"Kamu tu cantik, Sayang. Beneran! Dari lubuk hati aku yang paling dalam nih, aku ngomong, ya? Kamu tuh paling cantik di mata aku. Tapi bukan berarti cuma karna alasan itu yang bikin aku jatuh cinta sama kamu! Gimana si, aku jelasinnya?"
"Tapi kenapa kamu enggak pernah minta foto----" Ups, aku keceplosan. Tidak, tidak seharusnya aku mengatakan ini. Oohh ... tiba-tiba rasa panik langsung menyerbu kepalaku.
"Foto apaan?" Rupanya Eno terlanjur mendengar perkataanku barusan. Dia menatapku penuh tanda tanya.
"Mm ... foto ... foto ...." Aku jadi merasa gugup tiba-tiba.
"Foto apaan?" Eno makin memojokkanku.
"Foto pap gitu," ucapku dengan suara sudah sangat rendah seraya mengalihkan pandang dari Eno.
"Foto seksi kamu, maksudnya?"
Di luar dugaanku ternyata Eno langsung paham saja apa yang aku maksud.
"Ya enggak foto seksi juga," sangkalku.
"Kalo bukan foto seksi terus apa? Kalo cuma foto biasa aku punya banyak kan? Kamu tau sendiri isi galeri aku kek gimana," jawab Eno.
Iya juga sih. Aku membenarkan dalam hati. Bahkan untuk foto kami berdua, justru aku yang lebih sering mengambil gambar dengan HP Eno langsung.
"Tapi Angel bilang ...." Kalimatku kembali terputus. Entah kenapa aku merasa tidak seharusnya aku menyebut nama anak rese itu.
"Angel bilang apa?" tanya Eno. Sepertinya dia sudah terlanjur penasaran.
"Enggak ...." Aku langsung menciut. Mengalihkan wajah dari Eno.
"Bilang apa dia?" desak Eno lagi.
"Enggak!" Aku memutar badan menghindari Eno.
"Bilang apaaa?" Eno menggelitik pinggangku hingga membuatku segera berontak darinya.
"Eno lepasin!"
"Ya bilang dulu tadi kamu mau ngomong apa so'al Angel! Kalo enggak, aku bakal telanjangin kamu di sini!" Eno masih berancang-ancang dengan ancamannya.
"Iya, iya aku bilang!" hentakku terpaksa.
Eno kembali menatapku seksama. Menunggu aku berbicara.
"Jadi ... Angel bilang, kalo cowok ga pernah minta pap seksi sama ceweknya, itu artinya si cowok punya cantik versi lain," paparku dengan nada dongkol.
Eno terksesiap menatapku.
"Ngomong dong, No! Kok kamu malah bengong?" sentakku jadi tambah kesal melihat ekspresinya itu.
"Kalo aku minta foto seksi kamu, kamu mau kasih?" tanyanya.
"Iya!" jawabku sengit.
"Ha?" Eno tercekat.
"Oh? Maksud aku ... iya enggaklah! Enak aja, kamu!" Dengan sedikit gelagapan, aku meralat jawabanku tadi.
"Jadi harusnya aku gimana? Aku minta, atau jangan?"
"Ya kamu ... Kamu harusnya ...." Duh, aku merasa terjebak. Harusnya gimana ya? Untuk sesaat, aku jadi kebingungan sendiri.
Eno tertawa lepas. "Aya ... Aya. Ada-ada aja kamu tuh," kekehnya.
Aaagghh ... aku jadi kesal dibuatnya.
"Lagian buat apaan aku minta foto seksi kamu? Orang aku udah liat semua secara langsung, kok. Akww!"
Kutendang kakinya sekuat tenaga yang membuat Eno langsung berteriak kesakitan.
"Sshh ... kamu ini? Kebiasaan banget suka KDRT sama aku!" Eno meringis sambil menggosok tulang keringnya yang barusan jadi sasaranku.
"Rasain! Makanya kalo ngomong tu jangan sembarangan!" omelku geram.
"Aku kan ngomong apa adanya, Ayy ...."
"Enggak! Aku enggak ngerasa pernah kayak gitu," bantahku tak terima.
"Huh?" Eno mencibirkan bibirnya.
"Apaan, dih?" Aku balas melotot pada pacarku itu.
"Ya emang aku pernah liat, kok. Pernah pegang malah."
"Eno!" Dengan jurus seribu bayangan, kuhujani dia dengan pukulan kedua tanganku.
"Enggak, enggak. Ampun, Sayang. Ampuun!" Eno langsung membentengi diri dengan tasku yang ia ambil di atas rumput.
"Aku benci sama kamu!" teriakku murka. "Aku tuh selalu berusaha buat lupain kejadian itu!"
"Kejadian yang mana?"
"Semuanya!"
"Banyak banget yak, kejadiannya?" Eno seakan sengaja mengolok-ngolok aku.
"Eno, bener ya, sekali lagi kamu ngerjain aku kayak gini, aku bersumpah bakal kirim pap bikini ke Rifan!" Emosiku sudah semakin memuncak.
"Loh, loh? Kok gitu ngancamnya?"
"Ya kamu berhenti dong, ngerjain aku begituuu ...." Rasanya aku sudah ingin menangis. Ya, menangis karna malu mengingat apa yang Eno katakan sebenarnya adalah sebuah gelombang fakta yang enggan untuk kuakui.
"Ok, ok. Enggak lagi-lagi. Jadi gimana tadi?" Eno segera memasang muka srius.
Aku masih memasang wajah benci padanya.
"Iya aku minta maaf. Tadi kamu bilang Angel ngomong apa?" ulangnya dengan nada membujuk.
Aku menghela nafas sejenak. "Angel bilang, kamu punya versi cantik yang lain dan itu bukan aku. Dia juga bilang, kalo emang gada yang bisa aku pamerin ke kamu karna daleman aku isinya cuma angin doang," kataku seraya menunjuk ke arah dada.
Oh Astagaaa ... sedihnya hatiku harus mengakui ini di depan Eno.
"Dia bilang gitu?" Eno menatapku lamat.
Aku mengangguk. "Aku juga inget, dulu ... duluuu banget, kamu pernah bilang kalo aku ini tepos. Iya kan?"
Eno tercekat. Tampak terkejut dengan ucapanku.
_____
bersambung ....