34

101 9 0
                                    

🐥 Happy Reading~ 🐥
✨️✨️✨️✨️✨️✨️✨️✨️✨️✨️

Seorang perempuan berlari terburu-buru di antara gedung-gedung bertingkat di sekitarnya.

Kamu yang bisa meretakkan cermin di hadapanmu.

Tari ingin memastikan sesuatu dan ada satu gang yang terlihat cukup sepi untuk mencapai tujuannya. Yang pastinya, tidak akan dilalui oleh orang-orang, baik yang ia kenal maupun di sekitar gedung tersebut.

"Dapat!"

Tari berhenti begitu tujuannya tercapai. Nafasnya terengah-engah saat melihat sebuah bangunan kosong dihadapannya. Tari dengar, gedung ini sedang mencari penyewa. Sepertinya, baru beberapa hari ditinggalkan, karena masih terlihat bersih. Hanya debu dan rumput liar yang berada di sekitarnya.

Tari mengeluarkan sebuah batu yang berada di sakunya. Gila? Tidak. Tari sengaja. Karena, beberapa kali saat ia mendapati gedung yang cocok untuk tempat uji cobanya, seketika ia tidak melihat benda tumpul yang mendukung uji cobanya, dengungan di telinganya terjadi lagi, dan ia akan pindah ke lokasi berikutnya.

Bahkan, kini dengungan di telinganya mulai terdengar.

'Ayo, tahan sebentar.'

"Ya! Nuna gila?!"

Tari menoleh. Mendapati seseorang yang sangat ia kenal. Bahkan, Tari tidak habis pikir jika orang dihadapannya akan datang ke sini.

Gang ini benar-benar terpencil.

"Namjoon-ssi..."

"Lepas batunya atau nuna dalam bahaya!"

"Ti-"

Nginggg...

Lagi, dengungan di telinganya semakin keras ia dengar.

"Nuna benar-benar ingin mati?!"

"Aku hanya ingin mencari tahu asalku dan di mana aku berada sekarang!" Teriak Tari.

Selanjutnya, Tari tidak mendengar perkataan yang disampaikan oleh Namjoon. Ia mulai mengangkat tangan tinggi-tinggi. Bersiap melakukan tujuannya.

Melempar batu ke kaca dan mengecek, apakah kaca dihadapannya pecah atau tidak?

Ayo pulang

Tari membulatkan mata tanda terkejut dengan hasil yang ia dapatkan.

Nginggg...

"Hahhh... Hahhh..."

Cekrek Cekrek

Tari menyipitkan mata. Cahaya terang yang kerlap-kerlip membuat pandangannya tidak fokus. Terlebih, sedari tadi nafasnya tidak normal.

'Apa yang terjadi sekarang?' Batin Tari.

Ia tidak suka dengan keadaan ini. Ia tidak suka menjadi pusat perhatian. Dan sialnya, untuk berdiri pun ia tidak mampu.

"Ayo."

Tari hanya pasrah saat seseorang menggenggam tangannya untuk membantunya berdiri. Bahkan, kini ia dirangkul dan diberikan jaket di kepalanya untuk menutupi wajah, serta menghalangi sinar yang menyorot dirinya.

"Kamu masih bisa berlari?" Tanya orang di sebelahnya.

"Bisa." Jawab Tari lemah.

Mau tidak mau, Tari harus bisa melakukannya demi menghindari orang-orang di sini.

"Dalam hitungan ketiga, ikutilah ke mana aku membawamu."

Tari hanya mengangguk. Mulai mempersiapkan diri untuk mengikuti aba-aba orang di sampingnya.

[✓] 'Special' ManagerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang