Apel merah!Ya, buah yang saat ini menemani perjalananku sekembalinya dari kantin sekolah.
Rasa buah berwarna merah itu cukup membuatku merasa segar di siang yang panas ini.
"Ayy! Ikut gue yuk!" Tiba-tiba Angel datang dari arah belakang dan langsung menggandeng pundakku.
"Ke mana?"
"Nonton Ito main basket di bawah!" ajaknya antusias.
"Ogah! Gue mau ke kelas. Ngapain panas-panas gini nongkrongin lapangan? Bisa item, gue!" tolakku sengit.
"Ckk ... tiap hari juga lo panas-panasan di aspal naik motor Eno!"
"Itu pengecualian!"
"Halah! Ngeles aja lu kayak maling diintrogasi! Ayo temenin gue!"
Tanpa peduli penolakanku, Angel terus menarikku untuk ikut bersamanya.
Sebenarnya aku malas, tapi karna di kelas pun aku tak ada rencana, maka kuikuti kemauan Angel.
Tiba di lapangan basket outdoor sekolah, suasana riuh segera menyambut kami.
Ada dua tim yang tengan bertanding basket di lapangan sekarang. Dari seragamnya, aku tahu kedua tim itu merupakan tim inti dan tim junior sekolah.
Haaahh ... dasar cowok-cowok kurang kerjaan. Siang bolong gini masih sempet-sempetnya caper dengan bermain basket di lapangan outdoor. Biar apa? Biar cewek-cewek pada nonton terus histeris?
Ya, yang kutahu tim basket inti memang diisi beberapa cogan populer sekolah yang kerjanya merangkap sebagai tukang Caper. Huh!
"Itu Ito!" seru Angel heboh dan segera mengajakku merapat lebih dekat ke lapangan. Berbaur dengan siswa lain yang menonton di pinggiran.
"Itoooo ...!" Teriakan Angel segera terdengar melengking di antara sorak-sorai penonton lain.
Membuat Ito yang tengah bermain di lapangan sana menoleh ke arah kami kemudian melambai pada Angel.
"Semangat Sayangkuuu ...!" jerit Angel lagi.
Idih? Dia yang teriak, aku yang ikut merasa malu karna tatapan sebagian penonton yang tiba-tiba mengarah pada kami.
"N'gel, norak banget sih lo? Nonton, nonton aja! Ga usah pakek teriak gitu!" sentakku merasa risih.
"Justru ini serunya nonton pacar yang lagi tanding. Bisa teriakin namanya dengan kebanggaan!" Angel tersenyum riang padaku. Senyum yang di mataku terlihat bodoh.
"Eh, Lampir! Cowok lo cuma main di halaman sekolah! Bukan tanding di final NBA!" ujarku pedas.
"Sekali-kali lo nonton Eno tanding di lapangan! Biar lo tau sensasinya kayak apa!"
Aku terdiam. Nonton Eno tanding di lapangan? Tanding apaan?
Emang Eno bisa main basket? tanyaku pada diri sendiri.
Dia kan hanya bisa tanding di arena tawuran atau lintasan balap liar ... aku merasa kecewa dengan pemikiran ini.
"Kenapa? Eno ga bisa main basket?" tanya Angel lagi.
"Hahaha ... kalo gitu lo ga bakal tau gimana rasanya karna cowok lo ga bisa main basket kayak cowok gue. Weee ...!" Angel memeletkan lidahnya padaku dengan wajah mengejek.
Ha? Apa katanya?
Aku tertohok. Menatap Angel dengan geram. Jadi dia mengajakku ke sini hanya untuk pamer?
"Apa kerennya cowok yang bisa main basket? Cowok gue jago main pedang, gue biasa aja?" balasku dongkol.
"Lo bisa kasih semangat sama cowok lo saat dia main pedang? Enggak, kan? Bayangin deh, saat Eno tawuran lo nonton sambil teriak, semangat tawurannya Sayangkuuu ... ha ... ha ... ha ....!" Angel terbahak memperolokku.