"Tuh barang pesenan lo, kalo mau ganti uangnya, gue nggak menerima transfer."
Jennie melemparkan kuas pesanan Mirza, setelah Mirza melihat story instagramnya yang sedang berada di mall akhirnya ia meminta Jennie untuk membelikan kuas yang biasa ia pakai untuk melukis, soal bayar itu urusan di rumah.
"Berapaan."
"Gatau lupa, itu liat aja ada harganya disitu." Jennie membalasnya dengan malas malasan.
Setelah melihat harga yang tertera, Mirza mengeluarkan uang seratus ribu. Ia menaruhnya di meja, kemudian bangkit dari duduknya meninggalkan Jennie sendirian di teras.
"Oke makasih, kalo mau masuk, masuk aja, Mama lagi keluar." Jennie tidak merespon, ia hanya meliriknya.
Jennie ikut masuk ke dalam rumah tersebut, mencari kunci kamarnya di dalam tasnya, setelah ia masuk ke dalam kamarnya yang ia lakukan ialah langsung menaruh tas dan merebahkan dirinya di kasur.
Tiba tiba dirinya mendadak mellow gini, inget dulu waktu SD sampai SMP pernah punya temen kecil akrab banget, kemana mana selalu berdua, berangkat sekolah berdua, pulang sekolah berdua, sepedahan bareng, kalau sore suka duduk di taman komplek, time flies so fast sampai akhirnya dimana mereka berdua tiba tiba jadi asing dan seolah olah gak pernah jadi teman.
Jennie tersenyum getir, ia sekarang sama sekali gak tahu kabar temanya itu, sosial medianya apa, sama sekali Jennie gak tahu.
Jennie menghela nafasnya, matanya menerawang keatas seolah dirinya menemukan jawaban dari sana.
Kalau boleh jujur, Jennie mau ketemu Jasmin lagi, dengan keadaan mereka yang sekarang sudah sama sama tumbuh dewasa. Tapi apa Jasmin mau ketemu sama Jennie?
*****
"Tam, korek dong."
Tama menggeser koreknya, hari ini entah secara tiba tiba ia dan beberapa temannya berkumpul di cafe. Untungnya cafe tersebut tidak jauh jaraknya dari kantor tempat Jennie bekerja, jadi niatnya setelah dari sini Tama mau jemput Jennie, baru abis itu sekalian dijalan nyari makan.
Tama bangkit dari duduknya, melangkahkan kakinya menuju toilet, meninggalkan ponselnya yang sedang dipinjam oleh Rendi untuk memindahkan data.
Dua pesan muncul di notifikasi bar yang membuat Rendi sedikit penasaran, cewek mana lagi yang sekarang lagi Tama deketin, pikirnya begitu setelah Rendi mengklik notifikasi tersebut berniat untuk membalas pesan dari cewek yang baru saja masuk.
Jennie
tama
lagi deket area kantor gue gak?
kalo iya gue mau bareng lo boleh?Tama
lagi sibukJennie
oh oke, sorrySetelah membalas pesan tersebut, Rendi langsung keluar dari aplikasi whatsApp dan melanjutkan sesi memindahkan data yang sempat tertunda tadi. Tidak lama setelahnya Tama kembali dengan membawa sebotol air mineral.
"Tam, ada wa masuk dari cewek lo nih." ujar Rendi.
Alis Tama tertaut, cewek? Tama punya cewek juga enggak. "Gue nggak punya cewek."
"Alah emang udah the real buaya darat lo ah, ini cewek lo barusan wa yaudah gue bales aja."
"Siapa deh?"
"Namanya Jennie." mendengar Rendi menyebut nama Jennie, reflek Tama langsung merebut ponselnya yang sedang dipegang oleh Rendi, buru buru jarinya masuk kedalam aplikasi whatsApp, mencari nama Jennie yang posisinya paling atas. Matanya membeliak begitu melihat balasan singkat dari Rendi.
KAMU SEDANG MEMBACA
coeur de papier
Fanfiction"lighters and candy, i've been a fool but strawberries and cigarettes always taste like you" Darksetresseu, Maret, 2023