Awalnya ingin membuat cerita ini dengan konflik berat dan bab yang panjaaanggg ... tapi ternyata saya tidak terlalu suka konflik yang berat-berat banget.😊
Mungkin novel-novel saya konfliknya ada yang berat, tapi mungkin, mungkin lagi loh ini gaya bahasa dan cara penulisan saya yang membuat teman-teman tidak merasa konflik yang saya suguhkan berat ya.
Ke depannya saya akan fokus ke karyakarsa dulu ya, maklum teman cari duit buat beli laptop baru😊🙏🙏🙏.
Buat yang kangen cerita saya, monggo ke karyakarsa. Buat yang nggak ... ya nggak apa-apa sih.😊
Terima kasih untuk semua dukungan kalian selama ini 🙏. Terima kasih juga untuk follow, vote dan commentnya. I love you all😙😙😙❤❤❤❤❤
******
Baskara memarkir mobilnya tidak jauh dari rumah dua lantai bercat putih yang dikelilingi pagar tinggi. Dari balik kemudi, ia bisa melihat mobil merchedes benz warna silver itu memasuki gerbang besi.
Dari sela-sela pagar besinya pula, Baskara bisa melihat dua orang penumpangnya yang turun dari kursi belakang. Istrinya Agnia dan seorang pria jangkung yang mengenakan kemeja putih dan celana jeans hitam, dengan sebuah tongkat putih di tangannya.
Sudah seminggu lebih Agnia tidak pulang. Awalnya Baskara mengira Agnia menginap di rumah orang tuanya. Tapi saat ia menelpon ke sana, ternyata Agnia tidak ada di sana. Dan ketika Baskara datang ke tempat kerja istrinya, jawaban yang ia terima cukup mengejutkan.
Agnia mengambil cuti yang disebut cuti di luar tanggungan perusahaan. Itu artinya, selama apapun ia cuti. Ia tidak akan dibayar oleh perusahaan.
Klinik kecantikan ini memang memiliki modal tiga orang. Agnia, Destia dan Dr. Farhan. Jadi bukan hal sulit bagi Agnia untuk mengambil cuti tersebut.
"Kau pasti tahu ke mana Agnia pergi kan, Des? Di mana kau sembunyikan dia? Kau tahu sudah beberapa hari ini ia tidak pulang?"
"Aku tahu dia minta cuti, tapi aku tidak tahu ke mana dia pergi ... "
"Dia pergi menemui pria itu ... "
"Maksudmu Damar?"
"Apa kau masih tidak percaya ia sudah kembali? Agnia minta cerai dariku karena pria itu. Dan sekarang dia pergi dari rumah setelah berkata ingin menceraikanku ... "
Destia terdiam mendengarnya. Ia memang tidak suka dengan Baskara karena kelakuan bejatnya. Tapi melihat pria ini sekarang, yang memohon-mohon di depannya agar memberitahu keberadaan istrinya. Dengan wajah kuyu dan rasa panik yang tidak dapat disembunyikan. Tak urung membuatnya kasihan juga.
Ada rasa takut, cemas dan putus asa di mata kuyu Baskara yang terlihat jelas. Dari lingkaran hitam di bawah matanya dan tubuh lesunya, mungkin sudah beberapa hari ini Baskara cemas mencari istrinya.
Destia ingin membantu, bagaimanapun juga antara Baskara dan Agnia masih terikat pernikahan. Jadi wajar bila melihat paniknya Baskara setelah Agnia pergi meninggalkan rumah tanpa pamit. Namun Destia memang benar-benar tidak tahu di mana Agnia berada. Mereka teman karib. Tapi entah kenapa, beberapa waktu ini Agnia menjadi pribadi tertutup di depannya.
Dan saat mendengar dari Dr. Farhan, Agnia meminta cuti. Destia tidak curiga sama sekali, tapi siapa sangka tiba-tiba saja Baskara mendatanginya. Bertanya di mana Agnia berada. Dan berkata bila sudah beberapa hari ini Agnia tidak pulang.
"Apa benar kau tidak tahu di mana Agnia? Atau di mana tempat tinggal pria itu?"
"Aku benar-benar tidak tahu di mana Agnia, Bas. Dan aku juga tidak tahu apa benar Damar sudah kembali ke Indonesia. Kalaupun benar, Agnia tidak bercerita apa-apa padaku. Aku juga tidak tahu di mana Damar tinggal, bukankah rumah lamanya sudah dijual? Maaf, Bas. Saat ini aku tidak bisa membantumu."
Melihat raut wajah Baskara yang semakin muram, ada rasa tidak nyaman di hati Destia. Juga rasa bingung di hatinya. Kenapa Baskara begitu ngotot ingin menemukan Agnia? Kenapa ia begitu ngotot tidak ingin bercerai dari Agnia? Apa ada alasan lain dibalik semua sikapnya?
