17 ~ Menjemput Sang Kelinci

106 10 0
                                    

***


Sherel dan Chisa sudah sampai di rumah. Rasanya melelahkan sekali perjalanannya hari ini. Sherel cukup senang bisa berguna bagi Chisa.


Ibu Sherel sejak tadi mondar-mandir seolah sesuatu yang gawat tengah terjadi.


「Sherel kamu lihat Shina tidak? Padahal kalau lagi keluar dia selalu minta izin sama ibu,sekarang dia menghilang.」 Ibu Sherel tampak cemas.


「Eh, apa sudah dicari di tempat dia biasa pergi Bu?」


Ibu Sherel hanya mengangguk. 「Sudah, ibu juga sudah telepon teman-temannya tetapi mereka sama sekali tidak bermain dengannya.」


Chisa yang tengah memeriksa setiap fotonya terkejut di kala di salah satu pohon dia bisa melihat samar-samar Shina yang seolah menyembunyikan diri.


「Sherel lihat ini.」


Sherel dan ibu Sherel ikut melihatnya dan benar saja. Itu tidak lain adalah Shina.


Sherel menepuk jidatnya. 「Jadi sejak tadi dia mengikutin kita, haduh ... anak itu ....」


「Bagaimana ini, hari sudah hampir malam. Takutnya malah kenapa-kenapa. Dia mungkin saja tersesat.」


「Tenang aja Bu, Shina kuat kok. Kami akan cari  dia, lagipula masih ada waktu.」


Chisa ikut mengangguk.


「Hati-hati kalau begitu Sherel dan Chisa juga.」


Sherel memberikan senyuman keyakinan dan segera kembali ke hutan untuk menjemput adiknya yang bandel itu.


Sherel berteriak berkali-kali di kuil yang mereka kunjungi sebelumnya tetapi keberadaan Shina masih belum diketahui.


Sampai Sherel menemukan bondu kelinci yang dipakai Shina.


Sebuah ide sepintas muncul di benak Chisa. Dia lalu membangunkan pom-chan yang tengah tertidur.


「Pom-chan ....」 Chisa mengambil bondu itu kemudian meminta pom-chan mengendusnya.


「Eh, pom-chan bisa melacak juga ya?」


Chisa mengangguk. 「Pom-chan bisa melakukan banyak hal, termasuk ini.」


Pom-chan mengonggong kuat dan dia mulai menelusuri setiap tanah yang dirasa pernah Shina injak.


Di sisi Shina gadis itu kini tengah terduduk di bawah sebuah pohon sembari memeluk kakinya. Suasana sudah hampir gelap dan tidak ada seorang pun datang menyelamatkannya.


Hatinya kacau. Udara dingin begitu menusuk kulit. Shina tidak tahu harus berbuat apa. Apa dia akan mati di sini? Pikiran negatif berkecamuk tanpa henti membuat Shina tidak berhenti menitikan air matanya.


「Kak Sherel ...」 gumamnya putus asa.


Suara jejak kaki terdengar nyaring. Shina refleks menengok ke sumber suara.


「Kak Sherel?」 ujarnya mengharapkan sang kakak untuk menjemput.


Shina kemudian perlahan bangkit sampai seekor babi hutan berbadan besar menatapnya dengan penuh kebencian.


Jantung Shina terasa berhenti berdetak. Tubuhnya tidak bisa digerakkan. Di hadapannya ada hewan buas yang sepertinya akan mencelakai dirinya. Shina bahkan sudah tidak bisa melarikan diri lagi. Naik ke pohon? Dia bahkan belum pernah sekali pun memanjat. Dia harus bagaimana sekarang?


「Kak Sherel ....」


Babi hutan itu pun mulai berlari ke arah Shina dan hendak menyeruduknya. Di saat yang sama seseorang berlari dan dengan cepat menggedong Shina dengan gaya bridal. Tubuh Shina yang kecil ternyata dapat terangkat dengan mudah. Seseorang itu membawa Shina berlari di tengah kejaran babi hutan.


Shina tidak berani membuka mata. Dia sangat ketakutan bahkan bernapas pun terasa sakit. Siapa apa yang menolongnya ini? Dia pun perlahan membuka matanya.


Rambut perak terikat kucir kuda, kacamata mengkhilap menyembunyikan iris mata berwarna emas itu. Peluh keringat sempat melayang lambat di udara. Memperlihatkan pesona yang begitu indah bagai seorang malaikat.


