04. truth or dare

366 83 32
                                    

Semenjak ajakan camping di pantai itu, Jennie akhir akhir ini lumayan lunak kalau diajak Tama ngobrol, seperti beberapa hari yang lalu saat Tama mengantarnya pulang setelah dari festival musik, awalnya Jennie menolak untuk diantar Tama, tapi setel...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Semenjak ajakan camping di pantai itu, Jennie akhir akhir ini lumayan lunak kalau diajak Tama ngobrol, seperti beberapa hari yang lalu saat Tama mengantarnya pulang setelah dari festival musik, awalnya Jennie menolak untuk diantar Tama, tapi setelah Hardian bilang kalau dia mau ke bengkel dulu akhirnya membuat Jennie mengiyakan tawaran Tama. Jennie paling males ke bengkel bareng Hardian.

Tama 1 : 0 Jennie

Yang lucunya lagi adalah senyum Tama mendadak sirna saat Jennie membuka pintu belakang mobilnya, hei, Tama gak mau jadi supir dadakan Jennie, dia mau kalau cewek itu duduk di sebelahnya. Tapi yasudah, Jennie akan tetap jadi Jennie yang tidak peduli.

Lalu ada satu kejadian yang membuat dada Jennie berdesir, saat dirinya sedang berada di bachelor pad milik Tama, menemani Hardian yang katanya ada urusan mendadak dengan Tama.

Saat tiba di bachelor pad, Hardian langsung menghampiri Tama yang sedang berada didalam kamarnya, sedangkan Jennie, ia hanya duduk menunggu temanya itu di sofa beludru panjang berwarna merah.

Jennie mengusap material sofa tersebut, mulutnya ber oh ria kecil, harga sofanya bukan kaleng kaleng pikirnya begitu.

Merasa kakinya masih nyeri karna kemarin kejatuhan cobek, ia putuskan untuk meluruskan kedua kakinya, sembari menunggu Hardian dan Tama.

Saking tidak sadarnya kalau Tama menghampirinya, ia sampai tidak merasa kalau sekarang Tama duduk diujung sofa yang Jennie tempati. Hal tersebut membuat Jennie kaget, lantas ia menarik kakinya kembali, tapi Tama menahanya, mencengkram pergelangan kaki Jennie.

"Gapapa selonjoran aja."

Sorot mata Tama berhenti di bekas keunguan dekat pergelangan kaki cewek tersebut. Ibu jari Tama bergerak, membelai bekas keunguan tersebut dengan pelan, hal tersebut baru saja membuat Jennie menahan nafasnya beberapa detik, gimana bisa Tama ngelakuin itu?

Jennie menahan nafasnya beberapa detik, sebelum ia kemudian menggigit sisi dalam pipinya, agak salting juga nampaknya.

"Ini kenapa?" ia bertanya masih dengan ibu jarinya membelai bekas keunguan tersebut.

Jennie akhirnya tetap menarik kakinya, membuat cengkraman tangan Tama terlepas. Setidaknya untuk saat ini amankan dulu kakinya, atau mungkin amankan dulu pikiranya.

"Kejatohan cobek."

"Cobek itu....... yang buat ngulek kan?" Jennie mengangguk.

Kini raut wajah Tama berubah menjadi khawatir setelah mendengar kalau kaki Jennie kejatuhan ulekan yang mana itu terbuat dari batu.

"Kok bisa."

"Ya bisa lah."

"Gue nggak bakal nanya sakit apa nggak, karna itu udah pasti sakit banget. Tapi lo kalo jalan gapapa?"

"Gapapa." bohong, Jennie harus jalan dengan pincang karna rasanya beneran sakit banget.

"Kok bisa kejatohan cobek sih?" Lihat, bahkan Tama sekarang menggeser duduknya menjadi lebih dekat dengan Jennie.

coeur de papierTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang