Wajib putar mulmednya. Maksa lagi gue 😅😅🌻🌻🌻
Isam dan Beni nganterin gue pulang ke kost. Entah gue sudah semabok apa, tapi ngeliat bayangan Aya di mana-mana, sepertinya gue bukan hanya mabok berat, tapi udah mendekati kategori gila.
Gue tiduran di kasur. Berharap saat bangun nanti semua yang gue alami ini hanya sebatas mimpi. Atau enggak bangun lagipun ga apa-apa. Percuma gue hidup kalo cuma buat nyusahin orang-orang sekitar gue.
Ha ha ha ha ... gue masih ga percaya. Ditinggal cewek doang hidup gue udah kayak apa. Di sinilah gue menyadari, ternyata Aya sudah jadi segalanya buat gue.
Tok tok tok ....
Ketukan di pintu merusak pikiran gue yang sudah siap terbang ke alam mimpi.
Sialan! Orang gila mana yang berani ganggu gue gini ari. Gak tau orang lagi galau, apa?
"Mmmmhhh ... siapa siiihhh?"
Ga ada jawaban. Malah terdengar pintu diketuk lagi.
"Aarrgghhh ... berisik, Anjing!" Gue udah gedek setengah mati.
Siapa di luar sana? Apa Ibu juragan kost? Setau gue cuma dia yang berani ngetuk-ngetuk kamar tanpa pandang waktu. Tapi ... perasaan gue udah bayar sewa buat bulan ini. Jadi siapa?
"Dasar gila! Gangguin orang tidur! Kampret ga tau diri!" Meski sambil ngedumel, akhirnya gue memutuskan buat buka pintu.
"Aya?" Gue tersentak saat melihat siapa yang berdiri di depan pintu.
Ohh ... enggak, enggak! Gue pasti salah lihat lagi. Itu cuma halusinasi gue. Gue masih mabok. Ya, ya ....
Tapi ... enggak. Bayangan itu enggak memudar kayak biasanya. Gue bener-bener masih bisa ngeliat Aya yang masih mengenakan seragam sekolah.
Gue gosok-gosok mata. "Aya? Ini beneran kamu?"
Gue coba pegang kedua lengannya. Menatap dia dari ujung kepala hingga kaki. Jelas, penampakannya makin jelas.
"Aya!" Gue menggoncangkannya untuk memastikan kalo dia benar-benar nyata lalu menariknya masuk.
Oh, ya Tuhan! Gue rasa dia memang Aya.
"Sayang!" Gue segera peluk dia yang masih diam membeku menatap gue. Teramat erat, hingga tubuh gue yang setengah telanjang bisa merasakan suhu hangat dari tubuhnya.
Astagaa ... semoga gue enggak gila. Semoga Aya benar-benar datang. Semoga ini bukan hanya hayalan.
"K-kamu ... kamu di sini? Ini beneran kamu, kan?" Gue masih belum percaya. Melerai pelukan untuk melihatnya.
Dia masih diam. Gue peluk dia lagi. Lebih erat. Syukurlah ... syukurlah akhirnya dia mau kembali.
Aya menarik dirinya dari pelukan gue, lalu menuntun gue ke arah tempat tidur.
"Apa yang terjadi sama kamu, No?" Akhirnya Aya buka suara. Gue teramat senang bisa mendengar suaranya.
"A-aku? Aku enggak apa-apa kok, Ayy! Aku ... aku baik-baik aja!" Ya. Gue harus terlihat baik. Jangan sampai Aya tau kalo gue habis mabok, kan? Dia bisa makin marah. Bisa ninggalin gue lagi.
Gue meraup kedua sisi wajahnya. Wajah yang sudah begitu lama ga bisa gue lihat dan gue sentuh. Gue begitu merindukan dia. Sangat ....
"Aku kangen kamu, Ayy... aku kangen banget sama kamu." Gue lihat mata Aya terpejam. Menjatuhkan butiran bening di kedua sudut matanya.
Enggak. Gue enggak bisa menahan lagi. Rasa rindu ini sudah teramat menyiksa. Hingga ada sesuatu yang terasa meledak hingga gue enggak bisa mengendalikan diri.