YANG PERTAMA
____
[ Jadi ga, malam ini ke rumah?]
Aku mengirim pesan pada Eno, dadaku berdebar saat melihat pesan itu langsung dibaca olehnya.
[ Jadi, dong. Kan udah janji ❤️]
Senyum ini merekah membaca balasannya. Belum sempat aku membalas, dia sudah mengirim pesan lagi.
[ Mau dibawain apa?]
Aduh, apa ya? Pikiranku tiba-tiba gelap. Aku tak bisa memilih apapun. Karna yang aku pikirkan sekarang hanya Eno. Hanya dia seorang.
[ Bawain cinta dan kangen aja banyak-banyak. ]
Idih? Sebenarnya aku geli dengan pesan yang kukirim itu. Alay dan terkesan bucin. Tapi aku memang tak mau merepotkan Eno. Dia mau datang ke rumah saja, aku sudah merasa di sini senang, di sana senang, di mana-mana hatiku senang. Hehe ....
(Author: Kenyataannya ni cewek emang bucin mampus tapi ga nyadar)
Tak lama kemudian Eno langsung membalas,
[ Ga bakal bisa ketampung kalo aku bawa itu buat kamu ]
Seperti orang gila, aku menjatuhkan tubuhku ke atas tempat tidur. Bergulingan dengan perasaan bermekaran.
Astagaa ... jatuh cinta gini amat ya, rasanya?
Meski sebelumnya aku pernah pacaran dengan Glen, tapi tak kurasakan rasa yang memalukan seperti ini.
Benar, jatuh cinta pada Eno kadang membuatku merasa malu melihat tingkah dan kelakuanku sendiri. Aku ibarat anak smp yang baru saja merasakan jatuh cinta dan perasaan ini sangatlah konyol.
Hahaha ....
Ok. Kembali ke janji Eno tadi. Ini bukan pertama kalinya Eno akan datang ke rumah. Tapi ini adalah kali pertama dia datang setelah menyandang predikat sebagai cowoknya Soraya Andrea Syarif.
Yap. Sebagai pacarku. Uhuuuyy ....
Stop. Jangan mulai. Hentikan kelakuan memalukan itu atau pembaca akan mulai merasa mual.
Baiklah, ayo kita berburu baju di lemari. Kira-kira ... baju apa yang cocok untuk kekenakan di hadapan Eno malam ini?
____
"Non, udah Non. Mau pakek yang mana aja Non Aya tuh cantik. Ini sudah lemari ke tiga yang Non bongkar."
Bi Nur terdengar kembali membujukku.
Aku masih sibuk memilah. Bukan, lebih tepatnya mengacak-acak isi lemari bajuku.
Penampakkan kamarku sudah seperti kapal karam di dasar samudra. Baju-baju berserakan di lantai, sofa juga tempat tidur.
"Aya tuh ngerasa ga ada yang cocok Biii ...." Aku masih merengek. Bingung dan pusing karna merasa tak menemukan baju yang menurutku cukup layak untuk kutampilkan di depan Eno.
"Yang ini bagus, kok. Yang ini juga!" Bi Nur menunjukkan beberapa baju padaku.
"Enggak! Yang itu bikin Aya kliatan gendut! Dan yang itu warnanya terlalu terang. Enggak mau!" Aku kembali mencari di depan lemari.
"Tapi ini udah hampir sejam Non Aya nyari-nyari baju. Ntar Den Eno keburu datang loh? Mana belum dandan, kan?"
Ha? Aku menoleh pada Bi Nur. Benar. Dia benar. Aku bahkan belum memoles wajahku dengan apapun.
Oh tidak. Kenapa aku harus sampai lupa!
Gegas kutinggalkan lemari dan isinya yang berantakan di segala penjuru kamar.