Putar mulmednya.
💖💖💖Tak lama, pintu depan sudah terbuka. Melihat kemunculan Aya, gue ngisap rokok terakhir kali sebelum membuangnya.
Kekasih gue itu berlari kecil ke arah gerbang. Keliatan sama tak sabarnya seperti gue. Dasar! Gemes sendiri gue jadinya.
Aya membuka kunci pagar besi itu. Menggesernya sedikit saja, lalu berdiri mematung menatap gue. Sepertinya dia masih tak percaya kalau saat ini gue benar-benar ada di sini. Di hadapannya.
Wajahnya berbinar. Tubuh rampingnya berbalut stelan piyama panjang berwarna biru navy dengan motif buah strawbery. Begitu kontras dengan warna kulitnya yang putih.
Ya. Tubuh indah Aya tertutup rapi. Tak ada yang dipamerkan. Tak ada yang diumbar. Tak ada yang bisa memancing syahwat. Sejuk dipandang. Dan itu bikin gue nyaman melihat penampakannya.
Meskipun hati ini tetap bergetar hebat. Karna kecantikannya yang tak bisa gue abaikan. Rambutnya diikat sembarangan. Dengan wajah polos tanpa polesan yang kian manis dengan senyuman maut khasnya.
Inilah Soraya Andrea Syarif. Gadis yang selalu bisa membuat gue jatuh cinta berkali-kali, lagi, dan lagi.
Dia Soraya Andera Syarif. Gadis cengeng dan judes tapi sangat manis. Yang tak pernah membeda-bedakan orang dari latar belakang atau penampilan.
Dia Soraya Andrea Syarif, gadis bodoh dan semborono yang bisa jatuh cinta pada badjingan tak berharga macam gue, rela mengejar-ngejar gue hingga mengabaikan status sosialnya.
Tapi tidak, Aya selalu bilang, Kalau gue ini Bukan Badjingan. Bukan.
Dia Aya, pacar gue, cinta gue, hidup gue.
(Bucin mode strong 😅)
Gue membalas senyumnya. Membuat senyum Aya melebar dan dia bergegas datang mendekat.
"Eno!" Aya melonjakan tubuh mungilnya ke arah gue yang sudah bersiap menyambutnya dalam pelukan.
Gue segera menguncinya hingga tubuh kami merapat tak berjeda. Berlomba satu sama lain untuk lebih melekatkan diri.
(Jomblo mantau sambil gigit gayung bentuk lope)
Seketika gue lupa sama kerisauan yang tadi sempat meneror pikiran. Karna fokus gue teralihkan pada Aya seorang. Gadis yang malam ini teramat gue rindukan, selalu.
Indra penciuman gue sudah dipenuhi aroma tubuhnya yang semerbak. Memancing gue untuk menghirup lebih banyak dan dalam dari beberapa bagian yang bisa dijangkau.
Pundaknya, rambutnya, cekungan leher jenjangnya, hingga pipinya yang merona dan terasa dingin."Kamu beneran ada di sini ...." Bisikan Aya yang lirih terdengar merdu. Memanjakan pendengaran ini. Kemudian hening.
Kami masih larut menikmati rasa rindu yang sedang tersalurkan. Seolah ada ikatan yang perlahan melonggar menguapkan sesak yang sempat menyiksa.
Aya melabuhkan ciumannya di pundak gue. Lalu menghirup dalam-dalam udara yang mengalir di sana. Gue menyukainya, sangat. Cara dia itu mengisyaratkan kalau dia sungguh-sungguh ingin mendapatkan pelukan gue malam ini.