08. perkara pisang goreng

284 78 25
                                    

Jennie memperhatikan keduanya dengan seksama, dari awal kedatanganya yang aq berhasil membuat Katalea senyum kesenangan sampai barang bawaan entah itu sogokan atau apa untuk Katalea, membuat senyum di wajah gadis itu tidak hilang sedari tadi.

Jennie menyayangi sikap Katalea yang terlalu polos saat diajak kerja sama oleh Tama.

"Aku sebenernya ada misi berdua sama Kak Tama."

GILA, Tama bahkan berhasil menghasut Katalea supaya berada dipihaknya.

Jennie duduk di kursi penumpang memperhatikan akrabnya Tama dan sepupunya itu yang sekarang sedang bernyanyi. Pandanganya bertemu dengan milik Tama saat ia dan cowok tersebut sama sama sedang melihat ke kaca tengah. Jennie menjadi yang pertama mengalihkan pandanganya.

"Kak Jen! Kak Jen suka lagu Blackpink nggak." seru Katalea saat sedang memilih lagu mana yang selanjutnya akan ia putar.

"Hmm, suka."

"Suka Tally nggak? Lagunya tuh enak banget tau Kak Jen."

"Itu lagu kesukaan Kak Jen."

Mendengarnya membuat Katalea semakin antusias, sampai ia menolehkan kepalanya ke belakang, melihat Jennie yang sedang memandangi view jalan raya yang tidak terlalu macet hari ini. "Aku juga Kak Jen!!!!" Atensi Katalea berpindah pada Tama yang sedang tersenyum mendengarkan celotehan Katalea yang hanya dibalas singkat oleh Jennie.

"Kak Tama  dengerin lagunya Blackpink nggak?"

"Dengerin kok, aku suka yang Stay malah."

"Aku juga suka lagu itu!!!"

Jennie memperhatikan Katalea kembali, sepupunya itu kelihatan sangat bersemangat.

Tama melirik Jennie kembali lewat kaca tengah, yang dilakukan cewek tersebut sedari tadi hanya menatap jalanan, kemudian Tama berdehem, "Ekhem, kalo Blackpink konser kesini mau nonton nggak?"

Bukan Jennie yang menjawab, sayangnya cewek tersebut tidak berminat sama sekali dengan pertanyaan Tama.

"MAU BANGET KAK TAMA!!!!!!"

"Nanti kita nonton ya." ucapnya sambil melirik kaca tengah. "Bertiga."

Sampai di depan rumah berwarna cat putih itu, Katalea melambaikan tanganya pada Tama karna telah mengantarkanya pulang sampai ke rumah. Setelah Katalea menutup gerbangnya, barulah Jennie pindah duduk di depan, agak sedikit susah waktu pindah. Bahkan Tama yang melihatnya saja tidak bisa menahan senyumnya.

"Nanti mau mampir dulu nggak?"

Jennie meliriknya. "Kemana."

"Ke warkop, tiba tiba gue pengen minum bandrek, gapapa kan?" Tama berusaha meyakinkan Jennie supaya tidak keberatan untuk sekedar menemi Tama.

Jennie menganggukan kepalanya, lagian bisa atau gak bisa juga tetep aja kan Jennie seharian ini bakal sama Tama. Kalau bukan karna Tama maksa, hari off  kerjanya ia gunakan untuk tidur seharian.

Begitu sampai di warkop yang Tama maksud, Jennie agaknya harus menarik nafas dulu waktu ikut Tama masuk ke dalam, masalahnya isinya kebanyakan cowok semua. Mungkin beberapa ada yang cuma anak sekolahan, tapi beberapa ada yang udah kerja, terlihat dari lanyard yang menggantung bebas di leher mereka.

coeur de papierTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang