"Dia kemana sih?!"Fabian kembali mendekatkan ponsel di telinga dan suara yang sama, suara yang mengatakan jika pemilik nombornya ini sedang tidak aktif.
"Sialan!"
Fabian mendudukkan tubuhnya di atas kasur dengan gusar. Ini sudah hari ke sembilan pria itu menghilang. Bukan satu bukan dua tapi sembilan!
Fabian hampir gila dibuatnya. Bertanyakan pada kedua temannya yang lain sangat tidak membantu. Pertanyaan mereka sama seperti dirinya. Gabian kemana?
Fabian menjatuhkan tubuhnya ke atas kasur. Menatap nanar langit-langit kamar dengan pikiran yang mulai berkecamuk.
Perubahan sikap Gabian yang mendadak dratis ternyata menimbulkan pertanyaan sehingga pria itu hilang tanpa kabar hingga kini.
Dan menghilangnya pria itu membuat kehidupan Fabian berantakkan. Kamarnya tidak terurus. Banyak kelas yang ia bolos hanya untuk mencari kemana perginya pria itu.
Fabian mendengus kesal. Ponsel yang dilemparnya tadi diraih,
"Temanin gue ke bar."
.
.
."Fab Fab Fab, udah... "
Ford mencoba melarang Fabian yang terus gila meminum minumannya tanpa henti. Pemandangan yang sama mereka lihat untuk berminggu ini.
"Dia ilang lagi! Di-dia udah janji sma gue! Sama gue! Kenapa dia giniin gue... kenapa?!!"
Cecair pahit itu kembali masuk ke kerongkokkan. Membuat Fabian tersedak dengan isak tangisnya.
"Dia janji buat selamanya sama gue! Kenapa.... ukh!"
"Fab!"
Ford berteriak melihat Fabian berlari keluar dari bar, dengan tangan yang menahan mulutnya. Ia ingin menyusul namun Winny dengan cepat mencegahnya.
"Gapapa, biarin aja." Arahan Winny Ford turuti.
Fabian memuntahkan isi perutnya. Mengeluarkan semuanya dengan rasa sakit diperutnya. Bibirnya diusap kasar sebelum tubuh sempoyongannya itu dibawa berdiri dengan paksa. Dengan pusing yang luar biasa, Fabian memicingkan matanya, melihat ke arah sepasang pasangan yang asik bercumbu panas.
Hingga mata hitamnya melebar mendapati siapa yang dilihatnya. Fabian mendekat dengan kepalan di tangannya. Wajahnya memerah, amarah sudah tiba di ubun-ubun. Tak terhitung detik, satu pukulan dilayangkan pada pria di hadapannya, membuat sang pria beranjak dari tempatnya.
Si pria mengusap hujung bibirnya yang berdarah sebelum memandang nyalang pada Fabian. "Fa-fabian?" Tatapan nyalangnya seketika meredup, mendapati pria yang berani memukulnya adalah Fabian.
"SIALAN!" Pukulan kembali diberikan Fabian pada Gabian dengan penuh emosi. Matanya mulai buram dengan kehadiran buliran air mata.
Gabian memundurkan tubuhnya, merasakan pukulan keras dari Fabian.
"LO TAU, MATI-MATIAN GUE KHAWATIR SAMA LO??!!" Fabian mendorong tubuh Gabian dengan jarinya. "DAN APA YANG GUE DAPET?! LO MALAH ASIK CIUMAN SAMA CEWEK LAIN!!"
"LO EMANG SIALAN!!" Fabian memukul dada Gabian, melampiaskan semua amarahnya pada pacarnya.
"Heh!" Bentak Gabian geram. Lengan Fabian ditahan kuat, membuat pukulan di dadanya terhenti di sana. "Lo pikir gue beneran mau sama lo?"
Fabian seketika membeku. Otaknya masih mencoba mencerna ucapan pria di hadapannya. Rasa sakit di hatinya mulai menjalar, membuat tubuhnya kaku.
"Lo itu cuman permainan gue. PERMAINAN GUE!"
Gabian mendorong tubuh Fabian, membuat pria kecil itu terdorong jatuh ke atas tanah. Dengan ikut berjongkok, Gabian menarik wajah Fabian mendekat, membuat mata bulan yang berlinangan air mata itu kini terlihat jelas di matanya.
Gabian, "Gue gak percaya lo segampang itu buat di dapetin. Gue tidurin, dan lo nempel. Lucky for me. "
Gabian berdiri, "Gue gak tau lo bakal sejatuh itu buat gue, but, thanks, gue hargain rasa lo buat gue."
Kini tangan kekar itu mulai merangkul wanita di sampingnya, membuat Fabian hanya bisa menatap. Menatapnya dengan tatapan nanar penuh putus asa.
Gabian, "Ini pacar gue. Oh no, she my finance."
Wanita yang dirangkul Gabian ikut membalas. Dengan senyum lebar, ia ikut menatap kehancuran Fabian dibawah. Membuat Fabian merasa semakin hancur dengan gelinangan air mata yang mulai turun bagaikan air terjun.
Gabian diatas tersenyum sinis. Ia menyamai tinggi nya dan Fabian sembari mengusap air mata pria itu sebelum Fabian menepis kasar. "Oh Fabian, jangan nangis. Ntar gaada yang suka."
Gabian bangkit dari duduknya. Mulai berjalan menjauh, meninggalkan Fabian dengan segala rasa sakit yang bercampur aduk di dada.
Traotor dihentam keras, Fabian menangis tanpa suara. Pertahanannya musnah bersama buliran permata yang meritik, bagaikan hujan. Dadanya dipukul, melampiaskan segala kekesalannya.
Cinta pertamanya musnah. Kebahagiaan yang baru terjalinkan ternyata keboongan yang direka hanya untuk mempermainkan hatinya. Fabian sakit, sungguh sakit. Tangannya meremas kuat dadanya, menahan tangis yang tiada gunannya. Ia bodoh. Bodoh mempercayai cinta.
He just fuckboy. Don't need love, and... lover. Staying alone, just call it, a curse. Fabian Nattawat, now and today, just an ex for, Gabian Norawit.
Rintikkan hujan mulai turun membasahi bumi. Petir saling menyambar, meredamkan suara tangis penuh rasa sakit milik Fabian.
Tbcc....
Dikit2 gak ngaruh. Buat nulis story agak gimana2 gitu ya. Udah mau end nih, punya permintaan apa2 gitu?
story baru yg mungkin aja kalian suka. Udah ada di akun ku ya.BYE!
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴘʟᴀʏʙᴏʏ ᴠꜱ ᴘʟᴀʏʙᴏʏ
Fanfiction[ GEMINIFOURTH ] Sassy Love | End Fabian Natawat, Seorang Playboy Tampan dengan sikap tengilnya memiliki ambisi untuk mendapatkan tahta pertama dalam hal wanita. Oleh itu, dengan rencana liciknya, Fabian mencoba menjatuhkan seorang Playboy dengan ta...