21. sit next to me

372 62 17
                                    

Sehari sebelum kembali ke jakarta, Jennie sempatkan dirinya untuk menyetujui ajakan Aksel yang memintanya untuk ketemuan di salah satu cafe di Bandung. Aksel tidak sendiri, cowok itu bersama dengan anak kecil, ucapan Ratna semalam benar adanya.

Awalnya Jennie hanya menyunggingkan senyum tipis saat Aksel memberitahu soal anak kecil tersebut, tapi kemudian ia berpikir kalau bisa saja Aksel bohong.

"Nama aku Lulu, nama kakak siapa?" tanya anak kecil tersebut sambil mengulurkan tangannya yang langsung disambut baik oleh Jennie.

"Halo Lulu cantik, nama kakak Jennie."

Anak kecil bernama Lulu tersebut setelah menjadi malu-malu setelah selesai berkenalan dengan Jennie.

"Lulu anak kakak gue, cuma emang kakak gue lagi ada keperluan mendadak gitu, kalo bawa Lulu takut rewel. Jadi titipin ke gue." Jennie hanya mengangguk saja, seingatnya dia gak ada mengajukan pertanyaan soal Lulu anak siapa ke Aksel.

"Semalem gue kayak liat Ratna di pasar malem, tapi gue nggak lihat lo disana. Jadi gue mau manggil Ratna takut bukan dia. Untungnya gue lihat story instagram Ratna dan emang kalian lagi di Bandung, jadi gue ajakin lo kesini."

"Semalem Om Aksel nggak berani naik kincir angin." ujar Lulu yang terlihat lucu dimata Jennie.

"Oh ya?" tanya Jennie dengan nadanya yang sangat antusias. Semoga saja aktingnya terlihat natural.

Lulu menganggukan kepalanya. "Jadinya yang naik cuma Lulu sama Mamah deh."

"Lulu hebat kalo gitu!! Keren berani naik kincir angin."

"Jen, btw lo tugas di Bandung berapa hari?" tanya Aksel sambil mengelap pinggiran bibir Lulu yang belepotan.

"Seminggu, tapi besok udah mau pulang sih. Lo disini masih lama?"

"Belum tau juga sih, gue kira lo masih lama disini. Kalo masih lama gue mau ajakin ke dago pakar."

Jennie terkekeh. "Ngapain ke dago pakar?" tanyanya tanpa mengalihkan atensinya dari steak yang tengah ia potong.

"Lihat pemandangan, mungkin."

Jennie kembali terkekeh mendengar jawaban Aksel yang terkesan sangsi.

"Kok jawabnya nggak yakin gitu?"

Aksel mengendikan bahunya, sejujurnya ia sendiri pun bingung harus menjawab apa. Menurutnya pertanyaan yang Jennie lontarkan seolah-olah memojokan dirinya dan mematikan obrolan sepihak.

Tiba-tiba saja Lulu merengek minta segera pulang pada Aksel. "Om Aksel, ayo pulang sekarang!!"

"Iya nanti ya, kan baru sebentar ketemu kakak Jennie. Katanya tadi Lulu mau main sama kakak Jennie."

Lulu menggelengkan kepalanya, "Mau pulang! Mau pulang!!"

"Iya iya, ini pulang, Lulu jangan nangis tapi." seolah ucapan Aksel adalah mantra, Lulu tidak lama setelahnya langsung kembali tenang dan tidak merengek seperti sebelumnya.

Sekarang malah Aksel yang terlihat sedikit grasak grusuk mencari sesuatu yang Jennie tebak adalah dompet.

"Cari apa? Kunci mobil?" tanya Jennie yang jelas sekali dalam hati ia menebak kalau yang dicari Aksel adalah dompet.

Aksel menggeleng. "Dompet gue."

"Kenapa dompet lo? Enggak ada?"

"Debit gue di dompet semua."

"Gue aja yang bayar."

Pandangan Aksel bertemu dengan manik Jennie yang juga tengah menatapnya dengan tenang, berbanding terbalik dengan dirinya yang kepalang bingung.

coeur de papierTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang