Peringatan!Tentang Eno berisi cerpen gaje hasil kegabutan gue.
Isinya penuh dengan hal-hal yang ga nyambung.
Banyak bacodan unfaedah gue di dalamnya.
Silahkan tinggalkan lapak ini jika kalian ngerasa isinya ga sesuai selera.
Ga usah nyinyir kalo ga suka. Gue ga maksa siapapun buat baca karya iseng gue yang satu ini.
Salam cinta buat pembaca setia Eno.
❤❤❤❤
"Gimana, Bu?" Tiba di rumah, gue langsung menghampiri Ibu yang lagi nungguin Risma di kamar. Ya. Risma, adek bungsu gue yang berusia sembilan tahun.
"Masih tinggi demamnya," jawab Ibu sudah sangat khawatir.
"Perut Risma sakit, Bang ...." Risma ikutan bicara. Suaranya serak dengan raut wajah menahan kesakitan. Ga tega gue liatnya.
"Dokter Puskesmas bilang, kalo obatnya udah abis tapi belum ada perubahan, baru bisa dikasih rujukan buat ke rumah sakit," jelas Ibu.
"Ckk ... lama, Bu. Kita bawa ke Klinik aja sekarang."
"Tapi No? Ibu takut uang Ibu ga cukup. Bapak baru pulang tiga harian lagi."
"Eno ada, kok. Ayo, Bu. Kita bawa Risma sekarang."
Ibu setuju. Dia segera membangunkan Risma dari tempat tidur.
Gue menuju dapur. Di mana Arya, adek gue yang satunya lagi sedang sibuk cuci piring. "Arya jaga rumah ya? Ibu mau ke Klinik. Ga takut kan, sendirian di rumah?"
"Iya, Bang," kata bocah dua belas tahun itu yakin. Jawabannya bikin gue ngerasa agak lega.
Tiba di Klinik, Risma langsung diperiksa Dokter. Gue duduk di ruang tunggu dengan hati cemas. Takutnya dia kenapa-napa.
Tak berapa lama, Ibu keluar dari ruang periksa.
"Risma harus dirawat, No. Gejala tipes. Paling enggak, satu atau dua hari," jelasnya dengan wajah lesu.
"Ga apa-apa, Bu. Yang penting Risma baik-baik aja dan bisa segera pulih." Gue cukup lega mendengar itu. Karna setidaknya, Risma ga mengalami sakit yang parah.
Gue segera merogoh dompet, ngasih semua uang yang gue punya ke Ibu. "Buat pegangan Ibu."
Ibu menerimanya dengan ragu. "Jangan semua. Kamu harus pegang buat jaga-jaga." Ibu mengembalikan lagi selembar seratus ribuan.
"Ga apa-apa. Eno bisa cari pinjaman kalo cuma buat pegangan," tolak gue.
"Ambil, No!" Ibu agak memaksa. Memasukan paksa uang itu ke saku jaket gue.