Karena harga dirinya yang setinggi mount everest? Karena bila Agnia menceraikannya karena pria lain, bukankah itu memukul harga dirinya dengan telak sebagai seorang suami? Seorang laki-laki don juan yang pacarnya tersebar hampir seantero Jakarta?
Ataukah karena alasan lain? Alasan yang bahkan Destia tidak bisa membayangkannya.
Tapi perempuan mungkin memang mahluk berhati lemah. Terutama bila menghadapi pria setampan Baskara. Yang memasang wajah sedih dan memelas seakan dunia sudah mau berakhir. Sebenci apapun Destia, semarah apapun hatinya, toh luluh juga melihat raut sedih di wajah tampan itu. Dan tanpa sadar mengucapkan kata-kata penghiburan yang dia sendiri tidak percaya bisa ia katakan.
"Saat ini aku tidak bisa membantumu, Bas. Tapi akan aku usahakan mencari info dari teman-teman yang lain mengenai keberadaan Agnia."
Selesai ia mengucapkan kata-kata itu, Destia tidak tahu apa ia harus menyesalinya atau tidak. Tapi melihat senyum penuh pengharapan di bibir Baskara, ia tahu sudah terlambat untuk menarik ucapannya itu.
"Terima kasih, Des. Kamu memang teman yang baik."
Ah, lemahnya hati perempuan.
****
Dan Baskara tidak menyangka berkat bantuan Destia, ia akhirnya bisa menemukan Agnia.
Seperti dugaannya, Agnia memang pergi menemui Damar. Dan untuk pertama kalinya, Baskara bisa melihat saingan cintanya.
Ia tidak terburu-buru menemui Agnia. Tapi selama dua hari ini ia menjadi penguntit.
Diikutinya Agnia mulai dari keluar dari apartemennya lalu pergi menemui pria itu. Ia melihat mobil yang ditumpangi Agnia dan Damar pergi ke sebuah sekolah musik. Lalu dari sekolah musik mereka pergi ke sebuah toko peralatan musik yang cukup besar dan eksklusif.
Baskara hanya bisa mengikuti dari jauh. Tidak berani mendekat, ia ingin tahu seperti apa musuhnya sebelum ia mengambil langkah selanjutnya.
Namun kemudian ia tertegun. Selama pengamatannya secara diam-diam, ia merasakan hal yang aneh dari cara istrinya dan Damar berinteraksi.
Tidak ada sentuhan fisik, tidak ada kedekatan mesra yang ia bayangkan. Ia melihat Agnia tidak berbicara sepatah katapun di hadapan Damar. Hanya Damar yang berbicara dan anehnya sepertinya Agnia menjawab setiap ucapan dan pertanyaan Damar dengan bahasa isyarat. Bukan bahasa isyarat yang biasa diketahui Baskara, melainkan dengan isyarat bunyi.
Kemudian ia lebih terkejut lagi saat melihat Damar berjalan dengan bantuan tongkat putihnya. Baskara seperti disambar petir. Dan baru menyadari bila ternyata Damar tidak bisa melihat!
Jadi pria yang dicintai istrinya seorang pria cacat? Pria yang bahkan harus dibantu dengan tongkat untuk berjalan? Bagaimana Agnia bisa memilih pria itu dibandingkan dirinya?
Dan yang lebih menyesakkan dada, Agnia terlihat begitu lembut, begitu sabar dan begitu penuh perhatian pada Damar. Baskara bisa melihat setulus dan sedalam apa cinta Agnia pada Damar dari semua sikapnya itu.
Untuk pertama kalinya Baskara merasakan cemburu dan rasa iri yang begitu besar pada Damar. Istrinya mencintai Damar tanpa syarat, mencintainya meski pria itu buta.
Seandainya cinta sebesar itu adalah miliknya. Baskara bahkan rela menyerahkan hidupnya untuk Agnia. Dicintai dengan begitu besar dan tulus, adalah sebuah mimpi yang Baskara tidak berani bayangkan.
Baskara yang selama ini tidak percaya pada cinta, pertama kali dalam hidupnya menginginkan cinta seperti itu dari Agnia ...
KAMU SEDANG MEMBACA
Saat Cinta Harus Memilih (End)
RomanceAgnia terjebak dalam pernikahan tanpa cinta. Sebuah pernikahan yang bahkan tidak ia inginkan. Dua tahun lamanya ia bertahan, menutup mata atas perselingkuhan yang dilakukan suaminya. Baskara mengira wanita yang dinikahinya hanyalah perempuan bodoh d...