Eighteen

343 56 3
                                    

Pagi itu Hinata tiba kantor polisi, ia berpisah dengan Kankuro beberapa waktu lalu. Dan kini tinggalah ia seorang diri, meskipun perasaannya campur aduk seperti tegang, cemas, dan takut. Namun Hinata harus tetap tegar dan maju demi bisa menyelamatkan Sakura.

"Aku harus mencari pria itu. Aku harus mengatakan apa yang Gaara katakan padaku.." Ucapnya meyakinkan diri.

Akhirnya Hinata pun turun dari mobilnya. Ia yang masih mengenakan seragam pelayan itu mau tidak mau nekat masuk ke dalam melalui pintu utama. Banyak sorot mata yang memperhatikannya dengan aneh namun ia berusaha tak mempedulikannya.

Hinata melihat dua orang polisi di meja bagian informasi yang sedang bertugas. Dilihat dari posturnya sepertinya mereka masih cukup muda. Mungkin bertanya pada mereka bisa membantu, pikir Hinata.

"Permisi, aku ingin bertanya.." Ucap Hinata malu malu.

Kedua polisi itu pun menoleh, lalu salah satunya menjawab. "Selamat pagi nona, ada yang bisa kami bantu?"

"Em, ano.. Apakah aku bisa bertemu dengan letnan Naruto?" Tanya Hinata.

"Oh, sebentar saya coba hubungi beliau dulu." Seorang polisi tadi mencoba menghubungi lewat telepon kantor, ia terlihat berkomunikasi dengan seseorang beberapa saat. Setelah itu ia menutup teleponnya dan kembali menghampiri Hinata.

"Nona, letnan Naruto masih dalam perjalanan kesini. Mari saya antar menunggu diruangannya?"

"Ah, baiklah kalau begitu." Dan Hinata pun mengikuti polisi tadi menuju lift. Mereka naik ke lantai 5 dan keluar dari lift menuju sebuah ruangan.

"Silakan nona, anda bisa menunggu letnan disini." Polisi itu mempersilakan Hinata untuk duduk di sofa.

Hinata mengangguk, "Baiklah, terima kasih banyak sudah membantu.."

Polisi itu membungkuk, "Sama-sama, kalau begitu saya permisi dulu.."

Hinata pun duduk di sofa single berwarna biru sambil menunggu pria yang bernama Naruto. Ia memperhatikan sekeliling ruangan, ada beberapa foto di dinding yang menampakkan seorang pria berambut kuning. Dari mulai foto dirinya sendiri sampai foto bersama orang lain, bahkan Hinata bisa melihat ada foto Sakura bersama pria itu. Mereka tampak akrab, sepertinya memang mereka bersahabat.

Kemudian Hinata memperhatikan meja kerja yang cukup berantakan, lembaran kertas, pulpen, masih berserakan sejak semalam. Bahkan masih ada dua bungkus ramen instan yang tersisa di atas meja. Merasa risih, akhirnya Hinata memutuskan membereskan meja tersebut dan menatanya dengan rapih.

Tak lama kemudian Naruto pun muncul, ia membuka pintu ruangannya sambil berbicara pada entah siapa diluar. Kedatangannya yang menghebohkan sontak membuat Hinata terkejut, ia masih berdiri memegang tumpukan kertas di meja yang sedang ia rapihkan.

"Eh? Maaf nona, ada yang bisa kubantu?" Naruto juga tampak terkejut karena mendapati wanita cantik di dalam ruangannya pagi-pagi begini.

"Ah! Sumimasen.." Hinata membungkuk, "Maaf karena sudah lancang membersihkan meja anda pak.." Ucapnya karena merasa malu dan gugup.

Naruto pun memperhatikan mejanya yang tampak begitu bersih, rapih, dan damai. Seketika senyum kagum terukir diwajahnya, ia kemudian melirik Hinata.

"Waah, kenapa repot-repot? Maaf ya, aku kerja sampai larut malam jadi belum sempat kubersihkan.. Hehehe.." Jawab Naruto, "Oh iya, jangan panggil aku pak. Panggil saja Naruto, aku ini masih muda lho.."

Hinata tersenyum, entah kenapa hatinya menghangat mendengar ucapan pria itu. Ia merasa Naruto adalah pria yang baik dan tulus, Hinata merasa nyaman walaupun hanya ada mereka berdua di ruangan.

Mission ComplicatedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang