Cinta Untuk Elza | End

|•|CUE 38 🍪

Bismillahirrahmanirrahim. Halo semuaa.

Gimana gimana? Udah siap baca chapter terakhir cerita Cinta Untuk Elza?

Aku harap kalian yang baca mau vote dan komen cerita ini. Chapter terakhir loh... Aku juga butuh dukungan dari kalian. Mau sampai kapan kalian jadi silent readers?.

Semoga aja kalian puas dengan endingnya.

Happy Reading 💗.

•🍪•

*

*

*

*

*

"AAAA GANTENG BANGET SUAMI AKUU!" ucap Elza dengan suara lirih.

Merasa ada yang mengganggu tidurnya, Gus Zayyan membuka matanya secara perlahan. Elza yang tengah menatap layar ponselnya terkejut ketika mendengar suara serak milik suaminya.

"Kenapa belum tidur, hm?"

Buru-buru Elza mematikan ponselnya dan meletakkan kembali ke atas meja, "Hehe, abisnya Diba ga bisa tidur."

Gus Zayyan lalu membawa Elza ke dalam dekapannya. Saat itu juga Elza merasakan detak jantungnya tidak karuan. Padahal ini bukan pertama kalinya ia diperlakukan seperti ini oleh Gus Zayyan. Dengan suara khasnya, Gus Zayyan melantunkan sholawat kesukaan Elza. Suara merdu nan lembut itu berhasil membuat Elza menjadi mengantuk. Tak lama kemudian, ia sudah berhasil masuk ke alam mimpi.

"Selamat tidur, istri sholehahnya Zayyan." Gus Zayyan mencium lembut kening Elza.

🍪🍪🍪

Pagi itu, Gus Zayyan dan Elza sibuk menata kembali barang-barang yang akan mereka bawa ke Banten. Mereka benar-benar mempersiapkannya agar tidak ada yang tertinggal. Elza mengumpulkan semua barang itu di dekat pintu kamar mereka, agar mudah untuk dijangkau ketika ingin diletakkan ke dalam mobil.

Dinginnya udara pagi bercampur dengan dinginnya air. Setelah wudhu, tubuh Elza sedikit menggigil karena kedinginan. Ia pun menghangatkan kedua tangannya dengan cara melilitkan selimut yang tebal.

Gus Zayyan yang melihat hal itu terkekeh. Ia lalu berjalan mendekatinya. Setelah jarak mereka sudah dekat, Gus Zayyan memegang kedua tangan Elza yang masih terbalut selimut.

"Masih dingin, hm?"

Elza menggeleng kecil, "Udah enggak, mas. Ayo sholat."

Elza lalu berjalan untuk mengambil mukenahnya yang berada di atas meja. Begitu juga dengan Gus Zayyan, ia beranjak untuk mengambil sarung yang sudah istrinya siapkan.