9

3.5K 224 7
                                    

Ini versi terbaru dari playboy vs playboy.Terdapat banyak perubahan dari story ku kali ini.Pengurangan karakter juga berlaku untuk kenyamanan para readers.

||♧♧||

HAPPY READING!

~°○°~



__________________________________

__________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Suara tepukan mendominasikan bar pada jam sebelas lewat empat puluh. Pertunjukkan musik dari band milik Fabian tidak pernah mengecewakan. Ia menunduk dan berlalu pergi dari sana diikuti teman-temannya ke belakang panggung.

"Kerja bagus! Bisnis gw bisa laku keras karna kalian."itu Pak Tay. Pria yang memperkejakan mereka

"Oho pak, gak ada bonus kah?"-tanya Winny. Senyum candaan di sana

"Iya-iya. Kalian pesen apa aja kalian mau, gw traktir."

"Benarkah pak?"-Winny kaget. "Makasih!"

"Iya-iya."-Tay menepuk pundak Winny. "Sana. Pesen yang banyak."

Mendapat persetujuan dari Tay, Winny, Ford dan Pond melangkah dengan rasa girang. Lumayan untuk merayakan keberhasilan mereka.

Namun berbeda di sisi Fabian. Ia ragu. Jam semakin cepat berputar. Harga dirinya akan hilang jika saja ia telat. Tapi di sisi lain ia gengsi, ia tidak mahu menurut begitu saja pada pria pemaksa seperti Gabian.

Ford yang sadar jika Fabian masih kaku di tempat segera menegurnya. "Oi. Gak minum kah?"

Mendengar teguran Ford, lamunannya terbuyar. Ia mulai melangkahkan kakinya menyusul teman-temannya yang sudah duduk di meja khas milik mereka.

.
.
.

"5 menit lagi."-Gabian melirik ponselnya. Ia mengenggamnya kuat lalu menyandarkan tubuhnya ke penyandar sofa. "Pikir gw gak berani?"ia menyeringai. "Foto lo terlalu cantik buat disimpen."

Kamarnya benar-benar berantakkan. Botol kaca, tin bekas minuman, bahkan plastik bekas makanan berselerakan begitu saja di atas lantai kamarnya. Pestanya baru saja tamat sepuluh menit yang lalu. Kini ia duduk santai di atas sofa sembari menunggu kedatangan sang junior.

Ponselnya ia biarkan on. Foto Fabian yang mengenakan pakaian wanita masih terpampang di sana di aplikasi twitter bermaksud ia, bersedia untuk mengupload foto sang junior jika saja ia tidak kunjung datang.

Kini jam menunjukkan jam sebelas lima puluh sembilan. Jari jenjangnya mengetuk-ngetuk pemegang sofa. Foto sang junior dipandangnya lamat-lamat. Sikap keras kepala sang junior membuatnya semakin semangat untuk mengerjainya. Berbeda dari mangsa-mangsanya yang lain, Gabian menggunakan taktik ancaman untuk Fabian. Ternyata itu seru sekali.

ᴘʟᴀʏʙᴏʏ ᴠꜱ ᴘʟᴀʏʙᴏʏTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang