Tama membanting pintu bachelor pad miliknya, tidak peduli reaksi apa yang akan Jennie berikan nanti padanya. Pikirannya tengah kalut oleh oknum yang sekarang sedang berada bersamanya.
Jennie hanya berdiri dan diam sebelum akhirnya ia membalikan badannya menatap Tama yang kini tengah menghampirinya dengan tatapan nyalang. jennie belum pernah mendapati Tama yang seperti ini, baru kali ini ia melihatnya dan itu berhasil membuat nyalinya ciut.
"Ni, i don't want to be like this"
Jennie masih enggan untuk menatap Tama, netra matanya bergerak gelisah kemana pun asal tidak bertemu dengan netra milik Tama.
Tidak ada jawaban dari Jennie membuat Tama meraih rahang cewek tersebut dengan pelan, sejauh ini ia tidak ingin melukai setitik pun seluruh tubuh Jennie.
"Aku harus apa supaya kamu percaya sama aku?"
Tangan Jennie berhenti di punggung tangan milik Tama, ikut menggenggamnya. Tama yang mendapat tindakan tersebut merasakan desiran yang mengalir di dalam dirinya.
"Ayo Ni, ngomong."
Jennie masih enggan untuk berbicara, ia menggelengkan kepalanya tapi tetap menggenggam tangan Tama yang masih berada di pipinya.
"Ni..... please."
"Enggak Tama, ini nggak bener. Ini salah!" serunya membuat Tama sedikit kaget.
"Apanya yang salah?!" Tama pun jadi ikut terpancing dengan seruan Jennie barusan.
"Kita nggak boleh!"
"Apanya yang nggak boleh, jelasin ke aku!"
Jennie menelan ludahnya susah payah, kenapa di situasi seperti ini dirinya jadi mendadak bisu. Kemana perginya Jennie yang kalau soal beginian maju paling pertama.
"Lo nggak boleh naruh perasaan ke gue!"
"Kenapa?! Alasanya kenapa?!"
"Keluarga gue nggak bener Tama, keluarga gue berantakan, gue nggak layak bersanding sama lo. Lo punya segala-galanya, kebahagiaan, berkecukupan, semua yang ada di dalam diri lo itu bagus. Gue nggak mau kalo semua sanak saudara lo tau kalo ternyata anaknya suka sama orang kayak gue!" jelasnya sambil kedua tangannya ia letakan di dada Tama.
Tama yang mendengarnya bungkam seketika, ia sendiri tidak pernah terbesit kalau Jennie akan memikirkan hal itu. Karna menurutnya itu semua bukan masalah besar, apalagi orang tuanya juga menyukai Jennie, jadi kenapa Jennie harus ragu?
"Gue juga nggak bisa ngimbangin hidup mewah lo yang selalu gonta ganti cewek! Gue nggak suka!"
"Siapa yang gonta ganti cewek?! Ni, seumur hidup aku, baru kali ini aku setelah ketemu kamu nggak pernah gonta ganti cewe lagi, aku berani jamin itu."
"Then should i believe it?"
Tama memejamkan matanya, menghirup udara lebih supaya jaga jaga kalau dirinya tidak tiba tiba membenturkan kepalanya sendiri ke tembok.
"Iya sebelum ketemu kamu aku emang gonta ganti cewek, tapi aku cuma sebatas tidur nggak sampe having sex, tapi itu dulu sebelum aku ketemu kamu Ni!!"
"Terus gue percaya gitu?!!"
"The first time i did that was also with you, in your apartment Ni, kalo kamu lupa."
Mendengar ucapan Tama barusan kembali mengingatkan Jennie kembali pada hari itu, ya, Jennie ingat, tapi seingatnya mereka belum sampai ke tahap sana.
"Hampir!!! Kita belum ngelakuin!!"
"Ni..."
"Yaudah terus sekarang lo mau apa dari gue!"
Tama menatap Jennie dengan tatapan nanarnya, sedikit frustasi dan bingung. Harus dengan cara apa melunakan cewek yang isi kepalanya sama kayak batu ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
coeur de papier
Fanfiction"lighters and candy, i've been a fool but strawberries and cigarettes always taste like you" Darksetresseu, Maret, 2023