「Kak CHISA?!」


Tidak bisa dipercaya. Chisa membawanya berlari tanpa lelah dengan kecepatan yang cukup tinggi. Babi hutan tertinggal cukup jauh. Beruntung jalan hutan di sini cukup terbuka lebar dengan jarak antar pohon yang bisa dilewati dengan mudah.


Hal paling tidak masuk akal. Kenapa Chisa bisa berlari secepat ini bahkan sambil menggendong Shina?


「Kita akan pulang sekarang,」 ucap Chisa samar sampai seseorang melambai ke arahnya di mana itu adalah Sherel dan pom-chan yang menggonggong.


Chisa melompat hingga akhirnya mendarat di dekat Sherel dengan anggun. Sementara itu babi hutan itu tidak berhenti mengejar. Akan tetapi, sebelum sampai, tanah di sekitarnya sontak ambruk membuatnya terjebak dalam lobang.


Shina mulai menenangkan diri saat Chisa meletakkannya ke tanah. Chisa pun ikut terduduk sambil meminum air di saku tas yang berada di dekat Sherel.


「Aku baru pertama kali melihatmu berlari sekencang itu Chisa, hebat juga kamu.」 Sherel menepuk pundak Chisa bangga.


「Aku dulu mantan lari sprint saat SMP, tidak kusangka aku akan lari lagi.」 Dia menenguk air itu sampai habis dengan napas tersenggal-senggal.


Shina hanya bisa terdiam melihat Chisa. Gadis itu menyelamatkan dirinya. Tak di sangka dengan cara yang begitu keren. Padahal, Shina sejak awal selalu saja memusuhinya.


Shina pun memeluk Sherel sambil menangis sesenggukan. 「Kakak aku takut!」 teriaknya tak tahan.


Sherel membalas pelukannya dengan hangat. Bikin khawatir saja. Syukurlah dilihat dari keadaan Shina sepertinya tidak apa-apa.


「Lain kali jangan ikutin diam-diam, bisa-bisa jadi gini lagi jadinya,」 ucap Sherel ketus.


Sementara itu Chisa kemudian mengusap pucuk kepala Shina lembut membuatnya merasa tenang sekarang.


「Terimakasih Kak Chisa ...」 gumam Shina malu-malu.


Beberapa menit yang lalu.


Pom-chan tampak berputar-putar di tempat dan tidak berjalan ke mana-mana lagi. Anjing itu seperti kehilangan jejak. Sherel merasakan sesuatu yang buruk saat dia melihat jejak kaki babi hutan yang ada di sini. Kemungkinan besar babi hutan ini pasti mengarah ke tempat seseorang.


「Chisa ini buruk.」


Chisa tidak terlalu serius menanggapinya gadis itu seolah tidak terlalu takut.


「Babi hutan cukup kuat. Akan berbahaya kalau berhadapan secara langsung.」 Sherel merasa familiar dengan tempat mereka sekarang. Dulu dia sering ke sini bersama ayahnya untuk mencari tumbuhan obat-obatan. Kakinya merasa sesuatu yang jangkal yang tidak salah adalah jebakan yang mungkin bekas pemburu.


「Ini masih bisa dipakai sepertinya.」


「Jadi kalau ada babi hutan pancing ke sini ya, baiklah. Sebaiknya Sherel tunggu aja di sini」 Gadis itu berjalan santai seolah tidak takut sama sekali.


「Tunggu memangnya kamu tidak apa-apa sendirian?」


Chisa menjawab tanpa ragu, 「Serahkan padaku, waktu SMP aku itu atlet. Selain itu aku juga sudah tahu dasar-dasar hutan ini darimu.」 paparnya dengan detail.


Sherel pun terpaksa setuju. Dia khawatir tetapi adiknya juga harus segera ditemukan. Sherel sendiri akan membetulkan jebakan ini agar bisa digunakan.


Sampai akhirnya acara Chisa menemukan Shina dan berakhir dengan kejar-kejaran.


「Begitulah ceritanya. Tak kusangka Chisa akan berlari seperti itu.」 Sherel menceritakan sambil menggedong Shina di punggung.


Shina menoleh ke arah penolongnya itu yang hanya makan biskuit dengan santai. Ada rasa hangat di dada. Pipinya Shina menjadi merah merona. Seolah berhasil melelehkan dinding es yang selama ini membenci.


Mereka pun pulang dengan selamat sampai rumah. Benar-benar yang melelahkan di Tulips.


***


GL, Aura NegatifTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang