Bab 27

2.7K 164 1
                                    

Terima kasih untuk semua dukungan kalian di karyakarsa.
I love you all ( Eykabinaya )

****

"Bulan depan saya ada konser di Wina, Austria. Sebagai asisten pribadi saya, kamu harus ikut mendampingi. Ngomong-ngomong Sisi, apa kamu punya paspor?"

Hari ini seperti biasa, Agnia menemani Damar sarapan di meja makan. Agnia mengira Damar akan bertanya kenapa dia kemarin tidak masuk. Dan sedang sibuk berpikir untuk mengarang cerita.

Tapi siapa sangka, Damar tidak bertanya apa-apa malah mengatakan sesuatu yang di luar dugaan Agnia.

Damar mendapat undangan konser di Austria. Dari sebuah orkestra ternama di sana. Agnia tahu Damar cukup lama bermukim di Eropa. Dan bahkan kini kedua orang tuanya berada di Jerman. Jadi tidak mengherankan bila Damar sering mendapat undangan konser di Eropa.

Tetapi menemani Damar ke Austria, bagaimana mungkin? Prasetya mungkin bisa diajak kerja sama untuk menyembunyikan status Agnia yang sebenarnya. Tapi bagaimana dengan kedua orang tua Damar dan juga kakak kandung Agnia sendiri, Mas Aldi?

Apa yang akan terjadi bila mereka bertemu dengan Agnia? Itu artinya ia akan membongkar penyamarannya selama ini bukan?

Dan mengurus paspor tidak bisa menggunakan data palsu. Kecuali ia kenal mafia yang bisa memalsukan paspornya dan juga visa. Lalu apa yang harus ia lakukan?

"Sisi?" Rupanya Damar masih menunggu jawaban gadis itu. Agnia yang gelisah tersentak kaget. Ia mengetuk gelasnya dua kali sebagai jawaban 'tidak'.

"Kamu tidak punya paspor? Kalau begitu kamu harus mengurusnya mulai dari sekarang. Saya rasa waktunya cukup, toh perjalanannya masih satu bulan lagi."

Agnia tentu saja tidak bisa bilang kalau sebenarnya ia punya paspor. Tapi namanya di paspornya Agnia, bukan Sisi. Karena Sisi cuma tokoh fiktif yang tidak ada dalam kenyataan.

Agnia merasa gelisah, bingung bagaimana harus memecahkan masalah ini. Haruskah ia membuat alasan agar tidak usah ikut ke Austria bersama Damar? Alasan apa yang harus ia gunakan? Sedangkan Damar jelas-jelas ingin ia mendampinginya karena ia adalah asisten pribadi Damar.

Jika ia menolak apakah nanti tidak akan menimbulkan kecurigaan Damar? Tapi jika ia bersedia ikut, itu juga akan membuatnya mengungkapkan identitasnya yang sebenarnya bukan? Arrggh ... Agnia pusing dibuatnya.

"Hai, Ni. Ada apa? Tumben kamu telpon?" Suara Prasetya terdengar di telpon ketika Agnia melakukan panggilan internasional.

Prasetya memang sudah kembali ke Jerman. Karena anak istrinya ada di sana. Meski Mas Aldi, Kakak sulung Agnia juga seusia Prasetya, tapi Mas Aldi belum menikah. Malah Agnia duluan yang menikah.

Meski begitu, Aldi tidak keberatan. Karena dia memang sedang fokus dengan studynya. Agnia tidak akan heran bila setelah lulus nanti, Mas Aldi mungkin bakal pulang membawa cewek Jerman sebagai calon istri.

"Ada sesuatu yang aku mau bicarakan sama Mas Pras."

"Soal Damar?"

"Iya." Agnia melihat sekeliling sebelum mulai menceritakan apa yang menjadi alasan dia menelpon Prasetya. Ruang tengah yang biasa untuk bersantai ini lumayan sepi. Jadi Agnia tidak ragu untuk menelpon Prasetya. Ia tahu Damar saat ini sedang berada di ruang musik. Sebuah ruangan luas tempat grand piano, cello dan juga biola di tempatkan. Ruang yang bisa disebut sebagai ruangan musik tempat Damar berlatih dan memainkan alat musiknya.

