, Damar juga tahu sepertinya Agnia sedang menelpon kakaknya, Prasetya. Agnia sama sekali tidak sadar akan kehadiran Damar yang menguping pembicaraan telponnya. Mungkin karena terlalu serius atau merasa aman dengan situasi di sekelilingnya.

Hingga Damar kembali ke kamarnya, Agnia sama sekali tidak tahu. Dan meski kejadian itu terjadi beberapa hari yang lalu, tapi Damar tidak mengekspose kebohongan Agnia. Ia tetap bersikap seperti biasa, memperlakukan asisten pribadinya sebagai Sisi bukan Agnia.

Meski begitu bukan berarti Damar tenang. Di permukaan ia terlihat tenang, tapi sebenarnya ada perang batin di hatinya.

Ada rasa bersalah di hatinya bila berhadapan dengan Agnia yang berpura-pura bisu di depannya. Agnia rela melakukan semua itu, sampai sejauh itu dalam bertindak semua karena dia.

Mungkin Agnia sudah tahu dari Prasetya bila Damar menolak untuk bertemu dengannya. Tidak ingin lagi memiliki hubungan dengan mantan pacarnya ini. Semua ia lakukan untuk kebahagiaan Agnia.

Tapi kebahagiaankah namanya bila sikap yang ia ambil justru menyakiti perempuan yang ia cintai? Kebahagiaankah namanya bila Agnia dan juga dirinya kini semakin terjerat dalam kata yang bernama kesedihan, kesepian dan juga keputus asaan?

Mantan pacar ... itukah kini sebutan Agnia baginya? Bisakah disebut mantan bila tidak ada kata putus di antara mereka berdua? Bila janji untuk kembali pada gadisnya cuma tinggal janji yang tidak bisa ia penuhi?

Awalnya Damar merasa keputusan yang ia ambil sudah benar. Ia ingin Agnia melupakannya, mencari kebahagiaannya sendiri dengan lelaki lain yang bisa memberikan kebahagiaan untuknya. Bukan bersama lelaki invalid sepertinya.

Mendengar berita pernikahan Agnia, Damar akui jantungnya serasa diremas sembilu. Ada rasa sakit dan tidak rela, tapi demi kebahagiaan Agnia. Ia rela menanggungnya.

"Agnia tidak bahagia dengan pernikahannya, Mar." Ucapan Prasetya bergema dalam ingatannya saat malam itu ia menghubungi kakaknya dan menceritakan bila ia sudah tahu bila Sisi adalah Agnia. "Mereka menikah tanpa cinta. Dan sialnya lagi, suaminya seorang Don juan. Pacarnya banyak. Kalau dijejerkan mungkin bisa dari kebayoran sampai Monas!"

Saat Cinta Harus Memilih (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang