Wajib dan harus putar mulmednya. Maksa gue 😂😂😂
______
"Percuma kita bicara, kamu enggak pernah mau dengerin aku, kan?"
"Aku juga sudah pernah bilang kan, kalau aku enggak suka kamu pegang-pegang cewek lain? Aku enggak bisa liat kamu nempel-nempel sama mereka? Dan apa kamu mau dengar aku? Apa kamu mau ngerti? Enggak, kan?"
"Aku enggak pernah protes saat kamu tawuran. Aku enggak marah saat kamu mabuk-mabukan. Aku bisa terima kamu ikut balap liar. Aku enggak masalah kamu baik dan care sama teman-teman cewek kamu di basis. Aku tutup mata sama telinga aku saat tau semua cerita buruk tentang kamu. Aku hanya minta satu hal saja, jangan sakiti aku dengan mesra-mesraan sama cewek lain. Hanya itu, No. Tapi untuk satu hal itu aja, kamu enggak bisa melakukannya buat aku. Kenapa?"
"Aku cinta sama kamu, No! Aku sayang sama kamu. Aku enggak peduli siapa kamu dan gimana latar belakang pergaulan kamu. Apa kamu enggak bisa hargai perasaan aku itu meski dikit aja? Dikk-kitt, aja!"
"Terus kenapa kamu harus mau melakukannya? Kamu punya pilihan untuk enggak balapan di sana, No. Aku enggak masalah dengan semua kebiasaan kamu yang lain seburuk apapun itu. Aku hanya minta satu hal, jangan nyakitin aku dengan kamu berhubungan sama cewek lain. Hanya itu ...."
"Aku enggak bisa, No."
"Maaf aku enggak bisa. Aku sudah pernah dihianati. Aku enggak bisa lagi bertahan dengan keadaan kayak gini. Maafkan aku ...."
"Aku sudah maafin kamu. Tapi aku enggak bisa lagi meneruskan hubungan kita. Aku enggak pernah menginginkan perpisahan. Tapi kamu yang buat aku nekat mengambil keputusan ini."
"Buat apa kita nerusin semua ini, kalau kita hanya saling menyakiti, No? Mungkin dengan cara ini, kamu bisa bebas melakukan apapun yang kamu mau. Tapi aku bahagia, pernah jadi pacar kamu."
"Aku sayang sama kamu tanpa pernah minta kamu untuk merubah apapun. Aku cinta kamu dengan segala kelemahan dan kekurangan kamu, No. Aku hanya meminta satu hal saja dari kamu. Dan kamu enggak bisa mengabulkannya karna menurut kamu itu adalah bagian dari cara kamu bergaul. Aku menghormati prinsip kamu. Tapi maafkan aku, aku enggak bisa bertahan lagi sama kamu."
"Biarin aku pergi. Kamu bebas lakuin apapun yang kamu mau sekarang. Selamat tinggal!"
Kalimat-kalimat Aya dengan wajah kesakitannya itu terus terngiang dan terbayang di benak gue. Meracuni hari-hari gue akhir-akhir ini.
Wajahnya yang berurai air mata dan menyiratkan rasa kecewa mendalam, selalu menghantui perasaan gue.
Ya. Hubungan kami selesai. Aya ga bisa maafin kesalahan fatal yang sudah gue perbuat.
Sekeras apapun gue berusaha, dia tetap teguh dengan keputusannya. Gue emang pantas menerima ini semua. Gue udah nyakitin dia, meski hati ini tak pernah berniat melakukannya.
Terbawa euforia kemenangan malam itu, gue sampe ga sadar sudah melanggar apa yang sudah diwanti-wanti Aya ke gue.
Sumpah. Gue ga ada maksud buat menghianati dia. Buat gue semua yang gue lakuin dengan cewek joki malam itu ga ada artinya.
Gue bahkan ga kenal dia. Ga tau siapa namanya. Awank yang ngurus semuanya malam itu.
Tapi sekarang semuanya sudah terlanjur terjadi. Aya ga bisa terima apapun pembelaan dari gue. Mungkin rasa trauma pernah dihianati oleh orang yang dia cintai, membuat perasaan Aya begitu tersakiti dengan apa yang sudah gue lakukan.
Bukannya bermaksud mencari pembenaran diri, tapi bisakah gue mengatakan kalau malam itu gue khilaf?
Ahh ... sudahlah. Gue tau, berlindung dari kata itu hanya akan membuat gue terlihat seperti seorang pengecut. Gue akui kesalahan gue.