Dan ketika Agnia pergi menyelinap dari ruangan itu, ia tadi melihat Damar sedang asyik bermain cello. Damar tidak sendiri. Ada seorang pria bersamanya yang dikenal Agnia sebagai pemain biola di orkestra. Mereka sepertinya sedang asyik berbincang hingga tidak memperhatikan kehadiran Agnia.

Memanfaatkan celah, Agnia pergi ke tempat yang agak sepi untuk menelpon.

"Damar memang cerita kalau bulan depan bakal konser di Wina. Karena itu Papa sama Mama senang Damar mau datang ke sini. Mereka mau datang dari Jerman untuk menemui Damar, tapi tidak nyangka dia bakal ngajak kamu Ni."

"Itulah yang bikin aku bingung, Mas. Kalau aku menolak, aku takut Damar bakal kecewa. Dan takutnya bakal menimbulkan kecurigaan Damar. Tapi kalau tidak ... bagaimana aku bisa memalsukan paspor? Itu mustahil kan?"

"Tentu saja, kecuali kamu mau jadi pendatang ilegal dan ditangkap petugas imigrasi."

"Karena itu aku pusing, Mas. Aku harus bagaimana? Damar bakal tahu kalau selama ini aku membohonginya. Pura-pura bisu dan memakai nama palsu. Dia pasti bakal marah besar kalau tahu sudah dibohongi."

"Dia bukan cuma marah padamu, tapi padaku juga." Prasetya terdengar menghela napas. "Ni, kenapa kamu gak jujur aja? Bilang sama Damar kalau kamu sebenarnya Agnia, bukan Sisi? Meski nantinya Damar marah, itu lebih baik daripada kamu terus menerus bohong kayak gini."

"Tapi gimana kalau nanti Damar gak mau ketemu aku lagi, Mas? Mas Pras kan bilang kalau Damar gak mau ketemu aku karena kebutaannya. Hingga aku harus berbohong kayak gini. Aku belum sanggup kehilangan Damar untuk kedua kalinya, Mas."

"Mas ngerti. Tapi semua ada resikonya. Cepat atau lambat, Damar akan tahu. Dia bukan orang bodoh, Ni."

Agnia masih bercakap-cakap dengan Prasetya di telpon untuk beberapa saat, sama sekali tidak menyadari. Bila dari balik tirai tersembunyi, Damar sedang berdiri mendengarkan percakapannya dengan Prasetya.

Wajah pria itu terlihat tenang, tetapi tidak ada yang tahu apa yang sedang dipikirkan Damar di balik ketenangan wajahnya.

***

Suami saya hobby nonton formula 1 dan moto GP. Iseng saya ikut nonton ulang pertandingan formula 1 bareng suami dan ternganga ngeliat jalannya perlombaan dan juga orang-orang hebat di pit stop dan dibalik grand prix.

Saya tertarik untuk membuat cerita cinta berlatar belakang seorang pembalap formula 1 atau Moto GP. Tentu saja kisah cinta dua bangsa yang berbeda. Of course, female leadnya harus wanita Indonesia dong.

Seperti cerita di Love is Blue yang berlatar belakang pemain sepak bola terkenal. Kali ini pembalap terkenal dari formula 1.

Ada yang tertarik baca? Tapi nanti ya kalau semua proyek tulisan saya sudah kelar semua.

Ayo dukung saya di karyakarsa, biar tambah semangat nulisnya. Masih banyak nih simpenan cerita-cerita saya yang lainnya belum sempat ditulis, masih mengendap di buku tulis sebagai outline.

Oh, ya sekali lagi terima kasih untuk semua cinta dan dukungan kalian semua. Arigato.

Saat Cinta Harus Memilih (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang