05. bukan princess

314 73 6
                                    

—2012—

Jennie menarik bangkunya yang berada diurutan paling belakang, melirik ke bangku di sebrangnya yang masih kosong. Alasan apalagi sekarang yang Hardian dan Bobi buat?

Percaya gak percaya, Jennie duduk sendirian, semua anak anak kelasnya duduk berpasangan, cuma dirinya yang duduk sendirian. Kadang Hardian atau Bobi suka gantian buat duduk bareng Jennie, tapi gak setiap hari. Awalnya Jennie merasa kesepian tapi lama kelamaan ia sadar, gak buruk juga kalau duduk sendirian.

Ia mengeluarkan novel dan earphone dari dalam tasnya, duduk disebelah jendela memudahkan dirinya untuk melihat semua kegiatan diluar kelas, apalagi kelasnya berada di lantai pertama, depan lapangan persis.

Saat sedang asik melamun, ia dikagetkan dengan dua ketukan di jendela, membuat lamunanya buyar. Ia membuka jendelanya, guna memudahkan Naya berbicara padanya.

"Nanti lo ikut kumpul ya di aula."

"Gue?" tunjuk dirinya sendiri. "Mau ngapain?"

"Lo dipilih buat jadi peserta beauty and fashion show antar kelas."

"Duh, enggak deh, jangan gue, cari yang lain aja. Gue nggak cantik, fashion gue juga biasa aja."

"Telat, udah kepilih. Jangan lupa ya abis istirahat kumpulnya, jangan terlambat ntar ketinggalan informasi."

"Nay, tolong lah jangan gue." Jennie merengek minta digantikan.

"Yang megang wewenang buat gue anjir, gue nggak bisa apa-apa." ucapnya sambil mengangkat kedua tanganya.

Kepala Jennie bergerak ke seluruh penjuru kelas, mencari seseorang yang sudah pasti mendaftarkan dirinya buat acara tersebut.

"Marisa udah dateng belum?"

"Tuh anaknya lagi ngobrol depan kelas." tunjuknya pada Marina, ketua kelas 11 IPS.A.

Buru buru Jennie menghampiri Marisa yang bahkan menaruh tasnya aja belum. Marisa yang kelihatanta tahu kalau Jennie bakalan protes cuma bisa pasrah aja.

"Lo kalo mau protes tunggu dulu, gue naroh tas dulu." ucapnya menahan Jennie.

Jennie mendudukan dirinya di bangku depan tempat duduk Marisa. "Gimana bisa ceritanya lo daftarin gue buat acara pensi beauty and fashion show antar kelas!"

Marisa menciut didepan Jennie. "Ya gimana Jen, menurut gue lo cantik, gue liat liat fashion lo juga oke banget, kek nggak pasaran aja gitu."

"Fashion apaan sih, sama aja kita pake seragam."

"Kalo diluar sekolah blegug! Pas kerja kelompok aja outfit lo keren sendiri, yang lainya caur, terus gue pernah beberapa kali liat lo di mall yang sama. Jen! Lo tuh keren, lo harus tau itu."

"Ada Jesselyn, Mar. Kelas kita punya Jesselyn yang cantik banget kayak model, lo yang bener aja sih milihnya gue." Jennie menatap Marisa nanar, ketua kelasnya itu sekarang cuma bisa menunduk. Padahal maksud dari Marisa itu baik, dia cuma mau ngenalin ke anak anak kelas lain kalau selain Jesselyn, kelas dia juga punya Jennie yang juga gak kalah cantik dan keren, tapi susah juga karna Jennie sendiri orangnya menutup diri banget.

Marisa meraih tangan Jennie, ia genggam dengan erat. "Jen, coba dulu aja ya, dateng ke aula aja dulu, kalo lo ngerasa emang nggak bisa, nanti bilang ke gue. Acaranya masih lima hari lagi kok."

Merasa kasihan dengan Marisa, akhirnya Jennie meyakinkan dirinya sendiri untuk mulai mencoba hal tersebut.

Jennie menganggukan kepalanya, "Kalo abis dari aula gue emang  nggak mau, langsung konfirmasi ke elo kan?" Marisa langsung menganggukan kepalanya.

coeur de papierTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang