Chapter 16 - He's here

269 40 0
                                    

Mysterious's POV

Aku melihat Selena keluar dari restaurant bersama seorang laki-laki yang tidak kukenal, mereka berjalan ke arah yang berlainan dan aku bisa melihat wajah Selena yang tampak sedang menahan sesuatu. Aku mengikutinya secara diam-diam, tak lama setelah itu Selena tampak menangis, ia bahkan tak perduli jika orang-orang memandanginya dengan tatapan aneh, kemudian ia duduk di trotoar dan membenamkan wajah di lututnya. Aku merasa tak tega melihat Selena seperti itu, tampaknya ia butuh seseorang agar ia merasa lebih baik lagi.

Kuhampiri dia dengan pelan-pelan, kusentuh dan kuusap pundaknya dengan pelan agar ia tak kaget dan mengiraku orang jahat. Dengan cepat ia menoleh ke arah tanganku kemudian wajahku. Aku memberinya sebuah sapu tangan tapi ia malah membuangnya ke jalan dan menangis sesegukan di dadaku.

"Syukurlah ada kau sekarang ini" ucapnya sambil terus saja menangis, orang-orang memandangi kami dengan tatapan bingung, aku hanya membalas dengan senyuman ramah sambil mengusap kepala Selena.

"Hei hei ada apa? mengapa kau menangis?" tanyaku, ia tak langsung menjawabku karena ia masih menangis. Sweaterku mulai basah karena air matanya, tapi aku tak mempermasalahkan itu.

"aku...akuuu...huaaa" Selena baru akan menjelaskan apa yang terjadi tapi dia malah menagis lagi. Mataku bergerak kesana-kemari mencari tempat yang enak agar Selena tak malu jika terus-terusan di perhatikan orang seperti ini, akhirnya aku memutuskan untuk masuk lagi ke restaurant yang tadi. Setelah kami di dalam, aku memesankannya teh hangat agar ia merasa lebih baik.

"Jadi apa yang terjadi Sel?" tanyaku khawatir.

"Aku..akuu, hubunganku dengan Dylan berakhir.." jawab Selena sesegukan.

Dylan? Ohh mungkin itu nama kekasihnya..

"jika aku boleh tau, mengapa kalian putus?" dengan hati-hati aku bertanya, takut membuat Selena kembali nangis. Selena menjawab pertanyaanku dengan cukup panjang dan jelas, sesekali terdengar suaranya yang bergetar dan kacau, dia masih tampak shock dan sedih.

"well, jika itu yang terbaik untuk kalian..aku tak bisa berkata apa-apa" ucapku menanggapi cerita Selena.

"iya aku kira juga begitu aku tak bisa memaksa Dylan untuk tetap bersamaku, mungkin Dylan merasa kesepian karena aku tak bisa ada untuknya karena waktu itu aku sedang memata-mata.." ucapan Selena terhenti, ia menutup mulutnya.

"memata-matai siapa?" tanyaku penasaran.

"ahahaha tidak-tidak" jawabnya seperti sedang menutup-nutupi sesuatu, ah yasudah lah bukan urusanku.

"kau tampak lucu jika sedang gelagapan seperti itu hahaha"

"ge..gelagapan?" ia malah bertanya balik.

"iya kau tampak seperti kucing yang ketahuan saat sedang mencuri ikan" jawabku asal, aku juga tak tau kenapa aku tiba-tiba bilang Selena lucu seperti itu. haduuuh..

"hah kucing ? yahh sudahlah tidak apa-apa jika kucing, kucingkan memang lucu" jawabanya kemudian meneguk teh di dari cangkir.

Kami tertawa membicarakan hal-hal yang tidak jelas yang lucu, yang setidaknya bisa membuat Selena merasa terhibur dan melupakan kesedihannya.



"thanks Lou"

Aku menoleh kearah Selena yang sedang tersenyum padaku "terima kasih untuk apa?" tanyaku bodoh.

"ya terima kasih untuk ada di sampingku saat aku sedih.." ucapnya dengan raut wajah sedikit sedih.

"kau tak perlu berterima kasih padaku Sel, dengan senang hati aku melakukan ini" sambil menggaruk pundakku yang tak gatal.

"oh iya dan juga terima kasih atas teh nya hahaha" timpalnya. Aku hanya mengangguk dan tersenyum.

Selena's POV

aku berterima kasih pada Louis atas pertolonganya hari ini. Aku hendak pulang sendiri tapi Louis malah ingin mengantarku pulang.

"Sel kau sudah mau pulang?" tanyanya sambil mendorong pintu restaurant untuknya.

"iya sepertinya begitu, ternyata ini sudah jam setengah sembilan" jawabku sambil melihat jam di layar hp.

"baiklah kalau begitu aku antar ya?"

"Hah ? tak usah Lou, aku hari ini sudah banyak merepotkanmu" tolakku dengan halus. Namun ia memaksa. "Ayolaaah aku ingin tau dimana kau tinggal !!" jawabnya

"hah baiklah-baiklah" jawabku sambil memutar kedua mataku.

"Yes" ucapnya, aku hanya tertawa kecil melihat kelakuannya.

Akhinya sampai juga di depan apartemenku.

"Kau tinggal di kamar nomor berapa?"

"Nomor berapa ya?? aduh duh sepertinya aku hilang ingatan, jawabku pura-pura seperti orang yang amnesia.

"hei.." jawabnya sambil memajukan bibirnya.

"haha baiklah-baiklah, aku tinggal di kamar nomor 28" jawabku.

"28 ? heii itu nomor keberuntunganku" jawabnya.

"benarkah? ya aku menggunakan nomor tersebut di beberapa barang-barangku" jelasnya bersemangat.

"wow"

"aku akan menunjukannya nanti"

"baiklah, kalau begitu aku akan masuk ya Lou.. aku sudah mulai lelah, dan kau harus mengganti bajumu yang basah karena air mataku.. dan aku akan mengganti sapu tanganmu" jelasku panjang lebar.

"ya..ya Sel baiklah kalau begitu Good Night!"

"Good Night Lou" jawabku sambil melambai-lambaikan tanganku dan masuk ke dalam apartement.

Setelah di dalam apartemen, aku membersihkan diri dan mengganti bajuku. Aku merebahkan tubuhku diatas kasur dan memeluk guling. Aku mengingat-ingat apa yang telah terjadi hari ini, ini membuat mataku kembali berkaca-kaca dan hampir menangis, tapi kuhentikan karena aku mendapat pesan dari Louis yang berisi.

"Jangan menangis nanti mukamu semakin jelek :D" aku tersenyum melihat pesan darinya.

Terima kasih Tuhan , disaat seperti ini kau tidak membuatku merasa kesepian dan sedih because HE IS HERE :)

----------

Guys terima kasih atas votenya, ya walaupun masih aja ada "silent reader" tapi seenggaknya makasih juga buat mereka yang udah mau baca FF ku ini.. oh iya mau ngasih tau mungkin untuk chapter-chapter selanjutnya akan susah di update karena kesibukan kuliah.. tapi aku tetep nyempetin ko buat update .. So tunggu ya buat chapter selanjutnya :) x













Over Again [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang