24. AMARAH DAN RINDU

2.7K 304 371
                                    

"Tenang, No!" Teriakan Awank tak gue pedulikan sama sekali.

Sementara Jefri nampak lemas dipegangi oleh kawan-kawannya. Ngeliat mukanya yang menjijikan itu, emosi gue semakin memuncak.

"Berani banget lo mikir busuk so'al cewek gua! Ngaca lo, bangsat? Cihh!" Gue berdecih muak. Masih berusaha untuk melepaskan diri dari pegangan anak-anak.

"Jangan bandingin cewek gue sama cewek lo, anjing! Seribu cewek kayak gitu lo tawarin ke gue, gue ga bakal sudi!" Dada ini nyaris meledak saja rasanya.

"No, udah!"

"Lepasin gua, Wank! Ni anak minta gue bikin mampus!" Maki gue belum puas.

Gue liat temen-temen Jefri beramai-ramai bangunin dia, lalu mengecek kondisinya.

"Gue bukan manusia rendahan kayak lo, Setan! Pengen mati lo, berani mikir kotor ke cewek gua!" maki gue lagi.

"No, udah, No. Tahan emosi lo!" Awank masih berupaya menenagkan gue.

"Diem lo, Wank! Anjing itu udah berani berniat busuk sama Aya. Dia nyamain Aya sama jalangnya! Ga terima, gua!" teriak gue masih menggebu. Menendangkan kaki sekuat tenaga berusaha mencapai tubuh Jefri.

"Tenang, No!" Awank mencengkram kerah jaket gue dengan wajah bergetar.

Beni, Isam, dan beberapa kawan Jefri masih megangin gue dari belakang.

Nafas gue sesak terputus-putus akibat ledakan amarah. Gue menelan ludah susah payah berusaha meredam emosi.

"Gue udah bilang harusnya lo ga dengerin si Jefri!" geram Awank.

Gue mencoba untuk tenang meski dada ini masih terasa bergemuruh bukan main.

"Lo enggak bisa bertindak seenaknya di sini. Inget, ini lintasan orang. Daerah orang. Lo ga boleh cari gara-gara karna itu bisa bikin permusuhan baru buat basis kita. Pikirin dampaknya buat anak-anak juga!" timpal Awank.

"Dia yang bikin gara-gara!"

"Lo udah hajar dia, kan?" Awank mengeratkan cengkramannya di kerah jaket gue. "Tenang!"

Ok ... ok ... gue berupaya mencerna kalimat Awank. Menahan diri sekuatnya.

"Tahan diri lo!" Awank menggoncangkan pundak gue.

Gue mengatupkan rahang keras-keras. Masih menatap Jefri belum puas. Badan gue masih gemetaran mesti ga sehebat tadi.

"Lepas!" sentak gue menghentakan diri.

Awank ngasih isyarat ke anak-anak supaya gue dilepaskan. Tapi dia masih menahan dada gue.

"Cukup. Jangan lanjutin. Kita balik!" perintahnya.

Gue menghela nafas panjang beberapa kali dengan dada masih serasa sesak menahan amarah.

"Ya ampun, Sayang!" Tiba-tiba Clara datang menghampiri dan langsung berjongkok di hadapan Jefri yang masih sempoyongan.

Wajah cewek itu ketakutan. "Kamu kenapa?" pekiknya ngeri.

Clara menoleh ke gue. "Eno? Lo yang lakuin ini?" Matanya menyala menatap gue.

"Iya! Kenapa? Kurang? Masih bagus, ga gue abisin cowok lu di sini!" sentak gue nyaring. Membuat Clara menciut dan langsung bungkam.

Awank masih menahan gue, lalu berbalik pada Jefri dan berjongkok di hadapan anak itu.

"Gue udah kasih peringatan sama lo. Tapi lo keras kepala. Denger, Jef!" Awank menjambak rambut anak itu.

"Ini pelajaran buat lo. Kali ini gue anggap masalahnya selesai di sini, tapi kalo lo masih nekat buat mengulangi hal yang sama, gue bakal minta Ernest buat turun tangan. Biar dia sendiri yang menghukum anak buah culas macam lo," sambungnya memberi ultimatum.

TENTANG ENOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang