Jennie menghela nafasnya sesaat setelah ia selesai mengecek saldo atmnya, gajinya bulan ini harus banyak kepakai untuk keperluannya yang mendadak itu. Belum lagi dirinya yang ngasih uang bulanan juga ke Rika, dan masih banyak keperluan lain yang mau gak mau Jennie harus bayar.
Boro - boro mikirin bisa liburan, bisa ada sisa buat ditabung aja udah syukur banget. Sekarang juga ia lebih sering menggunakan busway kalau pulang dibanding gojek, yah kadang Tama masih suka jemput, tapi emang dasarnya Jennie orangnya gak enakan jadi dia bilang ke Tama buat gak setiap hari jemput dirinya.
Jennie beneran ngepress banget pengeluarannya, yang biasanya bisa ngeluarin segitu sekarang mau gak mau harus segini, mau minjem uang ke Reta juga gak enak, takut jadi kebiasaan kalau udah minjem sekali, apalagi Reta orangnya santai banget soal uang.
Minjem uang ke Tama? Itu big no banget buat Jennie, ia sendiri gak mau libatin uang di hubungan mereka, walaupun dirinya tau kalau Tama gak masalah sama sekali soal itu.
Jennie melirik jam dinding yang sudah menunjukan pukul empat sore, ah, dia ada janji mau ke bachelor pad Tama, cowok itu semalem nelfon katanya lagi gak enak badan, makin sakit parahnya kalau gak ada Jennie. Udah tau lagi sakit malah nawarin buat jemput Jennie, cowok aneh emang.
Ia gak lupa dengan cookies buatannya, untuk sekarang cuma itu yang bisa Jennie bawa buat Tama.
Sampai di bachelor pad milik Tama, dirinya berpapasan dengan beberapa teman teman Tama, ada empat cowok dan dua cewek, bukan orang yang sama kayak waktu yang di mobil, ini beda lagi. Saat beberapa temannya sudah masuk kedalam mobil, barulah ia menghampiri Tama yang sedang berada didalam kamarnya. Netranya berhenti pada meja yang terdapat banyak bingkisan khas jengukan orang sakit, bahkan ada yang sampai bawa bunga. Wow, Tama sakit apa sampai buah tangan dari teman temannya sebanyak ini, padahal bukan di rumah sakit.
Melihat itu ia membandingkan dengan bawaan miliknya yang cuma bawa satu toples cookies buatan sendiri, hanya itu yang bisa ia bawa saat ini.
Cewek berambut panjang itu sedikit menghembuskan nafasnya, rasa gak percaya dirinya saat ini lebih mendominasi.
Tama tersenyum sumringah melihat Jennie menghampirinya, apalagi saat dirinya melihat cewek itu membawa setoples cookies.
"Kenapa sih nggak mau aku jemput aja?" tanyanya begitu Jennie berdiri disebelah kasurnya.
Jennie hanya menjawabnya dengan gelengan sambil tersenyum.
"Sini duduk." ujarnya sambil menepuk ruang kosong sebelahnya.
"Boleh?"
"Ya boleh lah Ni, masa nggak boleh sih. Kalo sama yang lain mah baru nggak boleh."
Jennie menyodorkan setoples cookies buatannya, berharap Tama dengan senang hati menerimanya, melihat bawaan teman temannya jauh lebih banyak daripada dirinya.
Jelas sekali dimata Jennie, cowok itu menerimanya dengan senang hati, bahkan langsung dibuka dan dicicipi langsung di depan Jennie.
"Kayak biasa, enak banget."
"Makasih yah, by the way kamu sakit apa?"
"Aku ditabrak sama mobil." ujarnya kelewat santai, bahkan Jennie yang dengernya aja kaget bukan kepalang.
"Kok bisa?!?!"
"Biasa, yang nyetir keadaan lagi mabok."
Raut wajah Jennie berubah menjadi khawatir, bisa bisanya Tama malah kelihatan santai banget.
"Dih! Gila ya tu orang! Terus luka kamu parah nggak?"
"Aku posisi lagi bawa motor, ya aku jatuh."
"Mental sih, dikit." lanjutnya yang membuat Jennie makin khawatir lagi, bahkan cewek itu sekarang sudah mengenggam tangan Tama.
KAMU SEDANG MEMBACA
coeur de papier
Fanfiction"lighters and candy, i've been a fool but strawberries and cigarettes always taste like you" Darksetresseu, Maret, 2023