12 ~ Fans Rahasia

141 12 0
                                    

***


「Silakan, Diviya.」


Sherel menyajikan secangkir teh hangat di meja ruang tamu.


「Te-terimakasih ...」


Diviya meminum teh menenangkan diri. Rasanya dia tidak percaya akan dibawa ke rumah orang yang sangat dia kagumi selama ini.


Sherel duduk di sebelah Chisa yang tengah tiduran sambil memainkan Pom-chan seperti biasa. Rasanya canggung melihat orang baru di depannya. Sherel bingung mau bilang apa.


Sebelumnya gadis berkacamata yang mereka temui di taman ini adalah Diviya dari kelas 9-1, adik kelas Sherel. Namun, sikapnya cukup kikuk dan grogi.


Diviya menarik napas mencoba untuk tenang. Di hadapannya saat ini adalah orang yang dia kagumi. Dia sudah bersiap jika hal ini akan terjadi jadi harus kuat.


Diviya mengambil note di saku jas sekolahnya itu dan mencari padanan kata yang tepat untuk memulai pembicaraan.


Setelah padanan kata itu dapat. Diviya mulai menggerakan bibirnya.


「A-ano ... se-senang be-bertemu denganmu, Sherel-senpai.」


Ada perasaan senang saat dia berhasil mengucapkan kalimat utuh dalam satu tarikan napas.


Sherel hanya tersenyum simpul. Adik kelasnya ini sepertinya mengalami masalah komunikasi. Kasihan sekali.


「Aku juga senang, Diviya.」


Sherel menjawab canggung.


「Maaf, aku suka lupa kalimat kalau berbicara dengan orang secara langsung.」


Diviya menunduk dengan aura suram yang mencuat dari dalam dirinya membuat Sherel merasakan perasaan merendahkan diri, kurang peraya diri, payah dan sebagainya.


「Tidak kok, kamu sudah berjuang cukup bagus.」


Sherel berusaha menghibur.


Hal itu membuat Diviya sedikit merasa lebih baik. Sampai ada yang kelupaan.


「Oh iya, aku sangat mengagumi Sherel-senpai!」


Ucapannya kini kini lancar tetapi masih ada nada kurang pedenya.


Sherel tidak mengerti apa maksudnya. Apa dia pernah melakukan sesuatu kepada Diviya? Sayangnya, dia sendiri merasa baru pertama kali bertemu dengannya.


「Ah, be-begitu ya ... terimakasih banyak.」


Sherel tidak ada pilihan selain mengiyakan perkataan Diviya yang terlihat memandangnya dengan berkaca-kaca. Dia lalu menunduk seolah kehabisan energi.


「Eh?! Kenapa, Diviya? Ada yang sakit?」


Diviya menggeleng kemudian meminum tehnya lagi.


「Aku jarang keluar sebenarnya. Keluar rumah pun hanya untuk sekolah dan belanja. Selain itu aku susah sosialisasi jadi kalau berbicara dengan orang asing rasanya berat sekali, tetapi kalau sudah beberapa menit, aku bisa berbicara normal seperti ini.」


Sherel mengangguk-ngangguk.


「Syukurlah kalau begitu, ngomong-ngomong kok kamu bisa kagum padaku? Padahal aku merasa tidak pernah melakukan hal hebat apa pun.」

Sherel akhirnya bertanya. Jelas, kerjaannya kan nakutin orang-orang.


Mata Diviya kini mengkilap kemudian menatap Sherel dengan serius.

GL, Aura NegatifTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang